Anda di halaman 1dari 27

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Nasabah

pada Pembiayaan Sektor Perdagangan


di KJKS BMT NUSYA Baureno

Mundhori
Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro

Abstrak
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan nasabah pada pembiayaan sektor
perdagangan di KJKS BMT NUSYA Baureno. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan nasabah pembiayan pada
sektor perdagangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif,
adapun data yang diperoleh dari data primer dan skunder. Data primer diperoleh
melalui kuisioner dan wawancara baik dari karyawan ataupun nasabah yang
mengajukan pembiayaan sektor perdagangan di KJKS BMT NUSYA Baureno.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari literature, internet dan data kepustakaan
lainnya. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode analisis regresi
berganda dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16.0 for windows.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa variabel yang tidak mempunyai
pengaruh terhadap independennya, karena setelah dianalisis nilainya menunjukkan
angka negatif. Dari hasil analisis koefisien determinasi menunjukkan nilai 72,0%,
maka variabel independen mempunyai pengaruh sebesar 72,0% terhadap variael
dependen.

Kata Kunci: Pelayanan, Biaya Administrasi, Bagi Hasil, Kepuasan Nasabah.

A. Pendahuluan
Dari saat ini keuangan yang terutama dari lembaga keuangan syari’ah yang
telah diamati oleh masyarakat dapat beranggapan dengan lembaga keuangan yang
lebih nyaman, karena telah menggunakan prinsip bagi hasil dan akad-akad yang
sesuai dengan syari’at Islam. Masyarakat semakin percaya dengan adanya keuangan
syari’ah merekapun ingin mengetahui kualitas dari lembaga keuangan yang telah
menjadi faktor yang telah ditentukan oleh keberhasilan sebuah usaha dalam bisnis
perbankan dan lembaga keuangan syari’ah, tetapi juga mencangkup semua bidang
usahanya. Kepuasan setiap nasabah terdapat untung dan rugi dalam sebuah
pemasaran dapat juga meneliti dari setiap nasabah.
Perusahaan selalu menerapkan pengamatan tingkat kepuasan dalam
menetapkan sasaran yang telah meningkat, seperti di KJKS BMT NUSYA Kec.
Baureno Kab. Bojonegoro tambah mencapai tingkat kepuasan nasabah, maka arah di
KJKS BMT NUSYA Kec. Baureno Kab. Bojonegoro sudah benar. Tetapi jika
keuntungannya itu dapat meningkatkan kepuasan nasabah, maka arahnya salah.
Keuntungan perusahaan dapat diimbangi dengan meningkatnya kepuasan dari suatu
perusahaan juga dapat dilihat dari keuntungan di masa yang akan datang.
Faktor penentu adanya tingkat keberhasilan pada suatu perusahaan dapat
member pelayanan pada nasabah yang telah mencapai pangsa pasar yang lebih tinggi
dan dapat meningkatkan laba dari perusahaan, sangat ditentukan terhadap nasabah,
maka arah di KJKS BMT NUSYA Kec. Baureno Kab. Bojonegoro sudah benar.
Tetapi jika keuntungannya itu dapat meningkatkan kepuasan nasabah, maka arahnya
salah. Keuntungan perusahaan bisa diimbangi dengan meningkatnya kepuasan dari
suatu perusahaan juga dapat dilihat dari keuntungan dimasa yang akan datang.
Faktor penentu adanya tingkat keberhasilan pada suatu perusahaan dapat
memberi pelayanan kepada nasabah yang telah mecapai pangsa pasar yang lebih
tinggi dan dapat meningkatkan laba pada perusahaan, sangat ditentukan oleh
pendekatan masyarakat dengan adanya konsekuensi atas suatu produk islam dan jasa
yang memiliki oleh perusahaan sehingga dapat mempertahankan strategi agar dapat
mencapai pangsa pasar yang lebih tinggi dan dapat meningkatkan laba pada
perusahaan, sangat ditentukan oleh pendekatan masyarakat dengan adanya
konsekuensi atas suatu produk Islam dan jasa yang dimiliki oleh perusahaan sehingga
dapat mempertahankan strategi agar dapat mencapai kesuksesan dalam menghadapi
persaingan pasar.
Nilai standard pada pelanggan adalah selisih antara jumlah nilai bagi nasabah
dan jumlah nilai nasabah yaitu sekelompok keuntungan yang diharapkan oleh
nasabah dari barang dan jasa pada perusahaan. dan terdapat tiga macam nilai yang
diberikan kepada nasabah, yaitu :
Kepercayaan (Reability), Ketahanan (Durability), Kinerja (Performace).
Kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan kinerja /
kepuasan hasil yang mereka rasakan dibanding dengan harapannya. Dari tahun
ketahun tingkat kepuasan nasabah di KJKS BMT NUSYA Kec. Baureno Kab.
Bojonegoro sering mengalami pasang surut, maka dari itu di KJKS BMT NUSYA
Kec. Baureno Kab. Bojonegoro dapat meningkatkan kualitas layanannya yang lebih
mendalam, sehingga nilai dalam produk-produk Islam ini terdapat kepuasan nasabah
agar dapat lebih meningkat dan percaya, agar nasabah merasa puas dengan tabungan,
produk dan jasa bagi masyarakat dan dapat juga mempromosikan secara langsung
agar di KJKS BMT NUSYA Kec. Baureno Kab. Bojonegoro perlu meyakinkan
nasabahnya agar tetap percaya dengan adanya koprasi tersebut.
Permasalahannya adalah bagaimana cara mempertimbangkan, mengevaluasi
dan merumuskan kebijakan - kebijakan dalam memberikan jasa pelayanan yang baik,
dapat menetapkan administrasi yang mudah, dan dapat menetapkan bagi hasil
(nisbah) yang adil, pengawasan pengelolahan dana pembiayaan, serta memberikan
kualitas yang oprasional sehingga kebijakan tersebut dapat sesuai dengan kebutuhan
yang diharapkan oleh nasabah.
Penelitian ini penting, karena dengan menggunakan penelitian maka dapat
mengetahui bahwa kebutuhan dan keinginan nasabah. Lembaga keuangan dapat
menawarkan hal - hal yang berbeda dengan pesaingnya. Dengan melihat hubungan
antara fenomena tersebut, maka peneliti mengangkat judul
"Faktor - Faktor Yang Mempengarui Kepuasan Nasabah Pada Pembiayaan
Sektor Perdagangan KJKS Nusya Kec. Baureno Kab. Bojonegoro Priode Tahun 2013
- 2014".

