Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR

Rully Moenandir Seorang ayah dari 4 anak dan 1 istri, yang bekerja di bidang industri televisi
dan film, serta suka sekali berbagi ilmu dan pengalaman di ruang2 khusus sebagai dosen maupun
pembicara publik. Baru buat blog baru juga dihttps://rullymoenandir.blogspot.com/, setelah tahun
2009 blog lamanya hilang entah kemana

Seorang ayah dari 4 anak dan 1 istri, yang bekerja di bidang industri televisi dan film, serta suka sekali
berbagi ilmu dan pengalaman di ruang2 khusus sebagai dosen maupun pembicara publik. Baru buat blog
baru juga dihttps://rullymoenandir.blogspot.com/, setelah tahun 2009 blog lamanya hilang entah kemana
SELANJUTNYA
FO LLO W

T EK NO LO GI  A RT IK EL UT AMA

Selamat Datang Jakarta Aman, Selamat Tinggal


Qlue?
15 Maret 2019   08:08 Diperbarui: 15 Maret 2019   08:08

1259 9 4

Sumber: tampilan aplikasi Jakarta Mana dan Qlue| Olah Digital Dokumentasi pribadi

Berawal dari rasa penasaran dengan sepak terjang (lagi) Gubernur DKI Jakarta Anies
Baswedan, dengan status sosial medianya yang seliweran di ponsel saya kemarin, langsung
saja saya mampir ke App Store untuk memasang aplikasitersebut.
Aplikasi yang bernama "Jakarta Aman" ini, menurut Gubernur saat memperkenalkannya
secara langsung di Balaikota merupakan "PANIC BUTTON", dimana sesuai fungsinya
aplikasi ini merupakan tombol panik darurat yang terhubug dengan call center Jakarta Siaga
112, yang setelah mengaktifkan tombol ini, makan petugas terdekat akan merespon dengan
segera ke lokasi, karena aplikasi ini juga dilengkapi dengan Pemetaan lokasi via GPS (Global
Positioning System).
Tangkapan Layar Sosmed Instagram Anies Baswedan

Sementara itu, menurut Direktur PT Jakarta Lebih Aman, Muhammad Fardhan, yang merupakan
perusahaan yang digandeng Pemprov DKI dalam mengembangkan aplikasi ini mengatakan Jakarta
masih rawan kejahatan yang tingkat kejahatannya lebih tinggi dibanding wilayah lain, maka dari itu
selain tombol darurat, dalam aplikasi ini juga dibenamkan beberapa fitur tambahan seperti Layanan
Publik, Nomor Penting (berisi daftar nomor telepon darurat dan alamat penting di sekitar lokasi),
Komunitas Aman (siskamling digital untuk keamanan lingkungan), dan Keluarga Aman (masih
dikembangkan untuk mengetahui posisi keluarga saat bepergian).

Anies juga menambahkan, rasa aman warga merupakan kebutuhan pokok yang harus
dipenuhi oleh pemerintahan, sehingga sistem pun membutuhkan pembaruan yang mutakhir
sesuai dengan perkembangan zaman. Sistem keamanan ini pun akan tersambung antara warga
dengan pihak-pihak yang berwenang terkait keamanan, maupun warga dengan
lingkungannya. 

Misalnya, warga kedepannya akan mudah melaporkan kepada Ketua RT/RW-nya jika ada
tamu yang datang ke rumahnya, ini akan menjadi suatu terobosan baru yang mempermudah
warga dengan aturan wajib lapor 1 x 24 jam kepada petugas lingkungan yang berwenang,
"Hari ini kita hidup di abad 21 yang menuntut ketersambungan (konektivitas) dan untuk
menjaga keamanan menjadi tangung jawab semua," kata Anies.

Entah apa maksud pernyataan Gubernur Anies mengenai pembaruan sistem yang mutakhir,
namun sebelumnya (dan mungkin masih), Pemprov DKI bekerja sama dengan
PT Qlue Performa Indonesia, dengan mengadaptasi penggunaan aplikasi Qlue. Sejak tahun
2014 pada masa kepemimpinan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), yang saat itu
Qlue yang merupakan aplikasi pelaporan warga bertujuan untuk memperkuat Jakarta Smart
City yang sudah meluncur sebelumnya. 

Aplikasi Qlue, digunakan warga untuk melaporkan berbagai macam hal, yang kemudian akan
di follow up oleh jajaran terkait, dengan pantauan sampai tingkat Kecamatan. Bahkan untuk
mengelola dan memantau biaya yang timbul dalam pelaksanaan keluhan warga tadi, pihak
RT/RT oleh Ahok diwajibkan memberikan minimal 3 laporan setiap harinya dengan imbalan
10 ribu rupiah, demi memancing kegiatan harian disekitar lingkungannya terkait kebersihan,
keamanan, dan pemeliharaan sarana prasarana publik.
Ketika masa pergantian kepemimpinan DKI di tahun 2017, melalui keterangan yang
diberikan Founder and CEO Qlue, Rama Raditya menyatakan sistem pelaporan via Qlue akan
lebih diperkuat di era Anies-Sandi, bahkan mereka sudah merencanakan konsep baru QLUE,
yang kini sudah juga mulai digunakan di beberapa wilayah lain di Indonesia.

