Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KEHAMILAN

Di Susun Oleh :

1. Amelia Oktaviana Aminatus Zuhriya


2. Khotimatus Salehah
3. Rovi Atun Holila

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY
GENGGONG PROBOLINGGO
TAHUN AJARAN 209/2020
KATA PENGANTAR
            Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan bahan ajar Auhan Kebidanan evidence base dalam pelayanan Kehamilan yang merupakan
salah satu prasyarat tugas makalah asuhan kebidanan.

Penyusun berharap tulisan ini bisa memberikan wawasan luas untuk memahami tentang asuhan kebidanan
evidence base dalam pelayanan kehamilan Selain itu penyusun berharap tulisan ini dapat menjadi dasar pengantar
dan pemenuhan materi perkuliahan Asuhan Kebidanan.

 Kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan didalamnya. Karena
kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah kami selanjutnya.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami umumnya dan khususnya kepada pembaca.

Penulis,

BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Pemahaman tentang konsep dasar asuhan kehamilan sangat diperlukan oleh bidan sebagai dasar
pengetahuan bidan untuk mengikuti pembelajaran yang selanjutnya. Konsep dasar asuhan kehamilan ini
memeberikan gambaran kepada mahasiswa tentang asuhan menyeluruh yang akan diterapkan dalam praktik
kebidanan terutama asuhan kehamilan.
Materi konsep dasar asuhan kehamilan ini digunakan agar mahasiswa mengetahui dasar-dasar proses
kehamilan sampai pada asuhan yang diperlu berikan. Adapun  isi dari bab konsep dasar asuhan kehamilan ini
adalah sebagai berikut : kehamilan, filosofi asuhan kehamilan, prinsip pokok asuhan kehamilan, sejarah
asuhan kehamilan, tujuan asuhan kehamilan, refocusing asuhan kehamilan, standar asuhan kehamilan, dan
Trend an isu terkini dalam ANC Sebelumnya mahasiswa sudah mendapatkan pengetahuan dari mata kuliah
konsep kebidanan yang sekilas telah membahas materi yang akan di bahas pada materi konsep dasar asuhan
kehamilan ini.
B.   Tujuan
Memahami konsep dasar asuhan kebidanan yang meliputi:
1.    Pengertian kehamilan
2.    Filosofi asuhan kehamilan
3.    Prinsip pokok asuhan kehamilan
4.    Sejarah asuhan kehamilan
5.    Tujuan asuhan kehamilaN
6.    Refocusing asuhan kehamilan
7.    Standar asuhan kehamilan
8.    Trend dan isu terkini dalam ANC

BAB II
PEMBAHASAN

A.    EVIDENCE BASED MIDWIFERY (PRACTICE)


EBM didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat profesional dan
ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis. RCM Bidan Jurnal telah dipublikasikan
dalam satu bentuk sejak 1887 (Rivers, 1987), dan telah lama berisi bukti yang telah menyumbang untuk
kebidanan pengetahuan dan praktek. Pada awal abad ini, peningkatan jumlah bidan terlibat dalam penelitian,
dan dalam membuka kedua atas dan mengeksploitasi baru kesempatan untuk kemajuan akademik. Sebuah
kebutuhan yang berkembang diakui untuk platform untuk yang paling ketat dilakukan dan melaporkan
penelitian. Ada juga keinginan untuk ini ditulis oleh dan untuk bidan. EBM secara resmi diluncurkan sebagai
sebuah jurnal mandiri untuk penelitian murni bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada
tahun 2003 (Hemmings et al, 2003). Itu dirancang ‘untuk membantu bidan dalam mendorong maju yang
terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi ‘(Silverton,
2003).
EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada praktek dan profesi
kebidanan berorientasi komunitas. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta sebagai penelitian kuantitatif,
analisis filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka terstruktur, tinjauan sistematis, kohort studi, terstruktur,
logis dan transparan, sehingga bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktek, pendidikan dan
penelitian lebih lanjut.

Menurut Sackett et al. Evidence-based (EB)adalah suatu pendekatan medik yang didasarkan pada
bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan kesehatan penderita. Dengan demikian, dalam
prakteknya, EB memadukan antara kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti-bukti ilmiah terkini
yang paling dapat dipercaya.