B. Kajian Pustaka
B.1. Pengertian Kepuasan Pelanggan
Kepuasan merupakan tingkat perasaan di mana seorang menyatakan hasil
perbandingan antara hasil kerja produk atau jasa yang diterima dengan apa yang
diharapkan. Enggel (1994), kepuasan pelanggan yang merupakan evaluasi purnabeli
di mana alternative yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil yang sama
atau telah melampui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuaskan timbul apabila
hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan. 1
Kepuasan nasabah salah satu tujuan utama perusahaan khususnya perusahaan
jasa dalam hal ini adalah bank adalah menciptakan kepuasan pelanggan. Kepuasan
1
Philip Kottler, 1997, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol,
Alih Bahasa: Hendra Teguh, Ronny A. Rusli dan Benyamin Molan (Jakarta: Prenhallindo), hlm. 26.
pelanggan sebagai hasi penelitian pelanggan terhadap apa yang diharapkan dengan
membeli dan mengkonsumsi suatu produk/jasa. Kemudian harapan tersebut
dibandingkan dengan kinerja yang diterimanya dengan mengkonsumsi produk/jasa
tersebut. Apakah keinginan yang diterimanya lebih besar (nominal sama) dari pada
harapannya, maka pelanggan merasa puas, sebaliknya kinerja yang diberikan dari
pemakaian produk/jasa tersebut lebih kecil dari pada apa yang diharapkan maka
pelanggan akan merasa tidak puas.
Ada tiga jenis kepuasan pelanggan yaitu:
a. Puas dengan produk/jasa bank yaitu karena kualitasnya tinggi serta
jangkauannya lebih luas
b. Puas dengan cara menjualnya
c. Ramah, sopan dan akrab
d. Murah senyum, menyenangkan, tanggap, cepat dan cermat
Nabi Muhammad SAW pernah menyinggung bahwa masalah kepuasan
manusia dengan hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Hadis tersebut
menunjukkan bahwa orang yang memiliki kekayaan yang berupa harga berharga,
berharap ingin memiliki harga berharga lainnya yang lebih banyak dan jauh lebih
banyak lagi. Sifat manusia yang cenderung tidak pernah merasa puas atas apa
yang diperoleh, sehingga tidak ada yang disebut dengan kepuasan mutlak yang
pasti abadi.

B. 2. Metode Pengukuran Kepuasan Pelanggan


Menurut Philip Kotler dalam Enggel, ada beberapa cara mengukur
kepuasan, yaitu:
a. Sistim keluhan dan saran
Perusahaan telah meminta keluhan dan saran dari pelanggan yang telah
membuka kotak saran baik melalui surat, telephon bebas pulsa, costumer hot
line, kartu komentar, kotak saran maupun berbagai sarana keluhan lainnya.
b. Survey kepuasan pelanggan
Perusahaan telah melakukan survey untuk mendeteksi komentar pelanggan,
diharapkan dari survey ini telah didapatkan umpan balik yang positif dari
konsumen.
c. Pembeli bayangan (ghost shopping)
Perusahaan telah menempatkan orang tertentu baik orang lain maupun dari
level menejemen itu sendiri sebagai pembeli keperusahaan lain atau
keperusahaan sendiri. Pembeli bayangan ini akan memberikan laporan
keunggulan dan kelemahan petugas pelayan yang telah melayaninya.
d. Analisa pelanggan yang lari (lost customer analysis)
Pelanggan yang hilang akan dihubungi, kemudian diminta alasan untuk
mengungkapkan mengapa mereka berhenti, pindah keperusahaan lain, adakah
sesuatu masalah yang terjadi yang tidak biasa diatasi atau terlambat diatasi.

B.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Nasabah Pembiayaan Sektor


Perdagangan
Kepuasan nasabah pembiayaan Syariah sektor perdagangan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, dalam penelitian ini faktor yang menjadi variabel penelitian
adalah pelayanan, biaya administrasi, bagi hasil, dan Prinsip Islam.
a. Pelayanan
Menurut Endar Sugiarto (1999), penarikan nasabah baru melalui
pelayanan yang memuaskan lebih mudah daripada mempertahankan
pelayanan yang memuaskan terhadap nasabah lama. 2
Menurut Djasmin Saladin (1996) pelayanan adalah tindakan langsung yang
diberikan perusahaan kepada konsumen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen demi terciptanya kepuasan dan loyalitas konsumen.3
Kepuasan berarti nasabah akan merasa sangat puas apabila komponen
kepuasan tersebut bisa terpenuhi secara lengkap. Itu artinya, jika pelayanan telah
terpenuhi secara lengkap, maka nasabah pun akan merasa sangat puas. Berikut
ini pelayanan yang lengkap dalam memenuhi kepuasan nasabah.
1) Tangibles (bukti fisik)
Merupakan bukti fisik yang harus dimiliki oleh karyawan bank, seperti
gedung, perlengkapan kantor, daya tarik karyawan, sarana komunikasi, dan

