PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA SUKOWUWUH, KECAMATAN
BENER, KABUPATEN PURWOREJO
Perencanaan Pembangunan
Disusun Oleh : Nurul Fatimatu Zahro (1710201005)
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TIDAR MAGELANG 2019 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam situasi perekonomian yang serba sulit khususnya di daerah pedesaan seperti sekarang ini dengan tingkat kesempatan kerja yang menurun serta adanya kecenderungan bertambahnya angka kemiskinan dan pengangguran, sangat diperlukan suatu tindakan nyata untuk mengatasi masalah- masalah tersebut. Salah satunya adalah dengan program pemberdayaan masyarakat. Program ini dilakukan untuk menciptakan masyarakat yang lebih maju, sejahtera, terampil, dan mandiri. Usaha pemberdayaan masyarakat bisa dilakukan melalui berbagai sektor, salah satunya adalah sektor pariwisata. Apabila dikembangkan secara terpadu, sektor pariwisata dapat mendorong tumbuhnya sektor-sektor ekonomi lainnya. Pengembangan pariwisata berdasarkan pada kemampuan masyarakat setempat merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat. Salah satu model pemberdayaan ekonomi kerakyatan dalam bidang pariwisata adalah melalui pengembangan desa wisata. Salah satu desa yang mengembangkan desa wisata untuk pemberdayaan masyarakat adalah Desa Sukowuwuh melalui sebuah Wisata Bukit Indah Watu Salang. Di sana terdapat satu potensi pariwisata yang khas yaitu sebuah bukit yang menyajikan pesona alam yang indah berupa gugusan-gugusan 5 gunung yang terletak disekitarnya, selain menawarkan keindahan panorama di bukit tersebut juga disediakan sirkuit gasstrack motor trail yang terletak di kaki Bukit Watu Salang. Bentuk pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata di Desa Sukowuwuh adalah adanya partisipasi aktif dari masyarakat secara langsung mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pemeliharaan desa wisata. Seperti yang telah diimplementasikan melalui kunjungan wisata di desa dan berbagai kegiatan yang dilaksanakan di lokasi wisata, masyarakat mampu pendapatan tambahan dan menciptakan lapangan kerja baru seperti berdagang, tukang parkir, dan lain-lainnya. Namun dengan seiring berjalannya waktu, pengembangan wisata sebagai upaya pemberdayaan di Desa Sukowuwuh mengalami kemunduran. lokasi desa wisata yang dahulunya terlihat indah dan asri mengalami kemangkraan, tidak terurus, dan fasilitas-fasilitas pendukung yang ada mengalami kerusakan. Hal ini tentu sangat berdampak terhadap program pemberdayaan masyarakat yang ada. Dimana ketika desa wisata tersebut mengalami kemajuan, masyarakat dapat meningkatkan partisipasinya dalam program-program pengembangan wisata dan mampu menambah penghasilan ekonomi yang cukup banya melalui pekerjaan baru. Dapat dikatakan bahwa dengan adanya kemangkraan dalam pengembangan desa wisata tersebut, masyarakat kembali pasif dan kehilangan kesempatan menambah penghasilan. Dalam makalah ini akan dibahas berbagai hambatan pengembangan desa wisata yang ada di Desa Sukowuwuh dan upaya-upaya yang direncanakan oleh perangkat desa, kelompok pengembang desa wisata, serta kelompok masyarakat untuk menghidupkan kembali desa wisata yang ada agar pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diambil yaitu : a. Apa yang menjadi penyebab mundurnya Wisata Bukit Indah Watu Salang yang awalnya dianggap sebagai wisata baru yang paling berhasil di Kabupaten Purworejo? b. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk menghidupkan kembali pengembangan Wisata Bukit Indah Watu Salang sehingga mendukung kembali program pemberdayaan masyarakat yang ada? 1.3 Tujuan Penuisan a. Menganalisis penyebab mundurnya potensi desa wisata Bukit Indah Watu Salang sehingga mampu merumuskan berbagai strategi untuk mengatasi penyebab kemunduran tersebut. b. Mengetahui upaya-upaya yang telah dilakukan oleh setiap komponen penggembang Wisata Bukit Indah Watu Salang untuk menghidupkan kembali potensi yang ada serta mengetahui bagaimana perkembangannya. BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Konsep Desa Wisata a. Pengertian Pariwisata Pariwisata adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan ke suatu tempat tujuan wisata di luar keseharian dan lingkungan tempat tinggal untuk melakukan persinggahan sementara waktu dari dari tempat tinggal, yang didorong beberapa keperluan tanpa