Pengertian lain dari evidence based adalah proses yang digunakan secara sistematik untuk menemukan,
menelaah/me-review, dan memanfaatkan hasil-hasil studi sebagai dasar dari pengambilan keputusan klinik.
Jadi secara lebih rincinya lagi, EB merupakan keterpaduan antara :
1.    bukti-bukti ilmiah, yang berasal dari studi yang terpercaya (best research evidence)
2.    keahlian klinis (clinical expertise)
3.    nilai-nilai yang ada pada masyarakat (patient values).

Publikasi ilmiah adalah suatu pempublikasian hasil penelitian atau sebuah hasil pemikiran yang telah
ditelaaah dan disetujui dengan beberapa petimbangan baik dari acountable aspek metodologi maupun
accountable aspek ilmiah yang berupa jurnal, artikel, e-book atau buku yang diakui. Penggunaan kebijakan
dari bukti terbaik yang tersedia sehingga tenaga kesehatan (Bidan) dan pasien mencapai keputusan yang
terbaik, mengambil data yang diperlukan dan pada akhirnya dapat menilai pasien secara menyeluruh dalam
memberikan pelayanan kehamilan(Gray, 1997). Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti
ilmiah hasil penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas
yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi.

B.    BUKTI KLINIS PADA PELAYANAN KEHAMILAN


Fokus lama ANC :
1.    Mengumpulkan data dalam upaya mengidentifikasi ibu yang beresiko tinggi dan merujuknya untuk
mendapatkan asuhan khusus.
2.    Temuan-temuan fisik (TB, BB, ukuran pelvik, edema kaki, posisi & presentasi janin di bawah usia 36
minggu dsb) yang memperkirakan kategori resiko ibu.
3.    Pengajaran /pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk mencegah resiko/komplikasi.

Pendekatan resiko mempunyai prediksi yang buruk karena kita tidak bisa membedakan ibu yang akan
mengalami komplikasi dan yang tidak. Banyak ibu yang digolongkan dalam kelompok resiko tinggi tidak
pernah mengalami komplikasi, sementara mereka telah memakai sumber daya yang cukup mahal dan jarang
didapat. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian asuhan khusus pada ibu yang tergolong dalam kategori
resiko tinggi terbukti tidak dapat mengurangi komplikasi yang terjadi (Enkin, 2000 : 22).
Sementara, bagi Bumil kelompok Resiko Rendah :
Ø  tidak diberi pengetahuan tentang Resti
Ø  tidak dipersiapkan mengatasi kegawatdaruratan obstetric
Ø  Memberikan keamanan palsu sebab banyak ibu yang tergolong kelompok resiko rendah mengalami
komplikasi tetapi tidak pernah diberitahu bagaimana cara mengetahui dan apa yang dapat dilakukannya
Ø  Pelajaran yang dapat diambil dari pendekatan resiko :adalah bahwa setiap bumil beresiko mengalami
komplikasi yang sangat tidak bisa diprediksi sehingga setiap bumil harus mempunyai akses asuhan
kehamilan dan persalinan yang berkualitas. Karenanya, fokus ANC perlu diperbarui (refocused) agar
asuhan kehamilan lebih efektif dan dapat dijangkau oleh setiap wanita hamil.

C.    ISI REFOCUSING ANC


Penolong yang terampil/terlatih harus selalu tersedia untuk :
1.   Membantu setiap bumil & keluarganya membuat perencanaan persalinan : petugas kesehatan yang
terampil, tempat bersalin, keuangan, nutrisi yang baik selama hamil, perlengkapan esensial untuk ibu-
bayi).
2.   Membantu setiap bumil & keluarganya mempersiapkan diri menghadapi komplikasi (deteksi dini,
menentukan orang yang akan membuat keputusan, dana kegawatdaruratan, komunikasi, transportasi,
donor darah,) pada setiap kunjungan.
3.   Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi yang memerlukan persalinan RS (riwayat SC, IUFD,
dsb). Ibu yang sudah tahu kalau ia mempunyai kondisi yang memerlukan kelahiran di RS akan berada di
RS saat persalinan, sehingga kematian karena penundaan keputusan, keputusan yang kurang tepat, atau
hambatan dalam hal jangkauan akan dapat dicegah.
4.   Mendeteksi & menangani komplikasi (preeklamsia, perdarahan pervaginam, anemia berat, penyakit
menular seksual, tuberkulosis, malaria, dsb).
5.   Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu, dan letak/presentasi abnormal setelah 36
minggu. Ibu yang memerlukan kelahiran operatif akan sudah mempunyai jangkauan pada penolong yang
terampil dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan.
6.   Memberikan imunisasi Tetanus Toxoid untuk mencegah kematian BBL karena tetanus.
7.   Memberikan suplementasi zat besi & asam folat.
Umumnya anemia ringan yang terjadi pada bumil adalah anemia defisiensi zat besi & asam folat.
8.   Untuk populasi tertentu:
Ø  Profilaksis cacing tambang (penanganan presumtif) untuk menurunkan insidens anemia berat.
Ø  Pencegahan/ terapi preventif malaria untuk menurunkan resiko terkena malaria di daerah endemic.
Ø  Suplementasi yodium
Ø  Suplementasi vitamin A

