SEKRETARIAT DAERAH
• Sekretariat Daerah kabupaten/kota dipimpin oleh Sekretaris Daerah dan bertanggung jawab
kepada bupati/wali kota.
SEKRETARIAT DPRD
INSPEKTORAT DAERAH
• TUGAS : membantu bupati/wali kota dalam membina dan mengawasi pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan oleh perangkat
daerah.
FUNGSI : Perumusan kebijakan teknis bidang pengawasan dan fasilitasi pengawasan; Pelaksanaan
pengawasan internal terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantalran, dan
kegiatan pengawasan lainnya; Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan dari
bupati/wali kota dan/atau gubernur sebagai wakil pemerintah pusat; Penyusunan laporan hasil
pengawasan; Pelaksanaan koordinasi pencegahan tindak pidana korupsi; Pengawasan pelaksanaan
program reformasi birokrasi; Pelaksanaan administrasi inspektorat daerah kabupaten/kota; dan
Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati/wali kota terkait dengan tugas dan fungsinya
DINAS : Merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Dinas
dipimpin oleh kepala dinas kabupaten/kota yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada bupati/wali kota melalui sekretaris daerah.
TUGAS : membantu bupati/wali kota melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah dan tugas pembantuan yang diberikan kepada kabupaten/kota.
FUNGSI : Perumusan dan pelaksanaan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya, Pelaksanaan
evaluasi dan pelaporan, Pelaksanaan administrasi dinas, Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh
bupati/wali kota terkait dengan tugas dan fungsinya.
Penggabungan urusan pemerintahan dalam 1 (satu) dinas daerah didasarkan pada kriteria :
BADAN : Merupakan unsur penunjang urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
kabupaten/kota. Badan daerah dipimpin oleh kepala badan yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada bupati/wali kota melalui sekretaris daerah
UGAS : membantu bupati/wali kota dalam melaksanakan fungsi penunjang urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah.
FUNGSI : Penyusunan kebijakan teknis, Pelaksanaan tugas dukungan teknis. Pemantauan, evaluasi,
dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis. Pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi-fungsi
penunjang urusan pemerintahan daerah. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati/wali
kota sesuai dengan tugas dan fungsinya
Penggabungan urusan pemerintahan dalam 1 (satu) badan daerah didasarkan pada kriteria :
KELURAHAN: Kelurahan merupakan perangkat kecamatan yang dibentuk untuk membantu atau
melaksanakan sebagian tugas camat. Dibentuk dengan Perda kabupaten/kota berpedoman pada
Peraturan Pemerintah. Kelurahan dipimpin oleh lurah selaku perangkat kecamatan dan bertanggung
jawab kepada camat
Tugas : Memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD;
Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat; Menyusun dan mengajukan rancangan Perda
tentang RPJPD dan rancangan Perda tentang RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD,
serta menyusun dan menetapkan RKPD; Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD,
rancangan Perda tentang perubahan APBD, dan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD kepada DPRD untuk dibahas bersama; Mewakili Daerahnya di dalam dan di luar
pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan; Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Mengajukan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda), MeMenetapkan Peraturan Kepala Daerah dan
Keputusan Kepala daerah, netapkan Peraturan Daerah yang telah mendapat persetujuan bersama
DPRD, Mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak yang sangat dibutuhkan oleh Daerah
atau masyarakat dan Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
• Era UU 32 Tahun 2004 ; Mengatur KDH dan wakilnya dipilih langsung oleh rakyat
• UU No 22 Tahun 2014 : Ingin mengembalikan bahwa KDH dan wakilnya dipilih tidak
langsung melalui DPRD.
Di Indonesia pemilihan kepala daerah dilakukan melalui pemilihan langsung / pemilu kepala daerah
(pemilukada). Pilkada langsung dilatar belakangi adanya ‘persekongkolan’ wakil rakyat (DPRD)
dengan calon Bupati/ Walikota/ Gubernur yang berimbas kepada korupsi politik dan akuntabilitas
yang buram karena persekongkolan elit politik meniadakan transparansi tetapi justru
menyemarakkan politik uang. Hal ini dimungkinkan karena DPRD lah yang memilih kepala daerah.
Alasan tersebut menjadi puncak ketidak puasan terhadap pelaksanaan pilkada tidak langsung. Maka
dilakukan perubahan dari UU No. 22/1999 digantikan dengan UU No. 32/2004 yang mengatur
pilkada secara langsung.
Penentuan siapa KDH dan wakilnya yang ditentukan oleh rakyat lokal itu sendiri.
Hikmah Pilkada Langsung : Pilkada langsung adalah jawaban atas tuntutan aspirasi rakyat ; Pilkada
langsung adalah realisasi Konstitusi dan UUD 1945. Pilkada langsung adalah sarana belajar
demokrasi untuk rakyat. Pilkada langsung sebagai sarana untuk memperkuat otonomi daerah.
