Anda di halaman 1dari 13

RUANG : Bedah NAMA MAHASISWA : R. Danang Harri P.

TANGGAL : 04 april 2019 NIM/KELOMPOK : 022SYE16/2B


INISIAL PASIEN : Tn. R
UMUR/NO. REG :

BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1 Definisi
Tumor adalah pertumbuhan sel-sel abnormal.Tumor mandibula merupakan tumor
odontogenik yang berasal dari epitelium yang terlibat dalam proses pembentukan gigi, akan
tetapi pemicu transformasi neoplastik pada epitel tersebut belum diketahui dengan pasti.
Secara mikroskopis, tumor mandibula tersusun atas pulau-pulau epitelium di dalam stroma
jaringan ikat kolagen. Tumor mandibula juga mempunyai beberapa variasi dari tampilan
histopatologis, akan tetapi tipe yang paling sering terlihat yaitu tipe folikular dan pleksiform.
Pada sebagian besar kasus, tumor mandibula biasanya asimptomatik, tumbuh lambat, dan
dapat mengekspansi rahang (Mansjoer, 2001).
Tumor mandibula adalah tumor jinak ondontogenik pada mandibula yang mempunyai
kecenderungan tumbuh ekspansif dan progresif, hingga menimbulkan deformitas wajah.
Tumor mandibula adalah tumor jinak epitel yang besifat infltrati, tumbuh lambat, tidak
berkapsul, berdiferensiasi baik. Lebih dari 75 % terjadi akibat adanya kista folikular
(Mansjoer, 2011).

2.2 Etiologi
Etiologi tumor mandibula sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, tetapi
beberapa ahli mengatakan bahwa tumor mandibula dapat terjadi setelah pencabutan gigi,
pengangkatan kista dan atau iritasi lokal dalam rongga mulut. Tumor mandibula dapat terjadi
pada segala usia, namun paling banyak dijumpai pada usia dekade 4 dan 5 serta tidak ada
perbedaan jenis kelamin.
Tumor ini tumbuh dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal dari proses
pembentukan tumor ini belum diketahui. Tumor ini dapat berasal dari sisa sel dari enamel

1
organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis dari beberapa spesimen dijumpai
pada area epitelial sel yang terlihat pada perifer berbentuk kolumnar dan berhubungan
dengan ameloblast yang pada bagian tengah mengalami degenerasi serta menyerupai
retikulum stelata. Sisa-sisa dari epitel Malassez, terlihat sisa-sisa epitel yang biasanya
terdapat pada membran periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada tulang spongiosa
yang mungkin menyebabkan pergeseran gigi dan menstimulasi terbentuknya kista
odontogenik.

2.3 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik dalam tahap awal jarang menunjukkan keluhan, oleh karena itu
tumor ini jarang terdiagnosa secara dini, umumnya diketahui setelah 4 sampai dengan 6
tahun. Adapun gambaran klinis tumor mandibula, yaitu sebagai berikut:
1. Pembengkakan dengan berbagai ukuran yang bervariasi sehingga dapat meyebabkan
deformitas wajah.
2. Konsestensi bervariasi ada yang keras dan kadang ada bagian yang lunak.
3. Terjadi ekspansi tulang ke arah bukal dan lingual.
4. Tumor ini meluas ke segalah arah mendesak dan merusak tulak sekitarnya.
5. Terdapat tanda egg shell cracking atau pingpong ball phonemona bila massa tumor telah
mendesak korteks tulang dan tulangnya menipis.
6. Tidak terdapat nyeri dan parasestesi, hanya pada beberapa penderita dengan benjolan
disertai rasa nyeri.
7. Kadang-kadang terdapat ulserasi oleh karena penekanan gigi apabila tumor sudah
mencapai ukuran besar.
8. Biasanya berisi cairan berwarna merah kecoklatan.
9. Gigi geligi pada daerah tumor berubah letak dan goyang.
Pada tahap yang sangat awal, riwayat pasien asimtomatis (tanpa gejala). Tumor
mandibula tumbuh secara perlahan selam bertahun-tahun, dan tidak ditemui sampai
dilakukan pemeriksaan radiografi oral secara rutin. Pada tahap awal, tulang keras dan
mukosa diatasnya berwarna normal. Pada tahap berikutnya, tulang menipis dan ketika
teresobsi seluruhnya tumor yang menonjol terasa lunak pada penekanan dan dapat memiliki