Tangkapan Layar aplikasi Qlue (Dokumentasi pribadi)

Saya pribadi, sebagai warga Jakarta pernah beberapa kali menggunakan aplikasi Qlue ini, baik di
lingkungan rumah, maupun di lokasi-lokasi mlain di seputaran wilayah Jakarta. Pengalaman saya,
respon dan tindak lanjut setiap pelaporan ini, tidak pernah lebih dari 1 jam. Beberapa pelaporan
yang saya lakukan justru seringkali sudah difollow up dan dilakukan pembenahan kurang dari 30
menit saja. 

Sayangnya, setelah Ahok memberhentikan fitur "WAJIB LAPOR" yang dilakukan oleh
RT/RW setiap hari dengan menggunakan aplikasi ini, versi iOS yang biasa saya gunakan
dihilangkan dan hanya aktif di versi Android saja, tanpa keterangan detail dari pihak QLUE
sampai saat ini. 
Pemberhentian pelaporan RT/RW tadi dilakukan saat cuti pilkada lewat pencabutan Pergub
Nomor 903 Tahun 2016 tentang penyelenggaraan tugas dan fungsi RT dan RW di DKI
Jakarta. Hal itu tertulis dalam Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 2432 Tahun
2016 Tentang Pemberian Uang Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi Kepada RT dan RW. 

Ahok menilai, uang penyelenggaraan sebesar  Rp 975 ribu per bulan kepada ketua RT dan Rp
1,2 juta per bulan kepada Ketua RW dari Pemprov DKI Jakarta dinilai tidak efektif, karena
seringkali pelaporan yang dilakukan oleh Ketua RT/RW merupakan foto palsu, hanya berupa
foto "selfie" saja, padahal banyak pekerjaan yang tidak dilakukan atau tidak selesai dengan
baik, sehingga banyak terjadi pengulangan pelaporan dari warga dengan kasus yang sama.

Sebelumnya, dari tingkat kecamatan hingga ketua RT/RW memang dilakukan pelatihan
penggunaan aplikasi, sehingga mereka wajib stand by 24 jam dalam menghadapi setiap
pelaporan warga dan dibatasi waktu responnya, agar warga juga bisa cepat melihat proses
terhadap pelaporannya tadi lewat kegiatan yang dinamakan Cepat Respons Opini Publik
(CROP) yang merupakan tim gabungan antara Pemprov dan pihak Polda Metro Jaya.  

====
Tangkapan Layar (Dokpri)

Berbekal itu semua, akhirnya saya spontan menuju App Store untuk memasang aplikasi Jakarta
Aman tadi di ponsel saya, dengan harapan bisa mencoba langsung semua fasilitas yang ditawarkan
tadi. Penasaran Bingittzzz!

Setelah melengkapi profil pengguna untuk membuka semua fungsi dalam aplikasi dengan
menunggah data pribadi beserta buakti KTP dan foto diri, saya pun kemudian menjajal
keseluruhan menu yang ditawarkan.

HOME SCREEN/ PANIC BUTTON

Tampilan utama aplikasi ini merupakan peta lokasi dengan titik biru ditengah layar yang
merupakan lokasi Anda berada saat ini. Seperti yang yang disebutkan diatas bahwa ini adalah
aplikasi tombol panik, maka terdapat tombol merah yang cukup besar terpampang disitu
dengan tambahan tulisan "darurat", yang jika kita tekan lebih dari 3 detik, akan mengantarkan
kita ke pilihan masalah apa yang sedang kita hadapi untuk dipilih. 
Kelanjutan setelah kita memilih saya tidak tahu, karena takut langsung terhubung ke aparat
yang berwajib, jadi takut dibilang main-main dengan aparat. hehehehehe

Selanjutnya juga terlihat tombol Lonceng di pojok kiri atas, Logo Pemprov DKI Jakarta di
tengah atas, dan tombol adjuster, kamera (berwarna merah), bulan, dan center position
berturut-turut kebawan di layar sebelah kanan.

tangkapan layar pada aplikasi Jakarta Aman| Dokumentasi pribadi

LONCENG
Ini merupakan fitur notifikasi yang memuat berbagai informasi untuk kita, baik dari grup,
komunitas, ataupun lainnya sebagai pemberitahuan untuk kita baca.
tangkapan layar pada aplikasi Jakarta Aman| Dokumentasi pribadi

ADJUSTER

Ini merupakan tombol dimana kita bisa memilih apa saja yang akan ditampilkan pada peta
yang terpampang. Untuk memilih kita tinggal melakukan Checklist (pencentangan) pada item
yang kita pilih, lalu mengklik apply untuk mengaktifkan.
tangkapan layar pada aplikasi Jakarta Aman| Dokumentasi pribadi

KAMERA

Ketika kita mengklik tombol ini, kita dihadapkan kepada 3 pilihan menu lanjutan, yakni
Laporan Insiden, Layanan Publik, dan Driver Online. Setelah kita memilih salah satunya,
baru kita bisa memasukkan foto baik secara langsung maupun diambil dari album foto yang
sudah ada.