2
Endar Sugiarto, 1999, Psikologi Pelayanan dalam Industri Jasa (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama), hlm. 65.
3
Djasmin Saladin, 1996, Unsur-Unsur Inti Pemasaran dan Manajemen Pemasaran Ringkasan
Praktis Teori dan Di sertai Tanya Jawab (Bandung: Mandar Maju), hlm. 51.
sarana fisik lainnya. Bukti fisik ini akan terlihat secara langsung oleh
nasabah. Oleh karena itu, bukti fisik ini harus menarik dan modern. Dalam
operasionalnya, BMT NUSYA kec. Baureno kab. Bojonegoro menyediakan
akses yang mudah dijangkau yaitu dengan pelayanan keliling (yaitu
karyawan mendatangi ke tempat nasabah) Karyawan juga berpenampilan
rapi dan komunikasi karyawan mudah dipahami oleh nasabah pembiayaan
sektor perdagangan.
2) Responsivitas (daya tanggap)
Yaitu adanya keinginan dan kemauan karyawan bank dalam memberikan
pelayanan kepada pelanggan. Untuk itu pihak manajemen bank perlu
memberikan motivasi yang besar agar seluruh karyawan bank mendukung
kegiatan pelayanan kepada nasabah tanpa pandang bulu. Karyawan BMT
NUSYA kec. Baureno kab. Bojonegoro tanggap dalam melayani nasabah
dan memberikan pelayanan tanpa membedakan status sosial nasabah.
3) Assurance (jaminan)
Adanya jaminan bahwa karyawan memiliki pengetahuan, kompetensi,
kesopanan, dan sifat atau perilaku yang dapat dipercaya. Hal itu penting agar
nasabah yakin akan transaksi yang mereka lakukan benar dan tepat sasaran.
4) Reliabilitas (kehandalan)
Yaitu kemampuan bank dalam memberikan pelayanan yang telah dijanjikan
dengan cepat, akurat, serta memuaskan pelanggannya. Untuk mendukung
tujuan tersebut, sebaiknya setiap karyawan diberikan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuannya.
5) Emphaty (empati)
Yaitu mampu memberikan kemudahan serta menjalin hubungan dengan
nasabah secara efektif. Kemudian juga mampu memahami kebutuhan
individu setiap nasabahnya secara cepat dan tepat. Dalam hal ini masalah
prosedur kerja dihubungkan dengan tingkat pelayanan kepada nasabah.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Parasuraman dalam bahwa ada 5 hal
yang perlu diperhatikan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan, yaitu
tangibles (bukti langsung), reliability (keandalan), responsiveness (daya tanggap),
assurance (jaminan), dan empathy (empati).
Pelanggan akan merasa puas dengan pelayanan yang sesuai dengan yang
diharapkan yang meliputi reliability (keandalan), responsiveness (daya tanggap),
assurance ( jaminan), empathy (empati) dan tangible (bukti langsung).4
b. Biaya Administrasi
Biaya adalah pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk
memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan datang atau
mempunyai manfaat yang meneliti satu periode akuntansi tahunan.
Biaya adalah sumber daya yang dikorbankan atau dilepaskan untuk
mencapai tujuan tertentu. Suatu biaya biasanya diukur dalam jumlah uang
yang harus dibayarkan dalam rangka mendapatkan barang atau jasa.
Administrasi pembiayaan meliputi kegiatan berupa pengumpulan
informasi, penyajian data-data, pencatatan, penguasaan dokumen yang ada
kaitannya dengan proses kegiatan pembiayaan oleh unit-unit kerja terkait dalam
penyelenggaraan pengelolaan portfolio pembiayaan yang sehat. Biaya
administrasi adalah biaya atau upah yang diberikan kepada karyawan BMT
NUSYA atas jasanya dalam pengumpulan informasi, penyajian data-data,
pencatatan, dan penguasaan dokumen yang ada kaitannya dengan proses
kegiatan pembiayaan.
Biaya termasuk salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan
nasabah. Komponen ini berhubungan dengan biaya untuk memperoleh produk
atau jasa, yaitu biaya administrasi. Pelanggan akan semakin puas, apabila biaya
yang dikenakan relatif murah, nyaman dan efisien dalam mendapatkan produk
atau pelayanan.
Biaya administrasi juga termasuk dalam harga dan harga dapat
mempengaruhi kepuasan nasabah, oleh karena itu dalam penentuannya harus
dipertimbangkan dengan baik. Biaya administrasi dikenakan untuk jasa-jasa
yang memerlukan administrasi khusus. Pembebanan biaya administrasi biasanya
dikenakan untuk pengelolaan sesuatu fasilitas tertentu. Contoh biaya administrasi
seperti biaya administrasi pembiayaan dan administrasi lainnya.

4
Handi Irawan, 2009, 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo), hlm.
38.
Dalam operasionalnya di KJKS BMT NUSYA, biaya administrasi yang
dikenakan sebesar 2% untuk berapapun jumlah pembiayaan yang diambil dan
dibayar dimuka.
Contohnya, untuk pembiayaan Rp 5.000.000 x 2% = Rp 100.000 atau
untuk pembiayaan Rp 10.000.000 x 2% = Rp 200.000.
Biaya administrasi atau upah ini halal menurut agama Islam, hal itu
didasari oleh hadis Nabi mengenai upah. Menyegerakan pembayaran upah, dalam
hal ini adalah biaya administrasi adalah diperbolehkan. Karena pada dasarnya
pembayaran biaya ini memberikan semangat tolong menolong antar sesama, hal
itu memang sudah menjadi hak para karyawan atas waktu, pikiran dan
tenaganya dalam mengelola prosedur administrasi.

