Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR

3.1 Asuhan Keperawatan Secara Umum


A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan,pekerjaan, asuransi, golongan
darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa
nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya
serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri
klien digunakan:
1. Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang
menjadi faktor presipitasi nyeri.
2. Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau
menusuk.
3. Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
4. Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa
jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
5. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakahbertambah
buruk pada malam hari atau siang hari.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan
terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut
sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian

1
tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme
terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain .
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur
dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.
Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s
yang menyebabkan raktur patologis yang sering sulit untuk
menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt
beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes
menghambat proses penyembuhan tulang.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti
diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan
kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik.
f. Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon
atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat .
2. Pemeriksaan Fisik
a. Gambaran Umum
1. Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-
tanda, seperti:
a. Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah,
komposmentis tergantung pada keadaan klien.
b. Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat
dan pada kasus fraktur biasanya akut.
c. Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik
fungsi maupun bentuk.
2. Secara sistemik dari kepala sampai kelamin

2
a. Sistem Integumen: Terdapat erytema, suhu sekitar daerah
trauma meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.
b. Kepala: Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris,
tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
c. Leher: Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada
penonjolan, reflek menelan ada.
d. Muka: Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada
perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak
oedema.
e. Mata: Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis
(karena tidak terjadi perdarahan)
f. Telinga: Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal.
Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
g. Hidung: Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping
hidung.
h. Mulut dan Faring: Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
i. Thoraks: Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada
simetris.
j. Paru
1. Inspeksi: Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya
tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan
dengan paru.
2. Palpasi: Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba
sama.
3. Perkusi: Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara
tambahan lainnya.
4. Auskultasi: Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau
suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.
k. Jantung
1. Inspeksi: Tidak tampak iktus jantung.
2. Palpasi: Nadi meningkat, iktus tidak teraba.

3
3. Auskultasi: Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
l. Abdomen
1. Inspeksi: Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
2. Palpasi: Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar
tidak teraba.
3. Perkusi: Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
4. Auskultasi: Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.
m. Inguinal-Genetalia-Anus: Tak ada hernia, tak ada pembesaran
lymphe, tak ada kesulitan BAB.
b. Keadaan Lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal
terutama mengenai status neurovaskuler (untuk status neurovaskuler _ 5
P yaitu Pain, Palor, Parestesia, Pulse, Pergerakan). Pemeriksaan pada
sistem muskuloskeletal adalah:
1. Look (inspeksi); Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
a. Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan
seperti bekas operasi).
b. Cape au lait spot (birth mark).
c. Fistulae.
d. Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.
e. Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang
tidak biasa (abnormal).
f. Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
g. Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)
2. Feel (palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita
diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya
ini merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah,
baik pemeriksa maupun klien.Yang perlu dicatat adalah:
a. Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban
kulit. Capillary refill time Normal 3– 5 “

4
b. Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau
oedema terutama disekitar persendian.
c. Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3
proksimal, tengah, atau distal). Otot: tonus pada waktu
relaksasi atau konttraksi, benjolan yang terdapat di
permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa
status neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka sifat
benjolan perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya,
pergerakan terhadap dasar atau permukaannya, nyeri atau
tidak, dan ukurannya.
d. Move (pergerakan terutama lingkup gerak. Setelah
melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan
menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan
nyeri pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu,
agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya.
Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat, dari tiap arah
pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dalam ukuran
metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan
gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah
gerakan aktif dan pasif.

B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien fraktur
adalah sebagai berikut.
1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
2. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan
membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)
3. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri,
terapi restriktif (imobilisasi)
4. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen,
kawat, sekrup)

5
5. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit,
taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang).
6. Risiko Syok b.d hipovolemik