Pilkada langsung adalah alat penting untuk proses kader kepemimpinan nasional.
Kelebihan Pilkada Langsung: Kepala Daerah terpilih diyakini telah merepresentasikan atau
merupakan keterwakilan dari rakyat mayoritas. Kepala Daerah terpilih mempunyai legitimasi tinggi
karena dihasilkan oleh proses demokrasi yang melibatkan rakyat sehingga lebih berkualitas dari
sebelumnya. Pilkada langsung telah menghasilkan pemimpin daerah yang berkualitas seperti Ridwan
Kamil, Tri Risma Harini, Joko Widodo, Ahmad Heryawan, Tuan Guru Bajang, dll.
Kekurangan :
Biaya yang dikeluarkan pemerintah cukup besar. Pilkada-pilkada terdiri dari Pilgub 33 Propinsi dan
495 Kabupaten/ Kota. Biaya pelaksanaan Pilkada-pilkada dikeluarkan untuk semua kebutuhan KPU
seperti Gaji, Peralatan, Inventaris, Logistik dan lainnya.
Adanya politik uang yang dilakukan oleh calon kepala daerah dan tim kampanye. Selain itu calon
tidak segan-segan mengumbar janji yang pada akhirnya hanya iming-iming sesaat untuk
mendapatkan suara terbanyak, dari masyarakat sebagai konstituennya.
Melakukan kampanye negatif Biasanya sering dilakukan salah satu kandidat yang sudah terdesak
menuju jurang kekalahan sehingga menghalalkan segala cara untuk memenangkan sebuah proses
pemilihan kepala daerah secara langsung (Cebong dan Kampret, HOAX)
Sering terjadi konflik horizontal selama dilaksanakannya Pilkada-pilkada di daerah. Bahkan sering
terjadi anarkis dan pengrusakan fasilitas public. Konflik itu juga sering menimbulkan ketegangan di
masyarakat untuk waktu yang lama, bahkan mungkin ada juga dendam.
Partisipasi Masyarakat Rendah Masyarakat bosan dengan terlalu banyaknya pemilu, akhirnya
masyarakat apatis
Jor-joran biaya kampanye oleh calon-calon Kepala daerah disertai Money Politic Serangan Fajar
(berapa isi amplopnya ..?)
Calon yang akhirnya menang setelah menjadi Pemimpin sering korupsi untuk mengembalikan
modal. Bahkan ada juga Dinasti Politik.
FUNGSI DPRD
Kedudukan DPRD : DPRD terdiri atas anggota Partai Politik peserta Pemilihan umum yang
dipilih melalui pemilihan umum.
DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat di Daerah yang berkedudukan sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah bersama-sama Pemerintah Daerah. DPRD sebagai
lembaga perwakilan Rakyat di Daerah berkedudukan sejajar dan menjadi mitra Pemerintah
Daerah. DPRD sebagai unsur lembaga pemerintahan Daerah dalam membentuk peraturan
Daerah untuk kesejahteraan rakyat.
TUGAS dan WEWENANG DPRD : Membentuk peraturan Daerah bersama Kepala Daerah. Membahas
dengan memberikan persetujuan Rancangan Peraturan Daerah mengenai RAPBD yang dianjurkan
Kepala Daerah. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan APBD.
Memilih Wakil Kepala Daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan Wakil Kepala Daerah..
Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah kepada Menteri untuk
mendapatkan pengesahan pengangkatan dan/atau pemberhentian. Memberikan pendapat dan
pertimbangan Kepala Pemerintah Daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah.
Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah. Meminta laporan keterangan pertanggung jawaban Kepala Daerah dalam penyelengaraan
pemerintah daerah. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama dengan daerah lain atau
pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah. Mengupayakan terlaksananya kewajiban
Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Hak DPRD : INTERPELASI (Hak DPRD untuk meminta keterangan Kepala Daerah mengenai kebijakan
pemerintah daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat
dan bernegara.) ANGKET (Hak DPRD melakukan penyelidikan daerah yang penting dan strategis
serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara yang diduga bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.) MENYATAKAN PENDAPAT (Hak DPRD
menyatakan pendapat terhadap kebijakan Kepala Daerah atau mengenai kejadian luar biasa yang
terjadi di Daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksana
hak interplasi dan hak angket.)
Tahun 2016 jumlah desa yang ada di Indonesia mencapai 81.253. Sekitar 60%-70%penduduk tinggal
di desa. Sehingga jika pemerintah berhasil membangun desa, berarti 60%-70% pemerintah berhasil
membangun Indonesia. Kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat desa juga identik dengan
kemakmuran dan kesejahteraan negara.