c. Bagi Hasil
Komponen harga sangat penting, karena dinilai mampu memberikan
kepuasan relatif besar. Harga yang murah akan memberikan kepuasan bagi
pelanggan yang sensitif terhadap harga, karena akan mendapat value for money
yang tinggi.
Harga juga mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi kepuasan.
Penentuan harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan, mengingat harga
sangat menentukan laku tidaknya produk dan jasa perbankan. Salah dalam
menentukan harga akan berakibat fatal terhadap produk yang ditawarkan. Bagi
perbankan konvensional, harga adalah bunga, biaya administrasi, biaya provisi,
biaya kirim, biaya tagih, biaya sewa, biaya iuran dan biaya lain-lain. Sedangkan
harga bagi bank yang berdasarkan prinsip Syariah adalah bagi hasil.
Bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan profit
sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba.
Keuntungan/laba yang dibagihasilkan harus dibagi secara proporsional antara
shohibul maal dengan mudharib. Dengan demikian, semua pengeluaran rutin yang
berkaitan dengan bisnisal mudharabah dapat dimasukkan dalam biaya operasional.
Keuntungan bersih harus dibagi antara shohibul maal dengan mudharib sesuai
kesepakatan sebelumnya.
Al-mudhārabah dalam penelitian ini adalah jenis mudharabah muqayyadah,
yaitu kerja sama antara pihak pertama (BMT NUSYA) dan pihak pengelola
(pedagang) yang cakupannya dibatasi oleh waktu, spesifikasi usaha dan daerah bisnis.
Namun dalam operasionalnya di KJKS BMT NUSYA, pembiayaan untuk sektor
perdagangan merupakan Pembiayaan mudharabah saja tidak ada spesifikasi
muqoyyadah atau mutlaqoh.
Mengutip dari Ahmad Asy-Syarbasyi bahwa mudhārabah adalah akad
kerja sama antara dua pihak di mana pihak pertama menyediakan seluruh
modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi
ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat kelalaian
pengelola. Seandainya kerugian tersebut diakibatkan oleh kerugian pengelola
maka kerugian tersebut akan ditanggung oleh pengelola.
Dalam operasional di KJKS BMT NUSYA, para pedagang disediakan dana
sebesar yang diperlukan, seperti untuk biaya pengadaan barang dagangan.
Setelah melewati prosedur administrasi, seperti ditentukan nisbah bagi hasilnya,
akumulasi keuntungan, jangka waktu pengembalian, maka dana pembiayaan
tersebut dapat dikelola oleh pedagang. Seandainya terjadi kerugian yang
diakibatkan oleh pedagang, maka kerugian tersebut ditanggung oleh pedagang.
Namun berbeda ketika terjadi kerugian yang murni karena bencana alam atau
tidak di sengaja, dalam hal ini yang sering terjadi adalah banjir atau kebakaran,
maka kerugian ditanggung oleh pihak BMT dan untuk pokok pinjamannya
dikembalikan dengan perpanjangan waktu lagi.
Antara kedua pihak diadakan akad al-mudhārabah yang menyatakan
pembagian laba bersih masing-masing pihak. Demikian pula dalam operasionalnya,
KJKS BMT NUSYA juga selalu menjelaskan perhitungan nisbah bagi hasil yang
telah disepakati bersama. Penjelasan mengenai bagi hasil bersamaan dengan
pengajuan pembiayaan di awal. Akumulasi keuntungan dari pedagang merupakan
keuntungan bersih yang sudah dikurangi oleh biaya-biaya. Seorang pedagang
muslim yang baik, dalam transaksi perhitungan bagi hasil hendaklah
menggunakan prinsip-prinsip keadilan, kejujuran, transparansi, etika, dan
moralitas menjadi napas dalam setiap bentuk transaksi bisnisnya. Allah pun
telah menyuruh manusia agar berbuat adil sebagaimana dalam surat an-Nahl ayat
90.
Para ahli ekonomi Muslim menekankan bahwa ada kekuatan built-in dalam
sistem ekonomi Islam dalam menjamin stabilitas. Nejatullah Siddiqi dalam
Muhammad, menganalisis perilaku bagi hasil terhadap kondisi stabilitas ekonomi,
bahwa: “...the introduction of ratios of profit-sharing to replace rate of interest will
not destabilize the economy and that the change in the enterpreneural profit will
get communicated back all along the line”
Pernyataan tersebut menetapkan bahwa sistem ekonomi berdasarkan bagi
hasil akan juga menjamin alokasi sumber ekonomi yang lebih baik dan terjadinya
distribusi pendapatan yang lebih sesuai. Hal itu disebabkan karena dalam penetapan
nisbah bagi hasil berdasarkan jumlah keuntungan yang diperoleh pengelola.
Dalam penelitian ini berbuat dzālim itu seperti pihak pemilik dana
mengambil riba dan pihak peminjam berbohong mengenai hasil keuntungan.
Namun Allah memberikan iman dan takwa dalam diri setiap manusia agar
manusia kembali pada jalan yang benar ketika mereka lalai. Dan Allah Maha
Pengampun bagi hambaNya yang bertaubat.
Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh
penyusun, nisbah yang diterapkan oleh KJKS BMT NUSYA adalah sesuai
dengan kondisi lingkungan pedagang. Faktor yang mempengaruhi penetapan nisbah
antara lain adalah:
1) Kondisi perekonomian anggota.
Jika nasabah hanya bermata pencaharian utama sebagai pedagang dan tidak
mendapat pendapatan dari sumber lain, maka BMT menawarkan nisbah bagi
hasilnya sebesar 80:20 yaitu 80 untuk pedagang dan 20 untuk BMT. Begitu juga
ketika pedagang yang mendapatkan pendapatan dari sumber lain, seperti sebagai
guru atau memiliki pekerjaan lain, maka nisbah bagi hasilnya bisa meningkat,
seperti 70:30 atau 60:40.
2) Jenis usaha yang akan dilaksanakan, dalam penelitian ini perdagangan .
Perdagangan merupakan pembiayaan yang jangka waktu pengembaliannya
berbeda dengan yang lain, yaitu sebagian besar mingguan ataupun bulanan.
Dalam operasionalnya di BMT NUSYA, perhitungan keuntungan adalah hasil
akumulasi oleh pedagang dengan pengalaman mengelolaan dagang di masa lalu.
Simulasi pembiayaan sektor perdagangan yang ada di KJKS BMT
NUSYA Kec. Baureno Kab. Bojonegoro adalah sebagai berikut:
TABEL 2.1
SIMULASI PEMBIAYAAN DI BMT NUSYA

Output Data
Jumlah Pembiayaan yang Rp10.000.000
diambil
Biaya Administrasi 2% Rp 200.000
Jangka Waktu Pembiayaan 5 Bulan

Perhitungan nisbah bagi hasil diperoleh dari jumlah pembiayaan yang


diambil, contohnya keuntungan diperkirakan Rp 3.000.000 dan kesepakatan
bersama atas keuntungan tersebut adalah 70:30 (pedagang:BMT) sehingga
keuntungan yang harus dibagi hasilkan kepada BMTsebesar Rp 3.000.000 x 30%
=sebesar Rp900.000 setelah panen. Jika jangka waktunya per bulan, maka
perhitungannya sebagai berikut:
TABEL 2.2
SIMULASI ANGSURAN PEMBIAYAAN DI BMT NUSYA