C. Intervensi Keperawatan
N DIAGNOSA TUJUAN dan INTERVENSI
O KEPERAWATAN KRITERIA HASIL

1. Nyeri akut b/d NOC: NIC


spasme otot,
gerakan fragmen Pain Level Pain Management
tulang, Tujuan: 1. Kaji rasa nyeri
edema,cedera secara
jaringan lunak, Setelah dilakukan komprehensif
pemasangan traksi, tindakan keperawatan untuk menentukan
stress/ansietas. selama 3x24 jam nyeri lokasi,
teratasi, dengan kriteria karakteristik,
hasil: onset/durasi,
1. Pain Level frekuensi,
kualitas, intensitas
a. Melaporkan
atau beratnya
nyeri nyeri, dan faktor
b. Panjang episode pencetus.
2. Observasi tanda-
nyeri
tanda non verbal
c. Ekspresi wajah dari
nyeri ketidaknyamanan,
terutama pada
d. Kegelisahan
klien yang
e. Agitasi mengalami
f. Meringis kesulitan
berkomunikasi.
3. Tentukan dampak
nyeri terhadap
kualitas hidup
klien (misalnya
tidur, nafsu
makan, aktivitas,
kognitif, suasana
hati, hubungan,
kinerja kerja, dan

6
tanggung jawab
peran).
4. Kontrol faktor
lingkungan yang
mungkin
menyebabkan
respon
ketidaknyamanan
klien (misalnya
temperature
ruangan,
pencahayaan,
suara).
5. Pilih dan terapkan
berbagai cara
(farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal)
untuk
meringankan
nyeri.
2. Gangguan NOC: NIC:
pertukaran gas b/d
perubahan aliran Respiratory status : gas Respiratory
darah, emboli, exchange (0402) Monitoring (3350)
perubahan 326
Setelah dilakukan
membran perawatan selama 2 X 1. Monitor RR,
alveolar/kapiler 24 jam gangguan irama, kedalaman,
(interstisial, edema pertukaran gas dapat
paru, kongesti) dari pernapasan
diatasi dengan kriteria
hasil : 2. Pantau apakah ada
retraksi dada
1. Kadar PaO2
2. Kadar PaCO2 3. Pantau pola naps
3. Saturasi oksigen 4. Monitor saturasi
4. Sianosis teratasi
oksigen
5. Pantau adanya
kelelahan pada
diafragma ditandai

7
dengan pergerakan
paradox
6. Memantau nilai
PFT, khususnya
kapasitas vital,
kekuatan
pernapasan
maksimal, volume
ekspirasi paksa
dalam satu detik
7. Monitoring adanya
dyspnea dan
kejadian yang
meningkatkan dan
memperburuk
keadaan klien
3. Hambatan NOC: NIC:
mobilitas fisik b/d Terapi latihan:
kerusakan rangka Mobilitas Mobilitas sendi
neuromuskuler, Tujuan:
nyeri, terapi 1. Menentukan
restriktif Setelah dilakukan keterbatasan
(imobilisasi) tindakan keperawatan gerakan sendi
selama 3x24 jam dan berpengaruh
hambatan mobilitas pada fungsinya.
fisik teratasi, dengan 2. Berkolaborasi
kriteria hasil: dengan terapi
fisik dalam
1. Koordinasi
mengembangkan
2. Gaya berjalan
dan
3. Gerakan otot
melaksanakan
4. Pergerakan
dan program
sendi
latihan
5. Bergerak
3. Menentukan
dengan mudah
tingkat motivasi
pasien untuk
menjaga atau

8
mengembalikan
gerakan sendi.
4. Menjelaskan
kepada pasien /
keluarga tujuan
dan rencana
latihan bersama.
5. Memantau lokasi
dan sifat
ketidaknyamana
n atau nyeri
selama gerakan /
aktivitas

4. Gangguan NOC: NIC:


integritas kulit b/d
fraktur terbuka, Tissue Integrity : skin Skin and wound
pemasangan traksi and muccouse management
(pen, kawat, membrane (1101)
sekrup) Tujuan:
Wound care (3660)
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 1. Memantau
selama 2x24 jam karakteristik luka,
integritas kulit teratasi, termasuk drainase,
dengan kriteria hasil:
warna, ukuran dan
1. elastisitas bau
2. integritas kulit 2. Mengukur tempat
3. lesi kulit luka, yang sesuai
3. Membersihkan
dengan normal
saline atau
pembersih tidak
beracun, yang
sesuai
4. Menempatkan
daerah yang
terkena dalam

