Anda di halaman 1dari 3

STUDI PERBANDINGAN MENGENAI EFEKTIVITAS DARI AMOKSISILIN DENGAN

ASAM CLAVULANIK DAN AZITHROMYCIN PADA TONSILLITIS


Ruchi Shrestha, Sirisa Karki, Tejendra Manandhar, Sushma Deo

ABSTRAK
PENDAHULUAN
Tonsilitis adalah masalah terkait kesehatan yang paling umum dijumpai pada
masyarakat. Hidrasi yang baik, penggunaan analgesik bersama dengan antibiotik
penting untuk pengobatan. Penisilin direkomendasikan sebagai pengobatan lini
pertama untuk tonsilitis bakteri, tetapi sekarang sebagian besar telah diganti
dengan antibiotik. Penelitian ini berusaha membandingkan efektivitas dari
amoksisilin dengan asam klavulanat (AMC) dan azitromisin pada tonsilitis.

BAHAN DAN METODE


Penelitian secara prospektif dan acak dilakukan pada 70 pasien tonsilitis yang
mengunjungi Departemen Otorhinolaryngology, Nepal Medical College, dan
Teaching Hospital (NMCTH), Attarkhel, Kathmandu, Nepal. Setelah penilaian
klinis dan pencatatan tanda awal dan skor gejala, pasien diacak menjadi 2
kelompok. Kelompok pertama menerima amoksisilin dengan asam klavulanat
dan kelompok kedua menerima azitromisin. Efektivitas kedua obat dibandingkan
dengan pengurangan tanda dan skor gejala pada tonsilitis pada hari ke-6, yaitu
setelah lima hari perawatan.

HASIL
Kedua kelompok obat menunjukkan penurunan skor dan gejala yang signifikan
secara statistik setelah 5 hari pengobatan bila dibandingkan dari awal. Namun,
kemanjuran klinis amoksisilin dengan asam klavulanat dan azitromisin tidak
berbeda secara signifikan (P> 0,05).

KESIMPULAN
Studi ini menunjukkan bahwa baik antibiotik, amoksisilin dengan asam klavulanat
dan azitromisin memiliki khasiat yang sama pada akhir pengobatan 5 hari.

KATA KUNCI : Tonsilitis, Komparatif, Amoksisilin dengan asam klavulanat,


Azitromisin
PENDAHULUAN

Tonsilitis adalah radang amandel yang paling sering disebabkan oleh


infeksi bakteri atau virus. Tonsilitis terjadi karena infeksi bakteri atau virus.
Organisme penyebab paling umum untuk tonsilitis bakteri adalah Group A beta
hemolytic streptococcus (GABHS). Prevalensi tonsilitis yang diinduksi GABHS
adalah 15% hingga 30% pada anak-anak dengan sakit tenggorokan dan 5%
hingga 15% pada orang dewasa dengan sakit tenggorokan.

Pengobatan tonsilitis akut meliputi penisilin, klindamisin, sefalosporin


dan makrolida tertentu. Tonsilektomi adalah pilihan pengobatan pada kasus
kronis dan berulang. Untuk abses tonsil, drainase abses diikuti dengan antibiotik
dan pembedahan dianjurkan. Kombinasi amoksisilin dengan asam klavulanat
(AMC) memiliki aktivitas yang sangat baik terhadap bakteri gram positif,
termasuk GABHS. Azitromisin efektif terhadap patogen bakteri pernapasan atas,
seperti GABHS. Azitromisin memiliki efek farmakodinamik dan farmakokinetik
yang lebih baik dengan penggunaan harian yang sedikit dan dapat mengurangi
efek samping dati saluran pencernaan.

Sesuai catatan di Nepal Medical College dan Teaching Hospital (NMCTH),


tonsilitis memiliki tingkat prevalensi yang tinggi, AMC dan azitromisin sering
diresepkan untuk tonsilitis. Penelitian ini berusaha membandingkan kemanjuran
AMC dan azitromisin pada pasien tonsilitis yang mendatangi Departemen
Otorhinolaryngology di NMCTH.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dan


membandingkan efektivitas dari amoksisilin dengan asam klavulanat dan
azitromisin

BAHAN DAN METODE


Dilakukan studi prospektif dan acak pada rumah sakit ini yang dilakukan
pada pasien tonsilitis yang mendatangi Departemen Otorhinolaryngology di
NMCTH. Sampel sebanyak 70 pasien. Dengan kriteria inklusi untuk penelitian ini
adalah pasien yang berusia 5 hingga 44 tahun yang secara klinis didiagnosis
sebagai tonsilitis bakteri oleh konsultan THT yang bersangkutan. Kriteria eksklusi
termasuk pasien yang secara klinis didiagnosis sebagai tonsilitis virus oleh
konsultan THT yang bersangkutan, pasien dengan riwayat reaksi hipersensitivitas
atau yang memiliki reaksi hipersensitif terhadap AMC dan azitromisin selama
pengobatan, ibu hamil dan menyusui, dan pasien dengan kondisi parah yang
membutuhkan perawatan.

Data dikumpulkan menggunakan proforma pretest. Setiap pasien


dilibatkan dalam penelitian ini sudah mendapatkan persetujuan. Informasi
demografis (usia, jenis kelamin, alamat, pekerjaan) dan informasi klinis (durasi,
tanda dan skor gejala tonsilitis), obat yang diresepkan, dosis, keparahan penyakit
dicatat dalam proforma. Semua pasien yang memenuhi kriteria inklusi secara
acak menjadi dua kelompok: Grup A dan Grup B. Pasien dengan nomor ganjil
dimasukkan dalam Grup A dan pasien nomor genap di Grup B. Grup A menerima
AMC 625mg TDS selama 5 hari dan untuk pasien anak 20-40mg / kg / hari TDS
selama 5 hari. Kelompok B menerima azitromisin 500mg OD selama 5 hari dan
untuk pasien anak 10 mg / kg / hari OD selama 5 hari. Pasien juga diresepkan
OAINS, obat kumur sesuai kebutuhan. efektivitas klinis AMC dan azitromisin
dibandingkan berdasarkan tanda dan skor gejala di mana nilai maksimum adalah
3. Skor tanda dan gejala diamati pada awal (hari 1) dan pada hari ke 6, yaitu
setelah 5 hari pengobatan. Tanda dan skor gejala meliputi tiga parameter: sakit
tenggorokan, disfagia dan hipertrofi tonsil.

Skor yang digunakan membantu untuk menentukan keparahan penyakit yaitu


tidak ada, ringan, sedang, berat. Keparahan penyakit dinilai sebagai 'tidak ada-0,'
1 '-ringan,' 2 '-sedang,' 3 '-parah. Setelah perawatan, penurunan tanda dan gejala
klinis menjadi total keparahan skor 0 atau 1 (dari skor 3) dan skor 0 (dari skor 2
dan 1) dianggap sebagai penyembuhan klinis.

Untuk sakit tenggorokan


Nilai 0: tidak ada; Nilai 1: ringan (lebih ringan dari flu); Nilai 2: sedang (seperti
flu); Nilai 3: parah (lebih parah dari flu)

Untuk disfagia
Nilai 0: tidak ada; Nilai 1: ringan (nyeri saat memakan makanan tertentu); Nilai 2:
sedang (nyeri saat memakan semua makanan); Nilai 3: parah (tidak dapat
menelan)

Anda mungkin juga menyukai