2
gambaran berlobul pada radiografi. Dengan pembesarannya, maka tumor tersebut dapat
mengekspansi tulang kortikal yang luas dan memutuskan batasan tulang serta menginvasi
jaringan lunak. Pasien jadi menyadari adanya pembengkakan yang progresif, biasanya pada
bagian bukal mandibula, juga dapat mengalami perluasan kepermukaan lingual, suatu
gambaran yang tidak umum pada kista odontogenik. Ketika menembus mukosa, permukaan
tumor dapat menjadi memar dan mengalami ulserasi akibat penguyahan. Pada tahap lebih
lanjut,kemungkinan ada rasa sakit didalam atau sekitar gigi dan gigi tetangga dapat goyang
bahkan tanggal.

2.4 Patofisiologi
Tumor mandibula berasal dari sel ameloblast atau adamantoblast, berupa sel yang
tidak berdiferensiasi membentuk email. Walaupun secara histopatologis tidak tergolong lesi
yang ganas, namun tumor ini tumbuh sangat agresif, yang menggambarkan suatu lesi ganas
yang indolent atau low-grade semacam basalioma. Rekurensi bisa terjadi bila tumor ini
hanya dioperasi dengan cara melakukan kuratase. Pada operasi yang dilakukan adekuat
dengan cara melakukan reseksi 1 cm ditepi lesi, maka sangat jarang didapatkan rekurensi.
Tumor ini bersifat infiltratif, tumbuh lambat, tidak berkapsul, berdiferensiasi baik.
Lebih dari 75% terjadi di rahang bawah, khususnya regio molar dan sisanya terjadi akibat
adanya kista folikular. Tumor ini muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel normal yang
disebabkan oleh zat-zat karsinogen tadi. Karsinogenesisnya terbagi menjadi 3 tahap:
1. Tahap pertama merupakan inisiasi yatu kontak pertama sel normal dengan zat
karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi ganas.
2. Tahap kedua yaitu promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk klon melalui
pembelahan (poliferasi).
3. Tahap terakhir yaitu progresi, sel yang telah mengalami poliferasi mendapatkan satu
atau lebih karakteristik neoplasma ganas.

3
2.5 Pathway/WOC

AMELOBLASTOM
A

Kovensional Periferal/ekstraosseous
Unikistik
solid/multiksit

Mukosa alveolar
90% mandibular pada
85% terjadi pada
regioposterior
mandibular 15% maksila
Menginfiltrasi jaringan

Kista
Asimtomatik
Eksisi lokal

Pertumbuhan sel meluas


Lesi, pembengkakan dan
ke jaringan
ekspansi rahang Resiko Infeksi

Penurunan neurologi dan


Masa yang masif kemampuan menelan

Gangguan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh

Nyeri

Kerusakan komunikasi
Gangguan pola tidur verbal

4
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang untuk tumor mandibula yaitu sebagi berikut:
1. X-ray kepala, yang menghasilkan satu-dimensi gambar dan leher untuk membantu
mencari daerah yang tidak normal pada rahang.
2. CT scan (computed tomography scan). CT scan, yang menghasilkan gambar dua
dimensi dari kepala dan leher yang dapat mengungkapkan apakah ameloblastoma telah
invaded tisu atau organ lain.
3. MRI (magnetic resonance imaging). MRI Scan, yang menggunakan magnet dan
gelombang radio untuk membuat gambar 3 dimensi yang dapat mengungkapkan
abnormalitas kecil di kepala dan leher. Dokter juga menggunakan MRI Scan untuk
menentukan apakah ameloblastoma telah menyebar ke rongga mata atau sinuses.
4. Tumor marker (penanda tumor)

2.7 Komplikasi
Komplikasi yang biasa timbul setelah operasi diantaranya:
1. Perdarahan
Dapat menyebabkan syok hipovolemik pada pembedahan kepala leher.
Hemostasis dengan melakukan ligasi baik arteri maupun vena, jangan hanya
dengan koagulasi listrik saja. Perdarahan dapat terjadi pada daerah yang direseksi
maupun pada tempat yang direkonstruksi. Pasang redon drain.
2. Infeksi
Diminimalkan dengan menghindari penumpukan cairan, dengan pemasangan
vakum drain. Perencanaan operasi dan teknik pembedahan yang baik juga
memegang peranan dalam mengontrol infeksi di samping penggunaan antibiotika.
3. Hematoma
Akan meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan dehisensi luka. Kontrol
perdarahan yang  baik dan pemasangan drain akan mengurangi resiko terjadinya
hematoma.
4. Fistula
Lakukan penjahitan yang rapat pada mukosa terutama pada tempat ujung-
ujung reseksi mandibula.