9
pusaran air mandi,
yang sesuai
5. Memberikan insisi
perawatan situs,
sesuai kebutuhan
6. Mengelola
perawatan ulkus
kulit, sesuai
kebutuhan
7. Menerapkan salep
yang sesuai
dengan kulit / lesi,
yang sesuai
8. Memeriksa luka
dengan setiap
perubahan balutan
9. Teratur
membandingkan
dan mencatat
setiap perubahan
luka
10. Anjurkan pasien
atau anggota
keluarga tentang
prosedur
perawatan luka.
5. Risiko infeksi b/d NOC: NIC
ketidakadekuatan
pertahanan primer Risk control : infectious Infection protection
(kerusakan kulit, process (1924) (6550)
taruma jaringan Selama dilakukan 1. Pantau tanda-
lunak, prosedur perawatan klien tanda dan gejala
invasif/traksi terhindar dari infeksi infeksi sistemik
tulang) dengan kriteria hasil dan lokal

10
- Menyatakan resiko 2. Monitor
infeksi personal kerentanan
terhadap infeksi
- Identifikasi resiko
3. Lakukan tindakan
infeksi setiap hari pencegahan
- Identifikasi tanda neutropenia
4. Isolasi semua
dan gejala pada
pengunjung untuk
indikasi resiko penyakit menular
potensial 5. Pertahankan
asepsis untuk
- Monitor tingkah
pasien berisiko
laku personal 6. Periksa kondisi
- Monitor lingkungan setiap sayatan
bedah atau luka
7. Pantau perubahan
tingkat energi atau
malaise

6. Risiko Syok b.d NOC: NIC


hipovolemik Tingkat keparahan Resusitasi
syok: hipovolemik 1. Mengevaluasi
Tujuan: tidak responsif
Setelah dilakukan
untuk
tindakan keperawatan
selama 2x24 jam risiko menentukan
syok teratasi, dengan tindakan telah
kriteria hasil:
sesuai
1. Tekanan nadi
menurun 2. Meminta
2. Tekanan arteri bantuan jika
menurun
tidak ada
3. Penurunan
tekanan darah pernapasan atau
sistolik tidak ada
4. Penurunan pernapasan
tekanan darah
diastolic normal dan
5. Pengisian kapiler tidak ada respon
tertunda 3. Memanggil
6. Peningkatan

11
denyut jantung kode sesuai
7. Oksigen arteri dengan standar
menurun
lembaga
8. Peningkatan
karbon dioksida 4. Yakinkan
arteri defibrilasi
9. Dingin, kulit
cepat, yang
lembab dan
dingin sesuai
5. Napas yakinkan
pasien terbuka
6. Menyediakan
peralatan siaga
7. Menyediakan
obat-obatan
yang tepat
8. Menerapkan
memantau
jantung atau
apnea.

3.2 Asuhan Keperawatan Kasus


A. Kasus
Sdr. E berusia 17 tahun dibawa ke RSUA tanggal 1 Maret 2015 pada jam
14.23 WIB oleh keluarganya. Pasien mengatakan pada tanggal 17 Juli
2014 yang lalu pernah jatuh dari sepeda motor, kemudian pasien dibawa ke
dukun pijat oleh keluarganya. Setelah dibawa ke dukun pijat pasien tidak
kunjung sembuh tetapi tambah parah dan kaki membengkak. Pasien telah
menjalani operasi pada tanggal 2 Maret 2015. Pada tanggal 11 Maret 2013
pasien mengatakan nyeri, skala nyeri 7, ekspresi wajah tampak meringis
kesakitan, ekspresi wajah tegang, bingung saat ditanya perawatan luka post
operasi. Dari hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD: 110/70
mmHg, N:88 x/menit, S:36OC. Luka operasi pasien sepanjang 20 cm,
jumlah jahitan 20, luka tampak basah tidak ada PUS, leukosit 8000H/mm 3.