bermaksud untuk mencari nafkah dan didasarkan atas kebutuhan untuk mendapat kesenangan , disertai untuk menikmati berbagai hiburan yang dapat melepaskan lelah dan menghasilkan suatu travle experience dan hospitality service (Inskep Edward, 1991). b. Komponen Pariwisata Dalam kegiatan pariwisata komponen-komponen pariwisata akan saling terkait dalam mendukung pengembangan suatu kawasan. Komponen pariwisata dibagi atas dua faktor , yaitu komponen penawaran dari pariwisata dan komponen permintaan dari pariwisata. Sediaan pariwisata dan komponen permintaan dari pariwisata. Sediaan pariwisata mencakup segala sesuatu yang ditawarkan kepada wisatawan meliputi akomodasi, transportasi, infrastruktur, fasilitas pendukung. Sedangkan permintaan dari pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dalam permintaan pariwisata yaitu pengunjung dan masyarakat. c. Pengertin Desa Wisata Desa wisata adalah suatau wilayah pedesaan yang menawarkan keaslian baik dari segi sosial budaya, adat istiadat, keseharian, arsitektur tradisional, struktur tata ruang desa yang disajikan dalam suatu bentuk integrasi komponen pariwisata anatara lain seperti atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung. d. Pengembangan Kawasan Desa Wisata Menurut Gumelar (2010), pengembangan kawasan desa wisata meliputi : a. Memanfaatkan sarana prasarana masyarakat setempat. b. Menguntungkan masyarakat setempat. c. Berskala kecil. d. Melibatkan masyarakat setempat. e. Menerapkan pengembangan produk wisata pedesaan. 2.2 Konsep Pembeerdayaan Masyarakat Pemberdayaan adalah proses agar setiap orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan dan mempengaruhi kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Parson, et. Al. 1994). Sisi pemberdayaan masyarakat yaitu ada 3 : a. Pengembangan/Enabling Pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. b. Kemandirian Pemberdayaan tidak boleh menjebak masyarakat dalam perangkap ketergantungan (charity). Pemberdayaan harus mengantarkan kepada kemandirian. c. Memperkuat Daya Setiap masyarakat pasti memiliki daya. Hanya mereka sering tidak mengetahui dan belum menyadari. Oleh karena itu harus digali dan dikembangkan. Membangun daya dengan cara mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki. BAB III PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa dan Kawasan Wisata Desa Sukowuwuh
Desa Sukowuuh merupakan salah satu nama desa di Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo yang merupakan salah satu desa yang jauh dari perkotaan atau dapat dikatakan kawasan pelosok. Kegiatan sehari-hari masyarakat Desa Sukowuwuh menyesuaikan dengan kondisi kawasan yang sebagian besar lahannya di manfaatkan untuk pertanian. Masyarakat di Desa Sukowuwuh banyak memilih bertani sebagai mata pencahariannya dan masyarakat hidup secara tradisional dan secara luas masyarakat belum begitu mengenal teknologi. Untuk sistem adat istiadat masyarakat menjadikan pemuka agama dan orang tua sebagai teladan dalam kehidupan sehari-hari, dan juga seluruh masyarakat Desa Sukowuwuh yang memeluk agama Islam ditunjukkan dengan cara berpakaian dan perilaku yang masih menjunjung tinggi nilai agama. Keadaan geografi Desa Sukowuwuh berupa dataran tinggi dimana kondisi alam yang ada masih asri, adanya salah satu bukit bernama “Bukit Indah Watu Salang” yang memiliki pemandangan yang cukup indah menjadi daya tarik utama desa ini. Keindahan alam Desa Sukowuwuh dengan keindahan bukit ini telah menjadikan salah satu kekuatan utama kepariwisataan di Kabupaten Purworejo. Penetapan Bukit Indah Watu Salang sebagai salah satu objek wisata oleh Pemerintah Daerah Purworejo dinilai strategis terutama sebagai upaya mendorong partisipasi masyarakat lokal dalam pelestarian sumber daya yang berbasisi nilai-nilai budaya yang ada, mendorong pengembangan wilayah, membangun sikap gotong royong masyarakat dan peningkatan kesejahteraan masayarakat lokal. Selain itu, penetapan bukit tersebut menjadi tempat wisata dianggap strategis karena selain meiliki pemandangan sekitar yang indah, disekitar Bukit Watu Salang ini juga dibangun jalur grasstrake, sehingga tempat ini menjadi tempat penyalur hobi bagi pecinta grasstrake dan tarif biaya yang dikenakan untuk memasuki atau berlatih grasstrake tersebut menjadi penghasilan tambahan untuk dana pengembangan desa. Namun dengan seiring berjalannya