D.    ISSU – ISSU TERKINI DALAM KEHAMILAN


1.   Keterlibatan klien dalam perawatan diri sendiri (self care)
Kesadaran dan tanggung jawab klien terhadap perawatan diri sendiri selama hamil semakin meningkat.
Klien tidak lagi hanya menerima dan mematuhi anjuran petugas kesehatan secara pasif.
Kecenderungan saats ini klien lebih aktif dalam mencari informasi, berperan secara aktif dalam
perawatan diri dan merubah perilaku untuk mendapatkan outcome kehamilan yang lebih baik.
Perubahan yang nyata terjadi terutama di kota-kota besar dimana klinik ANC baik itu milik perorangan,
yayasan swasta maupun pemerintah sudah mulai memberikan pelayanan kursus/kelas prapersalinan bagi
para calon ibu.
Kemampuan klien dalam merawat diri sendiri dipandang sangat menguntungkan baik bagi klien maupun
sistem pelayanan kesehatan karena potensinya yang dapat menekan biaya perawatan.
Dalam hal pilihan pelayanan yang diterima, ibu hamil dapat memilih tenaga profesional yang berkualitas
& dapat dipercaya sesuai dengan tingkat pengetahuan dan kondisi sosio-ekonomi mereka.
2.    ANC pada usia kehamilan lebih dini
Data statistik mengenai kunjungan ANC trimester pertama menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Hal ini sangat baik sebab memungkinkan profesional kesehatan mendeteksi dini dan segera menangani
masalah-masalah yang timbul sejak awal kehamilan. Kesempatan untuk memberikan pendidikan
kesehatan tentang perubahan perilaku yang diperlukan selama hamil juga lebih banyak.

3.   Praktek yang berdasarkan bukti (evidence-based practice)


Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman praktek
terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak
dianjurkan lagi. Sesuai dengan evidence-based practice, pemerintah telah menetapkan program
kebijakan ANC sebagai berikut:
a.   Kunjungan ANC
Dilakukan minimal 4 x selama kehamilan :
1) Trimester I
Sebelum 14 minggu – Mendeteksi masalah yg dapat ditangani sebelum membahayakan jiwa.
1.    Mencegah masalah, misal : tetanus neonatal, anemia, kebiasaan tradisional yang berbahaya)
2.    Membangun hubungan saling percaya
3.    Memulai persiapan kelahiran & kesiapan menghadapi komplikasi.
4.    Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan , olahraga, istirahat, seks, dsb).
2) Trimester II 14 – 28 minggu
1.    Sama dengan trimester I ditambah : kewaspadaan khusus terhadap hipertensi kehamilan
(deteksi gejala preeklamsia, pantau TD, evaluasi edema, proteinuria)
3) Trimester III 28 – 36 minggu
a. Sama, ditambah : deteksi kehamilan ganda.
Setelah 36 minggu – Sama, ditambah : deteksi kelainan letak atau kondisi yang
memerlukan persalinan di RS.
b.   Pemberian suplemen mikronutrien :
Tablet mg (= zat besi 60myang mengandung FeSO4 320 g sebanyak 1 tablet/hari mg) dan
asam folat 500 segera setelah rasa mual hilang. Pemberian selama 90 hari (3 bulan). Ibu
harus dinasehati agar tidak meminumnya bersama teh / kopi agar tidak mengganggu
penyerapannya.
c.   Imunisasi TT 0,5 cc
Interval Lama perlindungan % perlindungan
·  TT 1 Pada kunjungan ANC pertama
·  TT 2 4 mgg setelah TT 1 3 tahun 80%
·  TT 3 6 bln setelah TT 2 5 tahun 95%
·  TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99%
·  TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 th/ seumur hidup 99%
HAL-HAL YANG KURANG EFEKTIF DILAKUKAN :
Standar anc menurut arifin (1996) mengenai standar pelayanan.
Pelayanan ANC minimal 5T meningkat menjadi 7T dan sekarang 12T.
·  5T
1.    Tinggi badan
2.    Tekanan darah
3.    TFU
4.    TT
5.    Tablet besi
·  7T
1.    Tes PMS
2.    Temu wicara
· 12 T
1.    Test HB
2.    Test protein urine
3.    Perawatan payudara
4.    Tes reduksi urine
5.    Pemeliharaan tingkat kebudayaan.
· 14 T
1.     Terapi yodium kapsul
2.    Terapi anti malaria.