12
Pasien mengatakan dalam beraktifitas tidak bisa mandiri dan
membutuhkan bantuan orang lain, personal hygiene kurang, aktifitas
pasien di bantu keluarga.
B. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : Sdr. E
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Tanggal MRS : 1 Maret 2015
Diagnosa Medis : Mal union fraktur femur sinistra post op ke -8
b. Keluhan Utama : Pasien mengatakan kaki sebelah kirinya yang patah
nyeri saat di gerakkan.
c. Riwayat Perawatan Sekarang : Pasien mengatakan pada tanggal 17 Juli
2014, pasien pernah jatuh dari sepeda motor, kemudian pasien dibawa
ke dukun pijat oleh keluarganya. Setelah dibawa ke dukun pijat kaki
pasien tidak kunjung sembuh tetapi tambah parah, kaki membengkak,
maka pada tanggal 1 Maret 2015 baru pasien dibawa ke RSUA pada
jam 14.23 WIB oleh keluarganya. Kemudian dilakukan operasi pada
tanggal 2 Maret 2015. Pada tanggal 11 Maret 2015 pasien mengatakan
nyeri, skala nyeri 7, ekspresi wajah tampak meringis kesakitan,ekspresi
wajah tegang,bingung saat di tanya perawatan luka post operasi, TD:
110/70 mmHg, N:88 x/menit, S:36OC. Luka operasi sepanjang 20 cm,
jumlah jahitan 20, luka tampak basah tidak ada PUS, leukosit
8000H/mm3, pasien dalam mengatakan dalam beraktifitas tidak bisa
mandiri dan membutuhkan bantuan orang lain dan alat. Dalam berjalan
pasien masih menggunakan tongkat, personal hygiene kurang, aktifitas
pasien di bantu keluarga.

13
d. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien sebelumnya tidak pernah
mempunyai riwayat penyakit patah tulang seperti ini dan pasien juga
belum pernah dirawat di Rumah Sakit, tidak mempunyai riwayat
penyakit menular dan keturunan seperti DM, Hipertensi, TBC,
hepatitis, dll.
e. Riwayat Keperawatan Keluarga : Pasien mengatakan bahwa
keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit seperti pasien dan
keluarga pasien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit menular
seperti TBC dan hepatitis, penyakit keturunan seperti hipertensi dan
DM serta tidak ada yang mempunyai penyakit tulang seperti
osteoporosis.
f. Pola Kebiasaan
1. Pola Persepsi dan Manajemen
Keluarga pasien sangat mementingkan kesehatannya sehingga
apabila sakit segera memeriksakan diri ke Puskesmas/dokter
bahkan ke dukun terdekat.
a. Sebelum dirawat : Pasien menggosok gigi sehari (2x setelah mandi
dan 1x sebelum tidur). Mandi 2x dengan sabun dan ganti baju 2x.
b. Saat dirawat : klien jarang mandi, mandi hanya jika ada
keluarga yang membantu
2. Pola Nutrisi
a. Sebelum dirawat :
A = BB : 63 kg
B = Albumin 3,5 dl
C = Rambut bersih, tidak rontok, tidak mudah dicabut
D = Pasien makan 3x sehari dengan porsi 1n piring habis (lauk,
nasi, sayur) dan minum air putih + 8 gelas/hari.
b. Saat dirawat:
A = BB : 60 kg
B = Hb : 14,4 gr/dl
C = Rambut agak kotor, tidak rontok, tidak mudah dicabut

14
D = Nutrisi TKTP, Pasien makan 3x sehari dengan porsi ½
piring habis (lauk, nasi, sayur) dan minum air putih + 8 gelas/hari.
3. Pola Eliminasi
Sebelum dirawat : Pasien BAB 1-2x sehari dengan konsistensi
lembek warna kuning, bau khas, BAK 4-5x sehari, warna kuning
jernih bau khas.
Saat dirawat : Pasien BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek
warna kuning, bau khas, BAK 4-5x sehari, warna kuning jernih bau
khas. Terakhir BAB tanggal 10 April 2008 hari Kamis.
4. Pola Istirahat Tidur
Sebelum dirawat : Pasien tidur 7-8 jam sehari kadang-kadang tirud
siang ½ - 1 jam sehari.
Saat dirawat : Pasien tidur selama 5-6 jam karena nyeri pada
kaki sebelah kiri dan tidak pernah tidur siang.
5. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum dirawat :
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan √ - - - -
Minum √ - - - -
Berpakaian √ - - - -
Toileting √ - - - -
Ambulasi √ - - - -
Saat dirawat :
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan √ - - - -
Minum √ - - - -
Berpakaian - - √ - -
Toileting - √ - - -
Ambulasi - - √ - -