Untuk Laporan Insiden dan Driver Online, setelah kita melakukan pengambilan foto atau
memasukkan foto yang sudah ada, kita diminta mengisi formulir yang menggambarkan
kejadian terhadap laporan tadi, dimana alamat, peta lokasi, tanggal dan jam kejadian
(pelaporan) sudah otomatis terisi berdasar lokasi kita (bisa diganti manual), baru kemudian
kita bisa kirimkan dengan mengklik tombol "konfirmasi".

Khusus untuk fitur Layanan Publik, walaupun sama kita diminta melampirkan foto untuk
melengkapi laporan, namun setelah itu kita diminta mengklasifikasikan laporan kita. Terdapat
15 pilihan kasus ditambah 1 pilihan lainnya jika diluar 15 klasifikasi pilihan tadi.
tangkapan layar pada aplikasi Jakarta Aman| Dokumentasi pribadi

BULAN

Merupakan pilihan view layar yang sesuai dengan mata kita. Ada pilihan siang dan malam,
sehingga saat digunakan akan lebih bersahabat di mata.

CENTER POINT

Tombol ini digunakan untuk menempatkan lokasi Anda saat itu secara seketika untuk
ditempatkan ditengah layar ponsel. Siapa tahu Anda menggeser-geser peta kesana kemari,
lalu sulit menemukan kembali lokasi keberadaan Anda saat itu.

====

Layaknya aplikasi panic button lainnya, Jakarta Aman agak terlalu berlebihan dan agak
rumit jika menamakan diri aplikasi Panic Button. Jika di aplikasi Panic Button lainnya
pengguna tinggal menekan "tombol panik" beberapa detik langsung tersambung ke pihak
berwenang, di Jakarta Aman justru Anda diminta untuk memilih kembali jenis "kepanikan"
apa yang anda hadapi. Sedangkan untuk fungsi penunjang lainnya, justru lebih "berdaya
guna" dengan persentase lebih besar daripada tombol panik tadi.

Sedangkan untuk UI/UX yang disajikan, agak terlihat "kampungan" dengan penggunaan
desain ikon-ikon (avatar) yang merupakan outline yang sedikit diberi warna, jauh sekali
dengan yang sudah digunakan Qlue yang terlihat modern dan mudah dipahami oleh
pengguna.
tangkapan layar pada aplikasi Jakarta Aman| Dokumentasi pribadi

Yang perlu dipertanyakan lagi adalah fungsi Driver Online. Apa fungsi ini? Apakah untuk pengguna
jasa driver online atau untuk si driver itu sendiri tombol ini digunakan? Sedangkan sudah jelas, untuk
driver online, dalam aplikasi driver mereka sendiri sudah tersedia panic button untuk menopang
keselamatan kerja saat bekerja. 

Sedangkan jika itu dikhususkan untuk pengguna, lalu mengapa harus dibedakan dengan jenis
kejahatan umum yang mengancam? Apakah hukum bagi penodong yang berprofesi sebagai
driver online beda dengan penodong lain? Apakah kasus penculikan dengan online berbeda
dengan penculikan dengan mobil pribadi? Agak mengganjal buat saya pribadi.

Kemudian, tampilan dan proses pelaporan di Jakarta Aman hanya "di balik" saja dengan
Qlue. Jika di Qlue kita memilih jenis pelaporan di awal, lalu mengirim foto/video kasus dan
kronologisnya, di Jakarta Aman kita diminta mengirim foto (belum bisa video) lalu meilih
jenis pelaporan dan kronologisnya. 

Yang belum jelas proses penyelesaian pelaporan ini seperti apa. Seperti kita ketahui dan saya
sebutkan diawal, jika dulu dengan Qlue semua jajaran pemerintahan dan Polda diberikan
pelatihan penggunaan, serta wajib lapor via aplikasi bagi pejabat setingkat RT/RW terhadap
berbagai laporan yang terjadi atau pengerjaan harian terhadap pelayanan publik. 

Namun di Jakarta Aman, pemda justru hanya menghimbau warga sekaligus aparat
pemerintah menggunakan aplikasi Jakarta Aman demi terbangunnya ekosistem pelayanan
publik yang baik. Lalu? apakah artinya tidak ada kepastian kah penyelesaian terhadap
keluhan-keluhan tadi karena hanya berupa himbauan?

Anda mungkin juga menyukai