5
2.8 Penatalaksanaan
Terapi utama pada tumor mandibula adalah pembedahan. Tingkat rekurensi berkisar
antara 55-90% setelah perawatan secara konsevatif. Mengingat besarnya tingkat rekurensi
tersebut, pendekatan secara radikal (reseksi) dapat dipertimbangkan sesuai indikasi,
meskipun berakibat hilangnya sebagaian tulang rahang, bridging plate titanium dapat
digunakan untukmengganti sebagian tulang yang hilang dan berfungsi sebagai alat
rekonstruksi. Dapat juga rekonstruksi dengan memasang tandur ahli tulang kalau mungkin
bisa dikerjakan.
Indikasi perawatan ditentukan berdasarkan luas dan besarnya jaringan yang terlibat,
struktur histologis dari tumor dan keuntungan yang didapat. Menurut Ohishi indikasi
perawatan konservatif adalah pada penderita usia muda dan ameloblastoma unikistik.
Sedangkan indikasi perawatan radikal adalah ameloblastoma tipe solid dengan tepi yang
tidak jelas, lesi dengan gambaran soap bubble, lesi yang tidak efektif dengan penatalaksanaan
secara konservatif dan ameloblastoma ukuran besar. Penatalaksanaan secara radikal berupa
reseksi segmental, hemimandibulektomi dan reseksi marginal (reseksi enblok).
Reseksi marginal (reseksi enblok) merupakan teknik untuk mengangkat jaringan
tumor dengan mempertahankan kontinuitas korteks tulang mandibula bagian bawah yang
masih intak. Reseksi enblok ini dilakukan secara garis lurus dengan bor dan atau pahat atau
gergaji, 1-2 cm dari tepi batas tumor secara rontgenologis yang diperkirakan batas minimal
reseksi. Adapun tindakan dapat dilakukan secara intra oral maupun ekstra oral, hal ini
tergantung pada seberapa besar untuk mendapat eksposure yang adekuat sampai ke ekstensi
tumor.
Rekontruksi mandibula adalah ditinjau dari fungsi dan kosmetik, organ ini
mempengaruhi bentuk wajah, fungsi bicara, mengunyah dan menelan. Beberapa cara yang
dapat dipakai antara lain dengan menggunakan bahan aloplastik, misalnya bridging plate
titanium dan autogenous bone grafting misalnya tandur tulang iga, krista iliaka dan tibia serta
dapat juga secara kombinasi aloplastik material dengan autogenous bone grafting. Perawatan
pasca operasi reseksi enblok mandibula: medikasi antibiotik dan analgetik, tidak perlu
intermaksila fiksasi. Hindarkan trauma fisik pada muka atau rahang karena dapat
menyebabkan fraktur mandibula. Jaga oral hygiene hingga luka operasi sembuh sempurna.
Diet lunak dipertahankan 4-6 minggu.

6
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama,
bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
asuransi, golongan darah, nomor register, tanggal dan jam masuk rumah
sakit (MRS) dan diagnosa medis.
b. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan
dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul
meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan
alamat.
3.1.2 Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Kaji kronologi, faktor yang menyebabkan terjadinya tumor mandibular,
apakah sudah pernah berobat atau belum.
b. Riwayat penyakit dahulu
Kaji, apakah sebelumnya klien pernah memiliki riwayat penyakit maupun
riwayat di rawat di rumah sakit.
c. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit seperti yang dialami
pasien.
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaaan umum
Periksa keadaan baik dan buruknya klien, tanda- tanda yang perlu dicatat
adalah kesadaran pasien.
b. Breathing (B1)