Keterangan :
0 : Mandiri 3 : Bantuan orang lain + alat
1 : Alat Bantu 4 : Bantu dengan bantuan

15
2 : Bantuan orang lain
Pasien mengatakan bila berubah posisi/beraktivitas kakinya terasa
nyeri dan sakit.
6. Pola Persepsi dan Kognitif
Sebelum dirawat : Penglihatan baik
Saat dirawat :Antara telinga kanan dan kiri terdengar suara
yang sama
Pembau : Normal, dapat membedakan antara bau busuk dan harum
Perasa : Normal, dapat membedakan rasa manis, asam, asin, pahit
Peraba : Normal, dapat membedakan pemukaan kasar dan halus
Kognitif : Pasien dan keluarga beranggapan bahwa kesehatannya
akan membaik setelah mendapatkan perawatan dari RS. Pasien
mengatakan kurang tahu cara perawatan luka operasi dirumah.
g. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tingkat Kesadaran : Composmentis
3. Vital Sign :
TD : 110/70 mmHg
RR : 20x /menit
N : 88x /menit
S : 369 C
4. Kepala : Mesochepal
Rambut : Kurang bersih, hitam tidak mudah rontok, tidak mudah
dicabut
Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
tidak mengalami gangguan penglihatan
Hidung : Simetris, tidak ada polip
Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran
Muka : Ekspresi wajah tampak meringis kesakitan, ekspresi
wajah tampak tegang, ekspresi wajah tampak bingung

16
Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
peningkatan JVP
5. Paru-paru :
I : Ictus simetris ka/ki
P : Vocal fremitus ka/ki sama
P : Sonor ka/ki
A : Tidak ada wheezing, tidak ada ronchi
6. Jantung :
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis teraba pada iga 4 dan 5
P : Pekak
A : Teratur, tidak ada murmur (53)
7. Perut :
I : Perut datar
A : Bunyi peristaltik 14 x/menit
P : Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah abdomen
P : Tympani
8. Genetalia : Tidak terpasang DC, bersih
9. Anus : Tidak ada hemoroid
10. Ekstremitas :
Atas : Tidak ada oedema, terpasang infus RL 120 tetes/menit
pada tangan kiri, tidak ada lesi, CRT 2 detik.
Bawah : Tidak ada oedema, akral tidak dingin, CRT 2 detik,
terdapat luka post operasi, panjang luka operasi 20 cm, terdapat 20
jahitan, keadaan lukanya basah, tidak ada PUS, kesemutan
Kulit : Turgor Baik
h. Data Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium dilakukan tanggal 2 Maret 2015
KIBC : 8.000 H/mm3 (3.500-10.000)
HGM : 14,4 g/dl (11,0-16,5)
PLT : 228.000 H/mm3 (150.000-390.000)
Pemeriksaan post op tanggal 3 Maret 2015

17
Hb : 11,3 g/dl
2. Hasil rongent sebelum operasi : mal union fraktur femur sinistra
3. Therapy tanggal 11 April 2013
Cipro 2 x 500 mg diberikan secara oral
Asam mefenamat 2 x 50 mg secara oral

C. Dignosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
2. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli,
perubahan membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru,
kongesti)
3. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler,
nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)
4. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi
(pen, kawat, sekrup)
5. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan
kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang).
6. Risiko Syok b.d hipovolemik

D. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN dan INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL

1. Nyeri akut b/d NOC: NIC


spasme otot,
gerakan fragmen Pain Level Pain Management
tulang, Tujuan: 1. Kaji rasa nyeri
edema,cedera secara
jaringan lunak, Setelah dilakukan komprehensif
pemasangan traksi, tindakan keperawatan untuk menentukan
stress/ansietas. selama 3x24 jam nyeri lokasi,
teratasi, dengan karakteristik,
kriteria hasil: onset/durasi,
2. Pain Level frekuensi, kualitas,
intensitas atau