PERHITUNGAN DJJ
Dahulu perhitungan DJJ adalah dengan 15 detik dikalikan 4. Tapi sekarang perhitungan dilakukan satu
menit penuh.
E.    POLA ASUHAN KEHAMILAN
Evidence Based Tentang Tradisi Masa Kehamilan :
1.    Seorang dukun yang ketika ada masyarakat hamil periksa dan ketika diperiksa diprediksi oleh si dukun
letak janinnya sungsang. Kemudian si dukun melakukan tindakan pemutaran janin dengan manual.
Tindakan ini dilakukan karena diyakini akan merubah posisi janin.
Fakta : Tindakan merubah posisi dengan memutar tidak efektif dilakukan dan berpotensi besar terjadinya
komplikasi yang tidak diinginkan, karena hal ini erat kaitannya dengan letak plasenta yang tidak
diketahui dukun tersebut. Jika nanti proses pemutarannya salah atau tidak sesuai dengan keadaan di intra
uteri maka akan mengakibatkan perdarahan, rupture plasenta, solutio plasenta. Sehingga hal ini lebih
membahayakan, karena bisa menyebabkan kematian ibu dan janin.
2.   Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang. Sebab, jika itu dilakukan, bisa menimbulkan cacat
pada janin sesuai dengan perbuatannya itu.
Fakta: Tentu saja tak demikian. Cacat janin disebabkan oleh kesalahan/kekurangan gizi, penyakit,
keturunan atau pengaruh radiasi. Sedangkan gugurnya janin paling banyak disebabkan karena penyakit,
gerakan ekstrem yang dilakukan oleh ibu (misal benturan) dan karena psikologis (misalnya shock, stres,
pingsan). Tapi, yang perlu diingat, membunuh atau menganiaya binatang adalah perbuatan yang tak bisa
dibenarkan.
3.   Membawa gunting kecil / pisau / benda tajam lainnya di kantung baju si Ibu agar janin terhindar dari
marabahaya.
Fakta: Hal ini justru lebih membahayakan apabila benda tajam itu melukai si Ibu.
4.   Ibu hamil tidak boleh keluar malam, karena banyak roh jahat yang akan mengganggu janin.
Fakta: secara psikologis, Ibu hamil mentalnya sensitif dan mudah takut sehingga pada malam hari tidak
dianjurkan bepergian. Secara medis-biologis, ibu hamil tidak dianjurkan kelaur malam terlalu lama,
apalagi larut malam. Kondisi ibu dan janin bisa terancam karena udara malam kurang bersahabat
disebabkan banyak mengendapkan karbon dioksida (CO2).
5.   Ibu hamil dilarang melilitkan handuk di leher agar anak yang dikandungnya tak terlilit tali pusat.
Fakta: Ini pun jelas mengada-ada karena tak ada kaitan antara handuk di leher dengan bayi yang berada
di rahim. Secara medis, hiperaktivitas gerakan bayi, diduga dapat menyebabkan lilitan tali pusat karena
ibunya terlalu aktif.
6.   Ibu hamil tidak boleh benci terhadap seseorang secara berlebihan, nanti anaknya jadi mirip seperti orang
yang dibenci tersebut.
Fakta: Jelas ini bertujuan supaya Ibu yang sedang hamil dapat menjaga batinnya agar tidak membenci
seseorang berlebihan.
7.   Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar siam.
Fakta: Secara medis-biologis, lahirnya anak kembar dempet / kembar siam tidak dipengaruhi oleh
makanan pisang dempet yang dimakan oleh ibu hamil. Jelas ini hanyalah sebuah mitos.
8.   Ngidam adalah perilaku khas perempuan hamil yang menginginkan sesuatu, makanan atau sifat tertentu
terutama di awal kehamilannya. Jika tidak dituruti maka anaknya akan mudah mengeluarkan air liur.
9.   Dilarang makan nanas, nanas dipercaya dapat menyebabkan janin dalam kandungan gugur.
Fakta: Secara medis-biologis, Getah nanas muda mengandung senyawa yang dapat melunakkan daging.
Tetapi buah nanas yang sudah tua atau disimpan lama akan semakin berkurang kadar getahnya. Demikian
juga nanas olahan. Yang pasti nanas mengandung vitamin C (asam askorbat) dengan kadar tinggi
sehingga baik untuk kesehatan.
10. Jangan makan buah stroberi, karena mengakibatkan bercak-bercak pada kulit bayi.
Fakta: Tak ada kaitan bercak pada kulit bayi dengan buah stroberi. Yang perlu diingat, jangan makan
stroberi terlalu banyak, karena bisa sakit perut. Mungkin memang bayi mengalami infeksi saat di dalam
rahim atau di jalan lahir, sehingga timbul bercak-bercak pada kulitnya.
11. Jangan makan ikan mentah agar bayinya tak bau amis.
Fakta: Bayi yang baru saja dilahirkan dan belum dibersihkan memang sedikit berbau amis darah. Tapi ini
bukan lantaran ikan yang dikonsumsi ibu hamil, melainkan karena aroma (bau) cairan ketuban. Yang
terbaik, tentu saja makan ikan matang. Karena kebersihannya jelas terjaga ketimbang ikan mentah.