waktu, pengembangan kawasan Wisata Bukit Indah Watu Salang ini mengalami berbagai hambatan yang menjadikan kawasan wisata yang dahulunya asri dan indah terlihat gersang dan tidak tertata dengan baik. Hal tersebut tentu berdampak langsung terhadap sistem pemberdayaan masyarakat yang sedang berlangsung. Masayarakat sekitar yang sudah aktif berpartisipasi dalam pengembangan desa dengan adanya kemunduran terhadap pengembangan kawasan wisata tersebut menjadi pupus harapan. Wisata Bukit Watu Salang yang dulunya banyak pengunjung saat ini bisa disebut tidak ada yang mengunjungi, kalaupun ada yang mengunjungi untuk masuk kawasan wisata saat ini tidak dipunggut biaya masuk ataupun biaya parkir kendaraan karena sudah tidak ada yang mengurusi. Hal ini berdampak pada masyarakat yang menjadi pedagang disekitar bukit kehilangan pembeli dan akhirnya tutup total yang memberikan dampak kerugian yang cukup besar bagi masayarakat yang bersangkutan. Warung-warung yang didirikan menggunakan biaya yang cukup banyak menjadi sia-sia dan tidak mungkin digunakan untuk perdagangan karena tidak adanya pembeli yang akan datang.
B. Faktor Penyebab Mundurnya Pengembangan Kawasan Wisata Desa
Sukowuwuh Pemerintah Desa Sukowuwuh dalam mengelola dan mengembangkan kawasan wisata desa berbasis pemeberdayaan masyarakat seiring dengan berjalannya waktu mengalami berbagai hambatan. Hambatan tersebut berupa : 1. Sumber dana yang tidak mencukupi Hambatan pengembangan kawasan wisata Desa Sukowuwuh yang paling utama yaitu dari segi sumber dana. Dimana pada awal perencanaan, pengembangan lokasi wisata hanya menggunakan dana iuran masyarakat desa belum dianggarakan dalam dana desa. 2. Kurangnya manajemen Dalam rangka pengembangan lokasi wisata terlihat bahwa antar golongan masyarakat (tiap dusun) yang ada di wilayah Desa Sukowuwuh mereka saling bersaing untuk mengembangkan tempat wisata tersebut sesuai keinginan kelompok atau golongan yang ada. Karena mereka ikut serta dalam penyediaan dana pengembangan lokasi wisata berupa iuran dana, mereka beranggapan setiap individu atau kelompok memiliki hak untuk mengembangkan lokasi wisata yang ada sesuai dengan keinginan mereka. Hal ini mungkin terjadi karena tidak adanya sisitem manajemen dan pengorganisasian pengelolaan yang baik, sehingga menjadikan setiap golongan memilki hak untuk ikut campur dalam pengelolaan. 3. Kondisi jalan untuk menuju lokasi wisata mengalami kerusakan. 4. Kesiapan masyarakat dalam menyikapi pentingnya pengembangan pariwisata Mayoritas masyarakat yang hidup sebagai petani cenderung apatis dan kurang sadar akan pentingnya kerja sama dalam pengembangan kawasan desa wisata, akibatnya inovasi dan kreasi dari pihak masyarakat terkait dengan pengembangan pariwisata tidak dapat optimal. C. Konsep Pengembangan Kembali Kawasan Desa Wisata dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat yang dimaksudkan oleh Pemerintah Desa Sukowuwuh yaitu terkait dengan keterpaduan masyarakat melalui kerjasama antara individu dan kelompok dalam membangun kawasan wisata. Sebagian hasil yang diperoleh digunakan untuk pembangunan dan atau pembangunan masyarakat dari inisiatif masyarakat. Untuk kembali mendukung pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan wisata tersebut, Pemerintah Desa Sukowuwuh Merumuskan kembali konsep pengembangan kawasan desa wisata. Konsep tersebut dilakukan dengan analisa faktor-faktor pendukung pengembangan kawasan desa wisata, kawasan desa wisata di tempat lain dan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan kawasan desa wisata di Desa Sukowuwuh. Konsep tersebut berupa : 1. Menyediakan rute perjalanan menuju kawasan desa wisata dan kondisi jalan yang baik demi kenyaman perjalnan wisatawan menuju obyek wisata. 2. Penyediaan fasilitas pendukung dan penunjang wisata di setiap obyek wisata yang belum terdapat fasilitas yang mendukung dalam pengembangan obyek wisata yang belum berkembang. 3. Menyediakan toko souvenir yang menjual hasil pertanian, hasil cinderamata yang berciri khas kawasan desa wisata sehingga dapat dikenal oleh masyarakat luar. 4. Penyediaan fasilitas rumah makan yang memberikan suasana pedesaan, terjaga kebersihannya dan menyajikan menu berciri khas Desa Sukowuwuh yaitu Lanting, Geblek dan minuman khas Desa Sukowuwuh. 5. Setiap tahun diadakan acara Latber Grasstrack dan panggung hiburan di Lokasi Wisata.