18
a. Melaporkan beratnya nyeri, dan
nyeri faktor pencetus.
2. Observasi tanda-
b. Panjang
tanda non verbal
episode nyeri dari
c. Ekspresi wajah ketidaknyamanan,
terutama pada klien
nyeri
yang mengalami
d. Kegelisahan kesulitan
e. Agitasi berkomunikasi.
3. Tentukan dampak
f. Meringis
nyeri terhadap
kualitas hidup klien
(misalnya tidur,
nafsu makan,
aktivitas, kognitif,
suasana hati,
hubungan, kinerja
kerja, dan tanggung
jawab peran).
4. Kontrol faktor
lingkungan yang
mungkin
menyebabkan
respon
ketidaknyamanan
klien (misalnya
temperature
ruangan,
pencahayaan,
suara).
5. Pilih dan terapkan
berbagai cara
(farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal)
untuk meringankan
nyeri.
2. Gangguan NOC: NIC:
pertukaran gas b/d
Respiratory status : Respiratory

19
perubahan aliran gas exchange (0402) Monitoring (3350) 326
darah, emboli,
perubahan Setelah dilakukan 1. Monitor RR, irama,
membran perawatan selama 2 X kedalaman, dari
alveolar/kapiler 24 jam gangguan
pernapasan
(interstisial, edema pertukaran gas dapat
diatasi dengan kriteria 2. Pantau apakah ada
paru, kongesti)
hasil : retraksi dada
1. Kadar PaO2 3. Pantau pola naps
2. Kadar PaCO2 4. Monitor saturasi
3. Saturasi
oksigen
oksigen
4. Sianosis 5. Pantau adanya
teratasi kelelahan pada
diafragma ditandai
dengan pergerakan
paradox
6. Memantau nilai
PFT, khususnya
kapasitas vital,
kekuatan
pernapasan
maksimal, volume
ekspirasi paksa
dalam satu detik
7. Monitoring adanya
dyspnea dan
kejadian yang
meningkatkan dan
memperburuk
keadaan klien

3. Hambatan NOC: NIC:


mobilitas fisik b/d Terapi latihan:
kerusakan rangka Mobilitas Mobilitas sendi
neuromuskuler,

20
nyeri, terapi Tujuan:
restriktif 1. Menentukan
(imobilisasi) Setelah dilakukan keterbatasan
tindakan keperawatan gerakan sendi dan
selama 3x24 jam berpengaruh pada
hambatan mobilitas fungsinya.
fisik teratasi, dengan 2. Berkolaborasi
kriteria hasil: dengan terapi
1. Koordinasi fisik dalam
2. Gaya berjalan mengembangkan
3. Gerakan otot dan melaksanakan
4.Pergerakan dan program
sendi latihan
5. Bergerak 3. Menentukan
dengan mudah tingkat motivasi
pasien untuk
menjaga atau
mengembalikan
gerakan sendi.
4. Menjelaskan
kepada pasien /
keluarga tujuan
dan rencana
latihan bersama.
5. Memantau lokasi
dan sifat
ketidaknyamanan
atau nyeri selama
gerakan / aktivitas

4. Gangguan NOC: NIC:


integritas kulit b/d
fraktur terbuka, Tissue Integrity : skin Skin and wound
pemasangan traksi and muccouse management
(pen, kawat, membrane (1101)
sekrup) Tujuan:
Wound care (3660)
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 1. Memantau
selama 2x24 jam karakteristik luka,
integritas kulit teratasi, termasuk drainase,
dengan kriteria hasil:
warna, ukuran dan

21
1. elastisitas bau
2. integritas kulit 2. Mengukur tempat
3. lesi kulit luka, yang sesuai
3. Membersihkan
dengan normal
saline atau
pembersih tidak
beracun, yang
sesuai
4. Menempatkan
daerah yang terkena
dalam pusaran air
mandi, yang sesuai
5. Memberikan insisi
perawatan situs,
sesuai kebutuhan
6. Mengelola
perawatan ulkus
kulit, sesuai
kebutuhan
7. Menerapkan salep
yang sesuai dengan
kulit / lesi, yang
sesuai
8. Memeriksa luka
dengan setiap
perubahan balutan
9. Teratur
membandingkan
dan mencatat setiap
perubahan luka
10. Anjurkan pasien