7
Pada pemeriksaan sistem pernafasan, didapatkan bahwa klien post operasi
tumor mandibula tidak mengalami kelainan pernafasan.
c. Blood (B2)
Inspeksi tidak ada iktus jantung, palpasi nadi meningkat, iktus teraba,
aukultasi suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur- mur.
d. Brain( B3)
1) Kepala :Tidak ada gangguan yaitu normal sefalik, simetris, tidak ada
penonjolan dan tidak ada sakit kepala.
2) Leher :Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan dan
refleks menelan ada.
3) Wajah :Wajah terihat menahan sakit karena nyeri yang dirasakan dan
bagian wajah yang lain ada perubahan bentuk simetris karena adanya luka
post operasi tumor mandibular.
4) Mata : Penglihatan pasien masih normal, tidak menggunakan bantuan
penglihatan seperti kacamata.
5) Telinga : Pendengaran pasien masih normal. Tidak ada lesi atau nyeri
tekan.
6) Hidung : tidak ada deformitas, tidak ada pemasangan cuping hidung.
7) Mulut dan faring : Tidak ada perbesaran tonsil, terjadi pembesaran gusi
akibat tumor mandibula, mukosa mulut tidak pucat.
e. Bladder (B5)
Kaji urine yang meliputi warna, jumlah dan karakteristik urine termasuk
berat jenis urine, berapa cc keluaran urine perhari.
f. Bowel (B5)
Inspeksi abdomen bentuk datar. Palpasi turgor kulit baik, tidak ada defans
muscular dan hepar teraba. Perkusi suara timpani ada pantulan gelombang
cairan. Auskultasi peristaltik usus normal kurang lebih 20x/menit.
g. Bone (B6)
Kaji apakah klien mengalami gangguan pada tulangnya seperti penyakit
fraktur.

8
1) Look :Perhatikan area post operasitumor mandibula apakah berisiko
terjadinya infeksi.
2) Feel :Kaji adanya nyeri tekan di area mandibula
3) Move :Pola aktivitas, Pasien masih dapat beraktivitas.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri
2. Resiko infeksi
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan
4. Insomnia
5. Hambatan komunikasi verbal

3.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnose Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


1. Nyeri a. Memperlihatkan 1. Kaji tingkat nyeri dengan
Pengendalian Nyeri, yang menggunakan skala 0-10
dibuktikan oleh indikator 2. Kaji dampak agama,
sebagai berikut (sebutkan 1- budaya, kepercayaan, dan
5: tidak pernah, jarang, lingkungan terhadap nyeri
kadang-kadang, sering atau dan respon pasien
selalu): 3. Ajarkan penggunaan teknik
 Mengenali awitan nyeri relaksasi, imajinasi
 Menggunakan tindakan tebimbing, terapi musik,
pencegahan terapi bermain, distraksi,
 Melaporkan nyeri dapat kompres hangat atau dingin
dikendalikan sebelum, setelah, dan jika
b. Melaporkan Tingkat Nyeri, memungkinkan , selama
yang dibuktikan oleh aktivitas yang menimbulkan
indikator sebagai berikut nyeri, sebelum nyeri terjadi
(sebutkan 1-5: sangat berat, atau meningkat, dan
berat, sedang, ringan atau bersama penggunaan
tidak ada): tindakan peredaan nyeri
 Ekspresi nyeri pada wajah yang lain.
 Gelisah atau ketegangan 4. Lakukan perubahan posisi,
otot massase punggung dan
 Durasi episode nyeri relaksasi
5. Libatkan pasien dalam
 Merintih dan menangis
pengambilan keputusan
 Gelisah
yang menyangkutan

9
aktivitas keperawatan
6. Bantu pasien untuk lebih
berfokus pada aktivitas,
bukan pada nyeri dan rasa
tidak nyaman dengan
melakukan pengalihan
melalui TV, radion, dan
interaksi dengan pengunjung
7. Kolaborasi pemberian
analgesik sesuai program
terapi

2 Resiko Infeksi Mengontrol infeksi dengan 1. Bersikan lingkungan setelah


indikator (Sebutkan 1-5: tidak digunakan oleh pasien
pernah, terbatas, sedang, sering, 2. Ganti peralatan pasien
selalu): setiap selesai tindakan
 Menerangkan cara-cara 3. Ajarkan pasien cara cuci
penyebaran infeksi tangan dan anjurkan pasien
 Menerangkan factor-faktor untuk cuci tangan dengan
yang berkontribusi dengan tepat dengan menggunakan
penyebaran sabun anti mikroba
 Menjelaskan tanda-tanda dan 4. Anjurkan pengunjung untuk
gejala mencuci tangan sebelum
 Menjelaskan aktivitas yang dan setelah meninggalkan
dapat meningkatkan ruangan pasien
resistensi terhadap infeksi 5. Lakukan universal
precautions
6. Gunakan sarung tangan
steril
7. Lakukan perawatan aseptic
pada semua jalur IV
8. Lakukan teknik perawatan
luka yang tepat
9. Berikan terapi antibiotic
10. Ajarkan pasien dan
keluarga tentang tanda-
tanda dan gejala dari infeksi
11. Ajarkan pasien dan anggota
keluarga bagaimana
mencegah infeksi