Untuk memajukan kembali pemberdayaan masyarakat melalui pengengembangan
wisata desa, Pemerintah Desa Sukowuwuh juga mengkonsepkan beberapa hal, yaitu :
1. Dana pengembangan kawasan wisata dan pemberdayaan dianggarkan dalam
dana desa yang ada. 2. Memanajemenkan segala proses pengembangan kawasan wisata secara maksimal. 3. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan cara memberikan pelatihan, menambah wawasan tentang pariwisata, cara memperlakukan wisatawan dan juga lancar berbahasa inggris agar masyarakat dapat merasakan secara langsung dampak dari pengembangan kawasan desa wisata 4. Diperlukan media promosi dengan cara membuat web tentang kawasan desa wisata yang tersambung langsung dengan web Kabupaten Purworejo dan juga berkerja sama dengan media-media promosi yang ada. 5. Dalam proses pengembangan kawasan desa wisata di Desa Sukowuwuh juga melibatkan masyarakat setempat atau tokoh masyarakat dari Desa Sukowuwuh dalam proses pengembangannya. 6. Diperlukan peraturan atau kebijakan pemerintah yang mengatur dalam proses pengembangannya. BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Sektor Pariwisata merupakan salah satu instrument yang sangat efektif dalam upaya mendorong pembangunan daerah, pemberdayaan masyarakat, serta dalam upaya penanggulangan/pengentasan kemiskinan (Pantiyasa, 2013). Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat harus menjaga lingkungan hidup. Lingkungan hidup merupakan salah satu komponen penting yaitu sebagai daya tarik dari pengembangan desa wisata, masyarakat secara otomatis akan melestarikan lingkungan hidup karena merasakan manfaat langsungnya. Dalam pengembangan desa wisata masyarakat akan sadar betapa pentingnya kebersihan dengan belajar dari para wisatawan tentang kualitas hidup. Tumbuhnya keaktifan dan kreatifitas masyarakat untuk melakukan usaha-usaha Pengembangan desa wisata dapat meningkatkan kreatifitas masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya seperti membuat souvenir, membuat pertunjukan seni, dan penyediaan warung makanan. Kecintaan masyarakat terhadap desa semakin tinggi. Kecintaan masyarakat terhadap desa semakin tinggi karena mereka akan sadar tentang keberadaan desa yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Daftar Pustaka Adityaji, R. 2018. Formulasi Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata dengan Menggunakan Metode Analisis SWOT: Studi Kasus Kawasan Pecinan Kapasan Surabaya. Jurnal Pariwisata Pesona. Surabaya. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Program Pemberdayaan Masyarakat dan Penanggulangan Kemiskinan Melalui sektor Kebudayaan dan Pariwiwsata (PNPM) Pariwisata 2008. Effendi, Tadjuddin Noer. Strategi Pengembangan Masyarakat :Alternatif Pemikiran Reformatif, dalam Jurnal Sosial Politik. Volume 3 No.2. 1999. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Universitas Gajah Mada :Yogyakarta. Hendrayantoro, Anggun. 2017. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya (Studi Di Desa Wisata Brayut Pandowoharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta). Vol. 23 No. 1, 27 April 2017 Halaman 1-16 . Jurnal Ketahanan Nasional. Fakultas Pertanian.Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta Narulita, Marta Dina. 2017. Pemberdayaan Masyarakat dalam Mendukung Pengembangan Desa Wisata Cihideung, Kabupaten Bandung Barat. Vol. 3 No. 1, 1 Desember 2017. Jurnal Ilmiah Pariwisata. Stiepar Yapari : Bandung. Komariah, Neneng. Encang Saepudin. Pawit M. Yusup.2018. Pengembangan Desa Wisata Berbasis Kearifan Lokal. Volume 03 No 2, Desember 2018. Program Studi Ilmu Perpustakaan, Universitas Padjadjaran : Jawa Barat.