22
atau anggota
keluarga tentang
prosedur perawatan
luka.
5. Risiko infeksi b/d NOC: NIC
ketidakadekuatan
pertahanan primer Risk control : Infection protection
(kerusakan kulit, infectious process (6550)
taruma jaringan (1924)
1. Pantau tanda tanda
lunak, prosedur Selama dilakukan dan gejala infeksi
invasif/traksi perawatan klien sistemik dan local
tulang) terhindar dari infeksi 2. Monitor
dengan kriteria hasil kerentanan
terhadap infeksi
- Menyatakan resiko 3. Lakukan tindakan
infeksi personal pencegahan
- Identifikasi resiko neutropenia
4. Isolasi semua
infeksi setiap hari
pengunjung untuk
- Identifikasi tanda penyakit menular
dan gejala pada 5. Pertahankan
asepsis untuk
indikasi resiko
pasien berisiko
potensial 6. Periksa kondisi
- Monitor tingkah setiap sayatan
bedah atau luka
laku personal
7. Pantau perubahan
- Monitor tingkat energi atau
lingkungan malaise
6. Risiko Syok b.d NOC: NIC
hipovolemik Tingkat keparahan Resusitasi
syok: hipovolemik 1. Mengevaluasi
Tujuan: tidak responsif
Setelah dilakukan
untuk
tindakan keperawatan
selama 2x24 jam risiko menentukan
syok teratasi, dengan tindakan telah
kriteria hasil:
sesuai
1. Tekanan nadi
menurun 2. Meminta bantuan

23
2. Tekanan arteri jika tidak ada
menurun pernapasan atau
3. Penurunan
tidak ada
tekanan darah
sistolik pernapasan
4. Penurunan normal dan tidak
tekanan darah
ada respon
diastolic
5. Pengisian 3. Memanggil kode
kapiler tertunda sesuai dengan
6. Peningkatan
standar lembaga
denyut jantung
7. Oksigen arteri 4. Yakinkan
menurun defibrilasi cepat,
8. Peningkatan yang sesuai
karbon dioksida
arteri 5. Napas yakinkan
9. Dingin, kulit pasien terbuka
lembab dan 6. Menyediakan
dingin
peralatan siaga
7. Menyediakan
obat-obatan yang
tepat
8. Menerapkan
memantau
jantung atau
apnea.

E. Evaluasi
Subs
Seve Mode
Indikator tanti Mild None
re rate
al
1. Nyeri akut
Kontrol nyeri:
4

24
a) Melaporkan 1 2 3 5 NA
nyeri

b) Panjang 1 2 3 4 5 NA
episode nyeri
c) Ekspresi
wajah nyeri 1 2 3 4 5 NA

d) Kegelisahan 1 2 3 4 5 NA

e) Agitasi
4
1 2 3 5 NA
f) Meringis
1 2 3 4 5 NA
2. Gangguan
pertukaran gas b/d
perubahan aliran
darah, emboli,
perubahan
membran
alveolar/kapiler
(interstisial, edema
paru, kongesti)
a) Kadar
PaO2 1 2 3 4 5 NA

b) Kadar 1 2 4 5 NA
PaCO2 3

c) Saturasi 1 2 4 5 NA
3
oksigen

d) Sianosis 1 2 4 5 NA
3

25
teratasi
3. Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
Perfusi jaringan:
Perifer :
4
a) Koordinasi 1 2 3 5 NA

4
b) Gaya berjalan 1 2 3 5 NA

c) Gerakan otot 1 2 3 4 5 NA

d) Pergerakan 1 2 3 4 5 NA
sendi
1 2 3 4 5 NA
e) Bergerak
dengan 1 2 3 4 5 NA
mudah

4. Gangguan
integritas kulit b/d
fraktur terbuka,
pemasangan traksi
(pen, kawat,
sekrup)
4
a) Elastisitas 1 2 3 5 NA
b) integritas 1 2 3 5 NA
4
kulit
c) lesi kulit 1 2 3 4 5 NA
5. Risiko infeksi b/d
ketidakadekuatan
pertahanan primer
(kerusakan kulit,
taruma jaringan