RINCIAN ANGSURAN PEMBIAYAANSEKTOR


PERDAGANGAN
Bulan AngsuranPokok Angsuran Total
Bagi Hasil Angsuran
- Pembiayaan 10.000.000
1 2.000.000 8.000.000 180.000 2.180.000
2 2.000.000 6.000.000 180.000 2.180.000
3 2.000.000 4.000.000 180.000 2.180.000
4 2.000.000 2.000.000 180.000 2.180.000
5 2.000.000 0 180.000 2.180.000
10.000.000 10.900.000
Seorang Muslim akan menerima keuntungan yang diperoleh didasari dari
dua perspektif. Pertama, perspektif waktu sekarang, yaitu masih hidup. Kedua,
perspektif waktu setelah mati, yaitu periode setelah meninggal atau kehidupan
alam kubur sampai dengan waktu saat manusia akan dihitung amal baik dan buruknya
selama hidup di dunia (dihisab). Adanya perspektif waktu setelah mati membuat
nasabah pembiayaan Muslim dapat menjelaskan mengapa seorang nasabah
pembiayaan Syariah bahkan bisa menerima keuntungan yang nilainya kecil
sepanjang itu halal.
d. Prinsip Islam
Masyarakat yang memiliki Prinsip Islam, yaitu masyarakat berusaha
melakukan kegiatan/tindakan yang tidak bertentangan dengan agama dan sesuai
dengan perintah agama. Umumnya masyarakat ada dalam lingkungan agama yang
mendukung, sehingga mereka memiliki pemahaman terhadap prinsip-prinsip agama
Islam dengan baik. Oleh karena itu, mereka memiliki informa dan pengetahuan
tentang perbankan Syariah. Hal itu menunjukkan bahwa nasabah dalam
mengambil pembiayaan di lembaga keuangan Syariah ingin mencapai tingkat
kepuasan, yaitu kepuasan duniawi dan ukhrawi (akhirat). Hal itu dikarenakan
jika tidak bisa meninggalkan sepenuhnya, maka setidaknya menghindari riba.
Masyarakat yang memiliki Prinsip Islam, yaitu mereka yang menyamakan
bunga bank adalah riba yang diharamkan, dan juga beranggapan bahwa dalam
kegiatan operasional konvensional terdapat kegiatan usaha yang tidak sejalan
dengan nilai-nilai dasar keuangan Syariah, seperti penyaluran dana kepada
kegiatan usaha dan jasa non haram, adanya kecenderungan kegiatan spekulatif
(maysir), pembagian keuntungan secara tidak adil (gharar). Sehingga mereka
mencari dan menggunakan produk dari lembaga yang menghindari riba, meskipun
tidak sepenuhnya bebas riba.
Allah telah jelas melarang riba, seperti dalam surat al-Baqarah ayat 275:
“Menerangkan dengan jelas bahwa orang-orang yang memakan riba tidak
akan dapat berdiri kecuali seperti kerasukan syaitan, tetapi kebanyakan manusia
malah suka memakan riba”.
B.2. Pengertian Pembiayaan
Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan
yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syari’ah kepada nasabah.
Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.
Menurut Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, “pembiayaan adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan atau lembaga keuangan lainnya
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil”.
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas
penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit
unit. Sedangkan menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998,
pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, tidak terdapat perbedaan definisi
yang signifikan antara kredit dengan pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah.
Kredit didefinisikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Sedangkan pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah didefinisikan sebagai
penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan bagi hasil.
Kedua definisi tersebut hanya dibedakan pada kredit diganti dengan kata
pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah, kata pinjam-meminjam dihilangkan untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut, dan akhirnya kata bunga diganti dengan
imbalan atau bagi hasil.
Istilah pembiayaan sebenarnya sudah identik dengan pinjaman berbasis syariah
untuk membedakan dengan konvensional yang menggunakan istilah kredit, dan kedua
istilah tersebut memiliki filosofi makna yang berbeda. Pembiayaan berorientasi pada
pinjaman untuk pembelian barang dan usaha sedangkan kredit adalah pinjaman uang.
Penekanan pembiayaan adalah pada kebutuhan barang dan usaha sehingga
berkembangnya uang karena hasil usaha atau jual beli barang (sektor riil). Berbeda
dengan kredit yang menekankan pada uang sehingga pertambahannya uang karena
uang itu sendiri.
1. Penerapan Pembiayaan Syariah
a. Pembiayaan musyarakah dapat diterapkan untuk usaha-usaha mikro/ sektor
informal seperti syirkah barang dagangan garmen, odal kerja bagi pedagang kaki
lima, kios, warung penjual makanan dan minuman. Musyarakah dapat diterapkan
untuk usaha yang berkelanjutan atau usaha yang bersifat proyek yaitu sekali jadi
dan selesai.
b. Pembiayaan murabahah sebenarnya untuk pembiayaan modal kerja karena aset
murabahah adalah aset yang dijual kembali. Aset yang dijual kembali artinya
persediaan barang dagang. Namun demikian, untuk pembiayaan mikro,
murabahah dapat diterapkan untuk pembiayaan modal seperti alat produksi,
peralatan usaha, tempat usaha yang tidak peramanen misalnya grobak untuk
PKL. 5
2. Fungsi Pembiayaan
Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berfungsi membantu masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan usahanya. Masyarakat merupakan
individu, dan lain-lain yang membutuhkan dana.
Secara perinci pembiayaan memiliki fungsi antara lain:
a. Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar- menukar barang dan jasa.
b. Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle fund.
c. Pembiayaan sebagai alat pengendali harga.