Secara historis, sebelum adanya penjajahan Belanda dan penjajahan Jepang di Indonesia sudah ada
pemerintahan di tingkat bawah yang asli dan mandiri, yaitu pemerintahan desa. Dengan nama –
nama sebagai berikut : Kampung (Jabar), Dusun (Yogya), atau Banjar (Bali) dan Jorong, Nagari
(Sumbar), dll. Sebutan untuk Kepala Desa adalah Kepala Kampung, Petinggi (Kaltim), Klebun
(Madura), Pambakal (Kalsel), Kuwu (Cirebon), Hukum Tuan (Sulut).
Kewenangan Desa meliputi : Kewenangan berdasarkan hak asal usul, Kewenangan lokal berskala
Desa, Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
KEPALA DESA; Adalah pimpinan yang menyelenggarakan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan
yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Masa jabatan kepala desa selama 6
tahun dan bisa diperpanjang untuk satu kali masa jabatan lagi. Kepala desa juga berwenang untuk
menetapkan Peraturan Desa yang sudah disepakati bersama BPD. Pemilihan Kepala Desa dilakukan
langsung bersama penduduk desa setempat.
PERANGKAT DESA; Pembantu Kepala Desa dalam melakukan tugas dan wewenangnya. Perangkat
desa terdiri dari Sekretaris Desa yang diisi oleh pegawai negeri sipil dan diangkat oleh Sekretaris
Daerah atas nama Bupati atau Walikota, tiga Kepala Urusan, tiga Kepala Seksi dan Kepala
Dusun/Dukuh ; Perangkat desa lain diangkat oleh Kepala Desa dan berasal dari penduduk desa yang
ditetapkan melalui Keputusan Kepala Desa, dan mereka juga memiliki tugas untuk mengayomi
kepentingan masyarakat.
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA; BPD adalah lembaga yang mewujudkan demokrasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa. Fungsi BPD adalah untuk merumuskan peraturan bersama
Kepala Desa, untuk menampung dan menyalurkan aspirasi dari masyarakat desa. Anggotanya
merupakan wakil dari penduduk desa tersebut per wilayah, yaitu Ketua RW, pemangku adat,
golongan profesi, pemuka agama dan tokoh masyarakat lainya. Masa jabatan untuk anggota BPD
adalah selama 6 tahun dan bisa kembali diangkat untuk masa jabatan berikutnya. Pemimpin serta
anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan Kepala Desa atau Perangkat Desa.
Musyawarah Desa : Merupakan forum permusyawaratan yang diikuti oleh BPD , Pemerintah Desa,
dan unsur masyarakat untuk memusyawarahkan hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa, seperti : Penataan desa. Perencanaan desa. Kerja sama desa. Rencana investasi
yang masuk ke desa. Pembentukan BUM desa. Penambahan dan pelepasan aset desa, dan Kejadian
luar biasa.
Otonomi Desa : Secara etimologis istilah Desa berasal dari kata swadesi (dalam bahasa Sansekerta)
yang artinya wilayah, tempat atau bagian yang mandiri dan otonom (P.J. Zoetmulder) Antara
individu masyarakat mempunyai keterikatan sosial yang sangat kuat. Nilai gotong royong dan
musyawarah menjadi ciri khas masyarakat desa.
Oleh Mashuri Maschab (2013), setidaknya terdapat tiga sudut pandang tentang desa:
1. Pertama, secara sosiologis di mana desa digambarkan sebagai komunitas penduduk yang
tinggal menetap dalam suatu lingkungan dengan corak hidup homogen
2. Kedua, secara ekonomi bahwa desa sebagai suatu lingkungan masyarakat yang berusaha
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dari apa yang disediakan alam di sekitarnya
3. Ketiga, secara politik yaitu sebagai suatu organisasi pemerintahan atau kekuasaan yang
mempunyai wewenang karena merupakan bagian dari negara.
Dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya desa merupakan bentuk pemerintahan riil, demokratis
dan otonom, memiliki tradisi dan hukum atas prakasa sendiri serta sumber bagi terbentuknya
kekuasaan yang lebih tinggi (negara). Oleh karena itu negara wajib mengakui dan menghormati
entitas pemerintahan desa. Otonomi desa merupakan otonomi yang asli, bulat, dan utuh serta
bukan merupakan pemberian dari pemerintah( Widjaja, H.A.W, 2008) Keberadaan otonomi desa
merupakan inti dari konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) (Syafrudin & Suprin, 2010)
Hal ini mengingat pula bahwa desa lahir sebelum adanya NKRI yang berdaulat.
Salah satu bentuk dukungan adalah dengan memberikan legitimasi kepada desa untuk dapat
berkembang secara mandiri. Pasal 18 dan 19 UU No. 6 Tahun 2014 yang berkaitan dengan
kewenangan desa juga merupakan bentuk dukungan dari pemerintah.