3 Nutrisi kurang a. Selera makan: Keinginan 1. Kaji faktor pencetus mual


dari kebutuhan untuk makan ketika dalam dan muntah
keadaan sakit atau sedang 2. Manajemen nutrisi
menjalani pengobatan 3. Ketahui makanan kesukaan

10
b. Memperlihatkan status gizi pasien
yang adekuat 4. Pantau kandungan nutrisi
c. Mengungkapkan tekad untuk dan kalori pada catatan
mematuhi diet asupan
d. Mempertahankan massa 5. Mengukur berat badan
tubuh dan berat badan dalam pasien
batas normal 6. Berikan informasi yang
e. Melaporkan tingkat energi tepat tentang kebutuhan
yang adekuat. nutrisi dan bagaimana
memenuhinya
7. Berikan makanan dalam
porsi sedikit tetapi sering
dengan makanan yang
bervariasi
8. Membantu pasien untuk
makan
9. Kolaborasi pemberian obat
antiemetik dan atau
analgesik sebelum makan
atau sesuai dengan jadwal
yang dianjurkan.

4 Insomnia a. Pasien memperlihatkan tidur 1. Pantau pola tidur pasien


yang dibuktikan oleh 2. Ajarkan pasien utnuk
indikator (sebutkan 1-5: menghindari makanan atau
gangguan ekstrem, berat, minuman yang saat akan
sedang, ringan, atau tidak tidur yang dapat
ada gangguan): mengganggu tidur
 Jumlah jam tidur 3. Hindari suara keras dan
(sedikitnya 5 jam per 24 penggunaan lampu saat tidur
jam untuk orang dewasa) malam, ciptakan lingkungan
 Pola, kualitas, dan yang tenang, damai dan
rutinitas tidur meminimalkan gangguan
4. Anjurkan pasien untuk
mandi dengan air hangat di
sore hari
5. Berikan atau lakukan
tindakan kenyamanan
seperti massase, pengaturan
posisi, dan sentuhan afektif
6. Fasilitasi untuk
empertahankan rutinitas
waktu tidur pasien,
persiapan/ritual sebelum
tidur.
7. Kolaborasi pemberian pil

11
tidur

5 Hambatan a. Menunjukkan komunikasi 1. Kaji dan dokumentasikan


komunikasi yang dibuktikan oleh bahasa utama, kemampuan
verbal indikator gangguan sebagai untuk berbicara/melaukan
berikut (sebutkan 1-5: komuniasi dengan keluarga
gangguan ekstrem, berat, dan staf
sedang, ringan, atau tidak 2. Dorong pasien untuk
mengalami gangguan): berkomunikasi secara
 Tertulis, lisan atau non perlahan dan untuk
verbal mengulangi permintaan
 Menggunakan bahasa 3. Berikan penguatan positif
isyarat dengan sering atas upaya
 Bertukar pesan secara pasien utnuk berkomunikasi
akurat dengan orang lain 4. Anjurkan ekspresi diri
dengan cara lain dalam
menyampaikan informasi
kepada keluarga dan staf

3.4 Implementasi

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini
dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau
dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta
mendokumentasikan pelaksanaan perawatan (Doenges, 2000). Implementasi dilakukan
sesuai denga intervensi yang telah direncanakan.

3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi
adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat,
dan anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah
tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan
pengkajian ulang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizaberth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif. DKK. (2009). Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius
FKUI.
Smeltzer, S. &Barre, B. (2002).Buku Ajar keperawatan MedikalBedah II.Jakarta: EGC.

Padila. (2015). Buku Ajar Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika


Margareth & Rendy. (2014). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
Nurarif Huda, Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc jilid 1. Yogyakarta: Mediaction
Andra Saferi Wijaya. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika

13

Anda mungkin juga menyukai