5
Mohammad Nizarul Alim, 2009, Pembiayaan Syari’ah untuk Usaha Mikro (Surabaya: PT. Bina Ilmu
Offset), hlm. 27.
d. Pembiayaan dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi yang
ada.
3. Jenis-Jenis Pembiayaan Bank Syariah Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan
dapat dibagi menjadi dua hal berikut.
a) Pembiayaan Produktif
Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti
luas yaitu untuk peningkatkan usaha, baik usaha produksi, perdagaangaan
maupun investasi.
b) Pembiayaan Konsumtif
Yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang
akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Menurut jenis akadnya dalam produk pembiayaan syari’ah, pembiayaan
konsumtif dapat dibagi menjadi lima (5) bagian yaitu:
1) Pembiayaan Konsumen Akad Murabahah
2) Pembiayaan Konsumen Akad IMBT
3) Pembiayaan Konsumen Akad Ijarah
4) Pembiayaan Konsumen Akad Istishna’
5) Pembiayaan Konsumen Akad Qard + Ijarah .
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal
berikut:
a. Pembiayaan Modal Kerja
Yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: (a) peningkatan produksi, baik
secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu
peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi; (b) untuk keperluan
perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.
Berdasarkan akad yang digunakan dalam produk pembiayaan syari’ah, jenis
Pembiayaan Modal Kerja (PMK) dapat dibagi menjadi 5 macam yakni;
a) PMK Mudharabah
b) PMK Istisna’
c) PMK Salam
d) PMK Murabahah
e) PMK Ijarah
b. Pembiayaan Investasi
Yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta
fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.6 (Antonio, 2001: 160-161).
a. Jenis kualitas Pembiayaan
Adapun kualitas pembiayaan (kredit) bank pada hakikatnya di dasarkan
atas risiko kemungkinan. Menurut bank terhdap kondisi dan kepatuhan nasabah
kredit dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya untuk membayar kepada
bank. Adapun penggolongan dari kualitas kredit pada nasabah adalah
a. Pembiayaan lancar (pass)
Kredit yang digolongkan lancar, apabila memenuhi kriteria
1. Pembayaran angsuran pokok atau bunga tepat waktu
2. Memiliki mutasi rekening yang aktif
3. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral)
b. Perhatian khusus (special mention)
Kredit yang digolongkan kedalam kredit dalam perhatian khusus adalah :
1. Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang belum melampaui 90
hari
2. Kadang-kadang terjadi cerukan
3. Mutasi rekening relative aktif
4. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan
5. Di dukung oleh pinjaman baru
c. Kurang lancar (substandard)
Kredit yang digolongkan kedalam kredit kurang lancar apabila
1. Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 90
hari
2. Sering terjadi cekungan
3. Frekuensi mutasi rekening relative rendah
4. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari
5. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur
6. Dokumentasi pinjaman yang lemah

6
Muhammad Antonio Syafi’i, 2001, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani
Press), hlm. 160-161.
d. Diragukan (Doubtful)
Kredit yang digolongkan ke dalam pembiayaan yang diragukan apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut
1. Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 180
hari
2. Terjadi cerukan yang bersifat permanen
3. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari
4. Terjadi kapitalisasi bunga
5. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian pembiayaan maupun
pengikatan jaminan
e. Macet (Loss)
Kredit yang digolongkan ke dalam kredit macet apabila
1. Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 270
hari
2. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru
3. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada
nilai wajar
f. Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah adalah suatu penyaluran dana yang dilakukan oleh
lembaga pembiayaan seperti bank syari’ah yang dalam pelaksanaan pembayaran
pembiyaan oleh nasabah itu terjadi hal-hal seperti pembiayaan yang tidak lancar,
pembiayaan yang debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang dijanjikan, serta
pembiayaan tersebut tidak menepati jadwal angsuran. 7
g. Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan merupakan suatu proses analisis yang dilakukan oleh
bank syariah untuk menilai suatu permohonan pembiayaan yang telah diajukan
oleh calon nasabah. Beberapa prinsip dasar yang perlu dilakukan sebelum
memutuskan permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon nasabah antara
lain dikenal dengan prinsip 5C dan Analisis 6A.
1) Analisis 5C.
a) Character

7
Adiwarman Karim, 2008, Ekonomi Mikro Islami (Jakarta: Raja Grafindo Persada), hlm. 260.
Menggambarkan watak dan kepribadian calon nasabah.
b) Capacity
Analisis terhadap capacity ini ditunjukkan untuk mengetahui kemampuan
keuangan keuangan calon nasabah dalam memenuhi kewajibannya sesuai
jangka waktu pembiayaan.
c) Capital
Capital atau modal yang perlu disertakan dalam objek pembiayaan perlu
dilakukan analisis yang lebih mendalam.
d) Collateral
Merupakan agunan yang diberikan oleh calon nasabah atas pembiayaan
yang diajukan.
e) Condition of Economy
Merupakan analisis terhadap kondisi perekonomian, bank perlu
mempertimbangkan sektor usaha calon nasabah dikaitkan dengan kondisi
ekonomi.
2) Analisis 6A.
Analisis 6A, artinya terdapat enam aspek yang perlu dilakukan analisis
terhadap permohonan pembiayaan, yang terdiri dari:
a) Analisis Aspek Hukum
Analisis aspek hukum perlu dilakukan oleh bank syariah untuk evaluasi
terhadap legalitas calon nasabah.
b) Analisis Aspek Pemasaran
Aspek pemasaran merupakan aspek yang sangat penting untuk dianalisis
lebih mendalam karena hal ini terkait dengan aktivitas pemasaran produk
calon nasabah.
c) Analisis Aspek Teknis
Merupakan analisis yang dilakukan oleh bank syariah dengan tujuan
untuk mengetahui fisik dan lingkungan usaha perusahaan calon nasabah
serta proses produksi.
d) Anlisis Aspek Manajemen
Aspek manajemen merupakan salah satu aspek yang sangat penting
sebelum bank memberikan rekomendasi atas permohonan pembiayaan.
e) Analisis Aspek Keuangan
Anlisis aspek keuangan diperlukan oleh bank untuk mengetahui
kemampuan keuangan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya baik
kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang.
f) Analisis Aspek Sosial-Ekonomi
Merupakan analisis yang dilakukan oleh bank untuk mendapatkan
informasi tentang lingkungan terkait dengan usaha calon nasabah.

C. Hasil dan Pembahasan


Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu butir
pertanyaan (Sunyoto, 2012). Untuk melihat valid atau tidaknya yaitu dengan
membandingkan corrected item total correlation hasil r tabel. jika rhitung > rtabel maka
valid. Hasil uji validitas yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel berikutnya:
TABEL 4.7
HASIL UJI VALIDITAS
Variabel Corrected Item Total r tabel (0,05) 25 Ket.
Correlatian
X1.1 0,579 0,312 Valid
X1.2 0,477 0,312 Valid
X1.3 0,502 0,312 Valid
X1.4 0,509 0,312 Valid
X2.1 0,477 0,312 Valid
X2.2 0,558 0,312 Valid
X2.3 0,770 0,312 Valid
X3.1 0,596 0,312 Valid
X3.2 0,502 0,312 Valid
X3.3 0,451 0,312 Valid
X3.4 0,466 0,312 Valid
Y1 0,591 0,312 Valid