12. Jangan minum air es agar bayinya tak besar. Minum es atau minuman dingin diyakini menyebabkan
janin membesar atau membeku sehingga dikhawatirkan bayi akan sulit keluar.
Fakta: Sebenarnya, yang menyebabkan bayi besar adalah makanan yang bergizi baik dan faktor
keturunan. Minum es tak dilarang, asal tak berlebihan. Karena jika terlalu banyak, ulu hati akan terasa
sesak dan ini tentu membuat ibu hamil merasa tak nyaman. Lagipula segala sesuatu yang berlebihan akan
selalu berdampak tak baik.
13.  Wanita hamil dianjurkan minum minyak kelapa (satu sendok makan per hari) menjelang kelahiran.
Maksudnya agar proses persalinan berjalan lancar.
Fakta: Ini jelas tidak berkaitan. Semua unsur makanan akan dipecah dalam usus halus menjadi asam
amino, glukosa, asam lemak, dan lain-lain agar mudah diserap oleh usus.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hartanti Bahar Amd,keb dengan judul Kondisi sosial budaya
berpantang makanan dan implikasinya pada kejadian anemia ibu hamil (Studi kasus pada masyarakat
pesisir Wilayah Kerja Puskesmas Abeli di Kota Kendari) Tahun 2010. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa makanan yang dipantang oleh ibu hamil selama masa kehamilan terdiri atas golongan hewani,
golongan nabati dan gabungan dari keduanya (golongan nabati dan hewani). Makanan yang dipantang
ibu hamil dari golongan hewani adalah cumi-cumi, gurita, kepiting, daging, kepiting dan udang yang
baru ganti kulit, ikan pari, ikan yang tidak memiliki lidah, ikan yang memiliki banyak duri (terundungan)
dan telur bebek. Kepercayaan berpantang makan ini didasarkan atas hubungan asosiatif antara bahan
makanan tersebut menurut bentuk atau sifatnya dengan akibat buruk yang akan ditimbulkan bagi ibu dan
bayi yang akan dilahirkan. Ibu hamil berpantang makan cumi-cumi sebab cumi-cumi berjalan maju
mundur diasosiasikan dengan proses melahirkan yang sulit di pintu lahir, bayi akan menyulitkan
persalinan dengan maju mundur pada saat proses kelahiran.
1. Kepiting dilarang karena dikhawatirkan anak akan nakal dan suka menggigit jika besar.
2. Gurita dilarang sebab bersifat lembek diasosiasikan dengan bayi yang juga akan lemah fisiknya
seperti gurita.
3. Kepiting dan udang yang baru ganti kulit dilarang sebab bertekstur lembek tidak bertulang
diasosiasikan dengan anak yang juga akan lemah tak bertulang jika lahir, begitu juga dengan ikan pari
dipantang karena memiliki tulang lembut dipercayai akan menyebabkan bayi juga bertulang lembut,
daging dipantang karena dikhawatirkan ibu akan kesulitan melahirkan jika bayinya terlalu sehat, ikan
yang bemiliki banyak duri (terundungan) dilarang karena akan menyebabkan perasaan ibu hamil tidak
enak dan menimbulkan rasa panas selama kehamilan, telur bebek dipantang karena akan menyulitkan
persalinan.
4. Makanan yang dipantang oleh ibu hamil dari golongan nabati adalah mangga macan, durian, nanas,
nangka, sayur rebung, pisang kembar, daun kelor, nangka muda, kelapa muda, pepaya muda, terong
dan tebu.
Ibu hamil berpantang makan mangga macan, durian, nenas, dan nangka karena dianggap bersifat
panas dikaitkan dengan keyakinan dikotomi panas dingin.
Ibu hamil dianggap dalam kondisi dingin sehingga tidak boleh makan makanan yang sifatnya panas
sebab dapat menyebabkan keguguran kandungan pada umur kehamilan muda. Kelapa muda
dipantang pada awal kehamilan karena dapat mengakibatkan keguguran, rebung dilarang karena
dikhawatirkan akan menyebabkan anak memiliki banyak bulu/rambut jika lahir, pisang kembar
dipantang diasosiasikan anak juga akan kembar jika lahir, daun kelor dilarang karena mengandung
getah yang pedis yang akan menyebabkan rasa sakit dalam proses kelahiran dikenal dengan sebutan
“getah kelor”, juga karena daun kelor yang berakar diasosiasikan dengan ari-ari bayi yang juga akan
berakar. Ibu hamil berpantang mengkonsumsi nangka muda karena nangka muda juga memiliki getah
yang akan menyebabkan rasa sakit dalam proses kelahiran.
Pepaya muda dipantang karena dapat menyebabkan gatal-gatal pada ibu hamil dan bayi yang ada
didalam kandungan. Terong dilarang karena juga dapat mengakibatkan gatal-gatal pada ibu dan
bayinya.
Tebu dilarang karena akan menyebabkan rasa sakit karena ibu akan mengeluarkan banyak air
mendahului proses kelahiran diasosiasikan dengan tebu yang juga mengandung banyak air.