26
lunak, prosedur
invasif/traksi
tulang)
a) Menyatakan 1 2 3 4 5 NA
resiko infeksi
personal
b) Identifikasi
3
resiko infeksi 1 2 4 5 NA
setiap hari
c) Identifikasi
tanda dan
4
gejala pada 1 2 3 5 NA
indikasi resiko
potensial
d) Monitor
tingkah laku 4
personal 1 2 3 5 NA
e) Monitor
lingkungan 1 2 3 4 4 NA
6. Hambatan
mobilitas fisik.
Mobilitas:
a. Koordinasi 1 2 3 4 5 NA

b. gaya berjalan 1 2 4 5 NA
3

4
c. gerakan otot 1 2 3 5 NA

4
d. pergerakan 1 2 3 5 NA
sendi
2 4
e. bergerak 1 3 5 NA
dengan mudah

27
7. Risiko Syok b.d
hipovolemik
1. Tekanan nadi 1 2 3 4 5 NA
menurun
2. Tekanan
arteri 1 2 3 4 5 NA
menurun
3. Penurunan
4
tekanan darah 1 2 3 5 NA
sistolik
4. Penurunan
4
tekanan darah 1 2 3 5 NA
diastolic
5. Pengisian
kapiler 1 2 3 5 NA
4
tertunda
6. Peningkatan
4
denyut 1 2 3 5 NA
jantung
7. Oksigen arteri
menurun 1 2 3 4 5 NA
8. Peningkatan
karbon
dioksida arteri 1 2 3 4 5 NA
9. Dingin, kulit 1 2 3 5 NA
4
lembab dan
dingin

28
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Menurut Jitowiyono (2010) fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas
batang femur yang bisa terjadi akibat truma langsung (kecelakaan lalu lintas,
jatuh dari ketinggian). Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan
yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok.

29
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga
yaitu yang pertama cedera traumatic pada tulang yang dibedakan menjadi
cedera langsung dan tidak langsung serta kontraksi keras secara mendadak dari
otot yang kuat. Kedua disebabkan karena fraktur patologik yakni kerusakan
tulang disebabkan oleh proses penyakit dimana trauma minor dapat
mengakibatkan fraktur dan yang ke tiga secara spontan oleh stress tulang yang
terjadi secara terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang
bertugas di kemiliteran.
Penatalaksanaan fraktur femur ini adalah reduksi fraktur yakni
mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis.
Reduksi femur terbagi menjadi reduksi tertutup, traksi dan reduksi terbuka.
Tindakan imobilisasi dilakukan setelah reduksi dengan tujuan mempertahankan
reduksi sampai terjadi penyembuhan. Rehabilitasi dimaksudkan untuk
mempertahankan dan mengembalikan fungsi setelah dilakukan reduksi dan
imobilisasi.

LAMPIRAN
WEB OF CAUTION

Etiologi

Trauma (langsung atau tidak langsung), patologi

Fraktur (terbuka atau tertutup)

Kehilangan Peubahan fragmen tulang, Fraktur terbuka ujung


integritas tulang kerusakan pada jaringan, tulang menembus30otot
dan pembulu darah dan kulit

Ketidakstabilan posisi
fraktur digerakkan

Hematoma pada MK: Gangguan


Fragmen tulang daerah fraktur Integritas Kulit
yang patah menusuk
organ sekitar
MK: Resiko Syok Kuman mudah
Hipovolemik masuk
MK: Nyeri Akut
Aliran darah ke MK: Resiko
distal berkurang atau Infeksi
terhambat

Warna jaringan
pucat, nadi lemah,
sianosis, kesemutan

Kerusakan
neuromuskuler

Gangguan fungsi
organ distal

MK: Gangguan
Mobilitas Fisik

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Muttaqin. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC
Doenges, dkk, (2005). Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : Penerbit Buku
kedokteran EGC

31
Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyaki.
Volume 2. Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC
Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses
- proses penyakit Volume 2. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Smeltzer, S. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth.
Volume 2 Edisi 8. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC

32

Anda mungkin juga menyukai