Y2 0,695 0,312 Valid

Y3 0,406 0,312 Valid


Y4 0,477 0,312 Valid
Sumber : data primer diolah 2017
Tabel 4.7 di atas merupakan tabel hasil uji validitas dengan yang diujikan
dengan menggunakan SPSS 16,0 for windows dimana dari hasil uji tersebut
dipaparkan hasil bahwasannya r hitung > rtabel maka dikatakan valid, rtabel = 0,312 dari
tabel diatas pada variabel pertama yaitu, mengenai pelayanan terdapat 4 item soal
ada 4 butir soal yang valid. Pada variabel kedua mengenai biaya administrasi terdapat
3 item soal ada 3 butir soal yang dikatakan valid. Pada variabel ketiga mengenai bagi
hasil terdapat 4 item soal dan ada 4 butir nomor yang valid. Pada variabel terakhir
mengenai kepuasan nasabah terdapat 4 item soal dan ada 4 butir soal yang valid.
1. Hasil Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan uji statistic Croncbach’s
Alpha dengan Software SPSS 16.0 for Windows. Hasil reliabilitas dari masing-
masing variabel dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:
TABEL 4.8
HASIL UJI RELIABILITAS
Variabel Alpha Standar Ket.
Cronbach
Pelayanan (X1) 0,423 0,312 Reliabel
Biaya 0,775 0,312 Reliabel
Administrasi (X2)
Bagi Hasil (X3) 0,356 0,312 Reliabel
Kepuasan Nasabah 0,458 0,312 Reliabel
(Y)

Sebagaimana terlihat pada tabel 4.9 bahwa semua variabel memiliki nilai
Cronbach’s Alpha > 0,312. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa seluruh
variabel dikatakan reliable atau konsisten. Artinya kuisioner penelitian ini memiliki
sifat dapat dipercaya, apabila dipergunakan berkali-kali oleh peneliti yang sama atau
oleh peneliti lain tetap akan memberikan hasil yang konsisten atau stabil dari waktu
ke waktu.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variable independen (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance > 0.10 atau sama dengan VIF <
10. Jika nilai VIF tidak ada yang melebihi 10, maka dapat dikatakan
bahwa moltikolinearitas yang terjadi tidak berbahaya (lulus uji
Multikolinearitas).
TABEL 4.9
UJI MULTIKOLINEARITAS

Variabel Tolerance VIF Keterangan


Pelayanan 0,456 2,192 Non multicolinearitas
Biaya admintrasi 0,608 1,644 Non multicolinearitas
Bagi hasil 0,378 2,644 Non multicolinearitas
Sumber ; data primer diolah 2014
Dari tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa seluruh data non multicolinear
karena pada variabel pelayanan nilai tolerance adalah 0,456, pada variabel biaya
administrasi 0,608, pada variabel bagi hasil 0,378 > 0,10 sedangkan angka VIF
pada variabel pelayanan 2,192, pada variabel biaya administrasi 1,644, pada
variabel bagi hasil 2,644 yang kesemua variabel mendapatkan nilai VIF < 10. Ini
menunjukkan bahwa ketika nilai VIF kurang dari 10 maka tidak mengalami
gejala multikolinearitas.

b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas.
GAMBAR 4.1
UJI HETEROSKEDASITAS
Dari gambar 4.1 diatas menunjukkan bahwasannya titik – titik menyebar
dibawah dan diatas sumbu Y dan tidak mempunyai pola yang teratur, jadi
kesimpulannya variabel bebas pelayanan, biaya administrasi, bagi hasil dan
prinsip islam diatas tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji Normalitas
Cara yang digunakan untuk menentukan data berdistribusi normal atau
tidak dengan menggunakan rasio skewness dan rasio kurtosis. Rasi skewness dan
rasio kurtosis dapat dijadikan petunjuk apakah suatu data berdistribusi normal atau
tidak. Rasio skewness adalah nilai skewness dibagi dengan standard error
skewness, sedangkan rasio kurtosis adalah nilai kurtosis bagi dengan standard
error kurtosis. Sebagai pedoman, bila rasio kurtosis dan skewness berada
diantara -2 hingga +2, maka distribusi data adlah normal (Santoso, 2000: 53).
Dari hasil penelitian dengan menggunakan uji normalitas hasilnya adalah
sebagai berikut:
Tabel 4. 11
Uji Normalitas

SKEWNESS KURTOSIS
Statistic Std. Statistic Std.
Error Error
Unstandardized 878 374 1,006 733
Residual
Valid N

d. Sumber: Data diolah dengan SPSS 16.0 (dalam lampiran).


Berdasarkan hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa rasio skewness =
0,878/0,374 = 2. Sedangkan rasio kurtosis = 1,006/0,733 = 1,3. Karena rasio
skewness dan rasio kurtosis berada diantara -2 hingga +2, maka dapat
disimpulkan bahwa distribusi data adalah NORMAL.
3. Hasil Analisis Regresi Berganda
Untuk menduga besarnya koefisien regresi maka dilakukan uji analisis
regresi berganda Selanjutnya, koefisien regresi inilah yang akan menunjukkan
besarnya pengaruh variabel pelayanan, biaya adminitrasi, bagi hasil dan prinsip
islam. Dengan ini maka disajikan dengan tabel sebagai berikut ;
TABEL 4.12
UJI REGRESI BERGANDA

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 2.594 1.626 1.596 .119


pelayanan 346 .120 362 2.886 .007
biayaadmin .796 .124 .698 .6.425 .000
bagihasil .-105 .140 .-103 -750 .458