F.    PERAN, FUNGSI DAN TANGGUNGJAWAB BIDAN DALAM ASUHAN KEHAMILAN


1. Peran bidan dalam asuhan kehamilan :
a. Peran sebagai pelaksana
1. Tugas mandiri
2. Tugas kolaborasi
3. Tugas merujuk
·    Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup:
b.  Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta masyarakat (khususnya kaum
remaja) pada masa praperkawinan.
c.   Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan kasus patologis
tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
d.  Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
e.   Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi.
f.   Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
g.  Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
h.  Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan pcasekolah
i.   Memberi pelayanan keluarga berencanasesuai dengan wewenangnya.
j.   Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem reproduksi, termasuk
wanita pada masa klimakterium internal dan menopause sesuai dengan wewenangnya.
2. Peran sebagai pengelola
Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup:
a.   Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga, kelompok
masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang didukung oleh partisipasi
masyarakat.
b.  Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya.
c.  Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
d. Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan pelayanan kebidanan
e.  Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.
3. Peran sebagai pendidik
Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup:
a. Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait dengan pelayanan
kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga berencana.
b. Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesetan sesuai dengan bidang tanggung jawab bidan.
c. Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan di
masyarakat.
d. Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang keahliannya.
e.  Peran sebagai peneliti
Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup:
a. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau berkelompok
dalam lingkup pelayanan kebidanan.
b. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.
c. Tanggungjawab bidan dalam asuhan kehamilan yang meliputi :
1.    Memberi pelayanan berdasarkan kebutuhan klien
2.    Menjaga kerahasiaan klien
3.    Memberi asuhan kehamilan berdasarkan wewenang bidan.
BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Dengan adanya Evidence Based maka masyarakat diharapkan dapat membedakan atau memilah – milah
mana mitos – mitos yang menguntungkan dan merugikan dalam kehamilan serta masyarakat mengetahui
alasannya berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan. Kehamilan merupakan proses yang fisiologis dan
alamiah. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari
(40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.

Ø  Issu – issu terkini dalam kehamilan.

Keterlibatan klien dalam perawatan diri sendiri (self care)


Kesadaran dan tanggung jawab klien terhadap perawatan diri sendiri selama hamil semakin meningkat. Klien
tidak lagi hanya menerima dan mematuhi anjuran petugas kesehatan secara pasif. ANC pada usia kehamilan lebih
dini.

Data statistik mengenai kunjungan ANC trimester pertama menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Praktek yang berdasarkan bukti (evidence-based practice). Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada
bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.

DAFTAR PUSTAKA

Hani,Ummi. 2010. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba Medika
Ben-Zion, Taber. 1998. Kegawatdaruratan Obstetrik dan Ginekologi. Jakarta: ECG.

Anda mungkin juga menyukai