F 34,446 0,000
Adjusted R Square 0,720

Dari tabel 4.12 diatas terlihat bahwasannya constant B adalah 2.594


sedangkan pada variabel pelayanan adalah 0,346, biaya administrasi 0,796, bagi
hasil -0,105. Sehingga dapat disajikan model persamaan sebagai berikut ;
Y = 8.979 - 0,139X1 + 0,152X2 + 0,034X3 + 0,294X4 + ε
4. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji F (Uji Kelayakan Model)
Uji statistik F atau uji model digunakan untuk menunjukkan secara bersama-
sama pengaruh semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model terhadap
variabel terikat. Berdasarkan table 4.12 menunjukkan bahwa F hitung sebesar
34,446, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang masih dibawah α
sebesar 0,05. Maka keputusannya adalah menerima hipotesis yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas
dengan variabel terikat.
b. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Koefisien determinasi berfungsi untuk melihat sejauh mana
keseluruhan variabel X (independen) dapat menjelaskan variebl Y (dependen).
Apabila angka koefisien determinasi semakin mendekati angka 1, maka
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah semakin
kuat.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa nilai Adjusted R Square sebesar
0,72%. Hal ini berarti 72% variabel kepuasan nasabah pembiayaan
dipengaruhi oleh ketiga variabel independen. Hal ini diartikan bahwa peubah
independen dalam hal ini pelayanan, biaya administrasi, bagi hasil, dan
prinsip islam secara bersama-sama menjelaskan peubah terikat yaitu kepuasan
nasabah sebesar 72%, sedangkan sisanya 28,0% (100% - 72%), dijelaskan
oleh peubah lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

c. Uji Statistik t (UjiParsial)


Untuk menguji statistik t, maka dapat dilakukan dengan melihat
signifikansinya yang lebih kecil dari nilai α yaitu 5% atau 10%. Jika nilai
signifikansi < 0,05 atau 0,10 maka variabel independen (X) berpengaruh dan
signifikan terhadap variabel dependen (Y) secara parsial, begitu juga sebaliknya.
berdasarkan uji t yang terdapat pada table 4.12 dapat dianalisa sebagai berikut:
1) Variabel Pelayanan
Hasil uji t untuk variabel pelayanan diperoleh nilai signifikansi 0,07
dengan koefisien 0,346, sehingga dapat disimpulkan bahwa pelayanan
mempunyai pengaruh positif. Ini berarti seberapa bagus pelayanan akan
mempengaruhi besarnya kepuasan nasabah.
2) Variabel Biaya Administrasi
Hasil uji t untuk variabel administrasi diperoleh nilai signifikansi 0,00
dengan koefisien 0,796, maka dapat dikatakan bahwa variabel administrasi
mempunyai pengaruh positif terhadap variabel terikat yaitu kepuasan
nasabah.
3) Variabel Bagi Hasil
Hasil uji t untuk variabel bagi hasil diperoleh nilai signifikansi 0,458
dengan koefisien -0,105, maka dapat diartikan bahwa variabel bagi hasil
tidak mempunyai pengaruh positif terhadap variabel terikat yaitu kepuasan
nasabah
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikatnya yaitu kepuasan
nasabah. Pelayanan adalah tindakan langsung yang diberikan perusahaan kepada
konsumen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi
terciptanya kepuasan dan loyalitas konsumen. Biaya adalah pengeluaran-pengeluaran
atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk
masa yang akan datang atau mempunyai manfaat yang meneliti satu periode
akuntansi tahunan.
Bagi hasil adalah komponen harga sangat penting, karena dinilai mampu
memberikan kepuasan relatif besar. Harga yang murah akan memberikan kepuasan
bagi pelanggan yang sensitif terhadap harga, karena akan mendapat value for
money yang tinggi. Kepuasan berarti nasabah akan merasa sangat puas apabila
komponen kepuasan tersebut bisa terpenuhi secara lengkap. Itu artinya, jika
pelayanan telah terpenuhi secara lengkap, maka nasabah pun akan merasa sangat
puas.

D. Penutup
Berdasarkan hasil pengolahan data yang menggunakan analisis regresi linier
berganda mengenai kepuasan nasabah BMT NUSYA Baureno maka di peroleh
kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara parsial variabel variabel Hasil uji t untuk variabel pelayanan diperoleh
nilai signifikansi 0,07 dengan koefisien 0,346, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pelayanan mempunyai pengaruh positif. Ini berarti seberapa bagus pelayanan
akan mempengaruhi besarnya kepuasan nasabah.
2. Hasil uji t untuk variabel administrasi diperoleh nilai signifikansi 0,00 dengan
koefisien 0,796, maka dapat dikatakan bahwa variabel administrasi mempunyai
pengaruh positif terhadap variabel terikat yaitu kepuasan nasabah.
3. Hasil uji t untuk variabel bagi hasil diperoleh nilai signifikansi 0,458 dengan
koefisien -0,105, maka dapat diartikan bahwa variabel bagi hasil tidak
mempunyai pengaruh positif terhadap variabel terikat yaitu kepuasan nasabah.

Daftar Pustaka
Al-Bukhari Abi Abdillah. 1937. Sahih Abi Abdillah Al-Bukhari bi Sharh Al-
Karmani, Juz 22. Kairo: Matba’ah al-Bahiyah al-Misriyah.

Bustanul Arifin. 2005. Pembangunan Pertanian: Paradigma Kebijakan dan Strategi


Revitalisasi. Jakarta: PT Grasindo.

Departemen Agama. 1989. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Lubuk Agung.

Djasmin Saladin. 1996. Unsur-unsur Inti Pemasaran dan Manajemen Pemasaran


Ringkasan Praktis Teori dan Disertai Tanya Jawab. Bandung: Mandar
Maju.

Endar Sugiarto. 1999. Psikologi Pelayanan dalam Industri Jasa. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

Fandy Tjiptono. 1997. Strategi Pemasaran, Edisi ke-2. Yogayakarta: Andi.

Handi Irawan. 2009. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.

Hendrie Anto. 2003. Pengantar Mikro Islami. Yogyakarta: Ekonisia.

Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula. 2006. Syariah Marketing. Jakarta:
Bandung.
Ismail. 2011. Perbankan Syari’ah. Jakarta: PT. Fajar Interpratama Offset.

Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mohammad Nizarul Alim. 2009. Pembiayaan Syari’ah untuk Usaha Mikro.


Surabaya: PT.Bina Ilmu Offset.

Muhammad Antonio Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Gema InsaniPress.

Muhammad Muflih. 2006. Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Muhammad. 2001. Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah. Yogyakarta: UII
Press.

Philip Kottler. 1997. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi


dan Kontrol, Alih Bahasa: Hendra Teguh, Ronny A.Rusli dan Benyamin
Molan. Jakarta: Prenhallindo.

Veithzal Rivai. 2008. Islamic Financial; Management: Teori, Konsep dan Aplikasi
Panduan Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan
Mahasiswa. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai