Anda di halaman 1dari 14

A.

Pengertian Hand Over

merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang

berkaitan dengan keadaan pasien. Overan pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan

menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan

kolaboratif yang sudah dan yang belum dilakukan serta perkembangan pasien saat itu.

Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan

dapat berjalan dengan sempurna. Overan dilakukan oleh perawat primer keperawatan

kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan

lisan.

B. Fungsi manajemen keperawatan

1. Planning (perencanaan) sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan

organisasi sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk

mencapainya, melalui perencanaan yang akan daoat ditetapkan tugas- tugas staf. Dengan

tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai pedoman untuk melakukan supervisi dan

evaluasi serta menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staf dalam menjalankan

tugas- tugasnya

2. Organizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk

menghimpun semua sumber data yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya

secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.

3. Actuating (penggerakan) adalah proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka

mampu bekerja secara optimal dan melakukan tugas- tugasnya sesuai dengan ketrampilan

yang mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yang tersedia.
4. Controlling (pengedalian dan pengawasan) adalah proses untuk mengamati secara terus

menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi

terhadap penyimpangan yang terjadi.

5. Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil – hasil

pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setelah

selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik

administrasi dan manajemen.

C. Macam-Macam Hand Over

Secara umum terdapat lima jenis timbang terima diantaranya:

a. Timbang terima secara verbal Scovell (2010) mencatat bahwa perawat lebih cenderung
untuk membahas aspek psikososial keperawatan selama laporan lisan.
b. Rekaman timbang terima Hopkinson (2002) mengungkapan bahwa rekaman timbang
terima dapat merusak pentingnya dukungan emosional. Hal ini diungkapkan pula oleh
Kerr bahwa rekaman timbang terima membuat rendahnya tingkat fungsi pendukung.
c. Bedside timbang terima
Menurut Rush (2012) tahapan bedside timbang terima diantaranya adalah:
1) Persiapan (pasien dan informasi).
2) Timbang terima berupa pelaporan, pengenalan staf masuk, pengamatan, dan
penjelasan kepada pasien.
3) Setelah timbang terima selesai maka tulis di buku catatan pasien.
d. Timbang terima secara tertulis
Scovell (2010) timbang terima tertulis diperkirakan dapat mendorong pendekatan yang
lebih formal. Namun, seperti rekaman timbang terima, ada potensi akan kurangnya
kesempatan untuk mengklarifikasi pertanyaan tertentu.
e. Hand Over Dengan Metode Tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di sebutkan

bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah;


1) Dilakukan hanya di meja perawat.

2) Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnya

pertanyaan atau diskusi.

3) Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum.

4) Tidak ada kontirbusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses

informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up todate.

D. Langkah-langkah Hand Over


a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
b. Shift yang akan menyerahkan perlu mempersiapkan hal-hal apa yang akan
disampaikan.
c. Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab shift selanjutnya meliputi :
1) Kondisi atau keadaan klien secara umum.
2) Tindak lanjut atau dinas yang menerima operan.
3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan.
4) Penyampaian operan di atas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru.
5) Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara langsung
melihat keadaan klien.

E. Prosedur Hand Over


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
a. Persiapan
1) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap.
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
3) Metode
a) Karu memimpin proses Timbang Terima
b) Melakukan timbang terima antara Perawat Primer pagi dengan Perawat
Primer sore.
c) Melaporkan status keadaan klien dari PP pagi ke PP sore.
d) Diskusi, tanya jawab dan validasi data kembali.
4) Media
a) Materi disampaikan secara lisan.
b) Dokumentasi klien (status).
c) Buku Timbang Terima
5) Instrumen
a) Status klien
b) Nursing kit.
c) Catatan timbang terima
b. Pelaksanaan
Timbang terima dilaksanakan oleh perawat primer kepada perawat primer yang
mengganti jaga pada shift berikutnya :
a) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift.
b) Di nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan
mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien,
rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting
lainnya yang perlu dilimpahkan.
c) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya
dicatat untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat jaga berikutnya.
d) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
1) Identitas klien dan diagnosa medis.
2) Masalah keperawatan yang masih ada.
3) Data fokus (Keluhan subyektif dan obyektif).
4) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan .
5) Intervensi kolaboratif dan dependensi.
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya.
f) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi tanya jawab
terhadap hal-hal yang ditimbang-terimakan dan berhak menanyakan mengenai
hal-hal yang kurang jelas.
g) Penyampaian saat timbang terima secara jelas dan singkat.
h) Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
i) Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap klien dan melakukan validasi
data.
j) Pelaporan untuk timbang terima ditulis secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat primer.
c. Sistem Pendokumentasian dengan SBAR (Nursalam, 2013)
1) SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang
memerlukan perhatian atau tindakan segera.
S: Situation(Kondisi Terkini yang Terjadi pada Pasien), Sebutkan nama pasien,
umur, tanggal masuk, dan hari perawatan, serta dokter yang merawat. Sebutkan
diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum atau sudah teratasi/keluhan
utama.
B: Background (Info Penting yang Berhubungan dengan Kondisi Pasien Terkini).
Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari setiap diagnosis
keperawatan. Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat
invasif, dan obat-obatan termasuk cairan infus yang digunakan. Jelaskan
pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosis medis.
A: Assessment (Hasil Pengkajian dari Kondisi Pasien Saat Ini). Jelaskan secara
lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda vital, skor nyeri, tingkat
kesadaran, braden score, status restrain, risiko jatuh, pivas score, status nutrisi,
kemampuan eliminasi, dan lain-lain. Jelaskan informasi klinik lain yang
mendukung.
R: Recommendation
Rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu dilanjutkan (refer to
nursing care plan) termasuk discharge planning dan edukasi pasien dan keluarga.

F. Tugas fungsi kepala ruangan dan Ketua Tim

1) Peran sebagai kepala ruangan

Fungsi:

a. Menentukan standar pelaksanaan kerja.

b. Memberi pengarahan kepada ketua dan anggota tim.


c. Supervisi dan evaluasi tugas staf.

Tugas:

a) Perencanaan:

a. Menunjuk ketua tim yang bertugas di kamar masing-masing.

b. Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya.

c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien.

d. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan

kebutuhan pasien.

e. Merencanakan metode penugasan dan penjadwalan staf.

f. merencanakan strategi pelaksanaan asuhan keperawatan.

g. Merencanakan kebutuhan logistik dan fasilitas ruangan kelolaan.

h. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

b) Pengorganisasian dan ketenagaan:

a. Merumuskan metode penugasan keperawatan.

b. Merumuskan tujuan dari metode penugasan keperawatan.

c. Merumuskan rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.

d. Membuat rentang kendali diruang rawat.

e. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, misal: membuat roster dinas,

mengatur tenaga yang ada setiap hari sesuai dengan jumlah dan kondisi pasien.

f. Mengatur dan mengendalikan pelaksanaan asuhan keparawatan dalam bentuk

diskusi, bimbingan dan penyampaian informasi.

g. Mengatur dan mengendalikan logistik dan fasilitas ruangan

h. Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek.


i. Mendelegasikan tugas kepada ketua tim.

j. Melakukan koordinasi dengan tim kesehatan lain.

k. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

c) Pengarahan:

a. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.

b. Memberikan pengarahan kepada ketua tim tentang pelaksanaan asuhan keperawatan

dan fungsi-fungsi manajemen.

c. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan

keperawatan pasien.

d. Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap.

e. Melalui supervisi:

 Supervisi langsung terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan melalui

pengamatan sendiri atau laporan langsung secara lisan dari ketua tim.

 Supervisi tidak langsung dengan cara mengecek, membaca dan memeriksa

rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses

keperawatan dilaksanakan.

 Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau kendala yang terjadi pada saat itu juga.

d) Pengawasan:

a. Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim

maupun anggota tim/ pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan

secara langsung kepada pasien.


b. Melalui evaluasi: mengevaluasi upaya/ kerja ketua tim dan anggota tim/ pelaksana

dan membandingkan dengan peran masing-masing serta dengan rencana

keperawatan yang telah disusun.

c. Memberi umpan balik kepada ketua tim.

d. Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindak lanjut.

e. Pengendalian logistik dan fasilitas ruangan.

f. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

2) Peran sebagai ketua tim

Fungsi:

a. Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang didelegasikan

oleh kepala ruangan.

b. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi kinerja anggota tim/pelaksana.

c. Mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai kebutuhan pasien.

d. Mengembangkan kemampuan anggota tim/pelaksana.

e. Menyelenggarakan konferensi

Tugas:

a) Perencanaan:

a. Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya bersama kepala ruangan.

b. Bersama kepala ruangan melakukan pembagian tugas untuk anggota

tim/pelaksana.

c. Menyusun rencana asuhan keperawatan.

d. Menyiapkan keperluan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan.


e. Memberi pertolongan segera pada pasien dengan masalah kedaruratan.

f. Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan.

g. Mengorientasikan pasien baru.

h. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

b) Pengorganisasian dan ketenagaan:

a. Merumuskan tujuan dari metode penugasan keperawatan tim.

b. Bersama kepala ruangan membuat rincian tugas untuk anggota tim/pelaksana

sesuai dengan perencanaan terhadap pasien yang menjadi tanggung jawabnya

dalam pemberian asuhan keperawatan.

c. Melakukan pembagian kerja anggota tim/ pelaksana sesuai dengan tingkat

ketergantungan pasien.

d. Melakukan koordinasi pekerjaan dengan tim kesehatan lain.

e. Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim/ pelaksana.

f. Mendelegasikan tugas pelaksanaan proses keperawatan kepada anggota

tim/pelaksana.

g. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

c) Pengarahan:

a. Memberi pengarahan tentang tugas setiap anggota tim/ pelaksana.

b. Memberikan informasi kepada anggota tim/ pelaksana yang berhubungan dengan

asuhan keperawatan.

c. Melakukan bimbingan kepada anggota tim/ pelaksana yang berhubungan dengan

asuhan keperawatan.
d. Memberi pujian kepada anggota tim/ pelaksana yang melaksanakan tugasnya

dengan baik, tepat waktu, berdasarkan prinsip, rasional dan kebutuhan pasien.

e. Memberi teguran kepada anggota tim/pelaksana yang melalaikan tugas atau

membuat kesalahan.

f. Memberi motivasi kepada anggota tim/pelaksana.

g. Melibatkan anggota tim/ pelaksana dari awal sampai dengan akhir kegiatan.

h. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

d) Pengawasan:

a. Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan anggota

tim/ pelaksana asuhan keperawatan kepada pasien.

b. Melalui supervisi: melihat/ mengawasi pelaksanaan asuhan keperawatan dan

catatan keperawatan yang dibuat oleh anggota tim/ pelaksana serta menerima/

mendengar laporan secara lisan dari anggota tim/pelaksana tentang tugas yang

dilakukan.

c. Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau kendala yang terjadi pada saat itu juga.

d. Mengevaluasi kinerja dan laporan anggota tim/ pelaksana dan membandingkan

dengan peran masing-masing serta dengan rencana keperawatan yang telah

disusun.

e. Penampilan kerja anggota tim/ pelaksana dalam melaksanakan tugas.

f. Memberi umpan balik kepada anggota tim/ pelaksana.

g. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.


G. Metode – metode cara perhitungan tenaga perawat
1. Metode Rasio
Metode ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagaidenominator personal yang
diperlukan. Metode ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah. Metode ini
hanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui produktifitas
SDM Rumah sakit, dan kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian
rumah sakit yang membutuhkan. Bisa digunakan bila : kemampuan dan sumber daya
untuk perencanaan personal terbatas, jenis, tipe dan volume pelayanan kesehatan relatif
stabil. Cara rasio yang umum digunakan adalah berdasarkan surat keputusan Menkes RI
Nomor 262 tahun 1979 Tentang Ketenagaan Rumah Sakit, dengan standart sebagai
berikut :

Tipe RS TM/TT TPP/TT TPNP/TT TNM/TT

A&B 1/(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1

C 1/9 1/1 1/5 ¾

D 1/15 1/2 1/6 2/3

Khusus Disesuaikan

Keterangan :
TM : Tenaga Medis
TT : Tempat Tidur
TPP : Tenaga Paramedis Perawatan
TPNP : Tenaga Paramedis Non Perawatan
TNM : Tenaga Non Medis

2. Metode Need
Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang diperhitungkan
sendiri dan memenuhi standart profesi. Untuk menghitung seluruh kebutuhan tenaga,
diperlukan terlebih dahulu gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada klien
selama dirumah sakit. Misalnya saja untuk klien yang berobat jalan, ia akan melalui atau
mendapatkan pelayanan antara lain pemberian karcis, pendaftaran, pemeriksaan
perawat/dokter, penyuluhan, pemeriksaan laboratorium, apotik dan sebagainya.
Kemudian dihitung standart waktu yang diperlukan agar pelayanan itu berjalan dengan baik.
Hundgins (1992) menggunakan standart waktu pelayanan klien sebagai berikut :
Lama Waktu (menit)
Tugas
Baru Lama

Pendaftaran 3 4

Pemeriksaan dokter 15 11

Pemeriksaan asisten dokter 18 11

Penyuluhan 51 0

Laboratorium 5 7

3. Metode Douglas
Untuk klien rawat inap, Douglas (1984) menyampaikan standart waktu pelayanan klien
rawat inap sebagai berikut :

1. Perawatan minimal memerlukan waktu : 1-2 jam/24 jam


2. Perawatan Intermediate memerlukan waktu : 3-4 jam/24 jam
3. Perawatan Maksimal/total memerlukan waktu : 5-6 jam/24 jam
Dalam penerapan sistem klasifikasi klien dengan tiga kategori tersebut diatas adalah sebagai
berikut :

1. Kategori I : self care / perawatan mandiri


Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi
emosional, klien memrlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian shift, tindakan
pengobatan biasanya ringan dan simple.

2. Kategori II : Intermediate care / perawatan sedang


Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur popsisi waktu makan, memberi
dorongan agar mau makan, eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat
untuk kekamar mandi. Penampilan klien sakit sedang. Tindakan perawatan pada kien ini
memonetor TTV, periksa urine reduksi, fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran
drainage atau infus. Klien memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk support emosi
5-10 menit/shift. Tindakan dan pengobatan 20-30 ment/shift atau 30-60 menit/shift dengan
mengobservasi side effect obat atau reaksi alergi.

3. Kategori III : Intensive care / perawatan total


Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri, sesmua dibantu oleh perawat,
penampilan sair berat. Klien memerlukan observasi terus menerus.

Dalam penelitian Douglas (1975) tentang jumlah tenaga perawat di rumah sakit, didapatkan
jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam tergantung pad tingkat
ketergantungan pasien seperti pad tabel dibawah ini :

Klasifikasi pasien

Jumlah pasien Minimal Partial Total

Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam

1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,1 0,36 0,3 0,2

2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,3 0,2 0,72 0,6 0,4

3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,3 1,06 0,9 0,6

dst

4. Metode Demand
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang memang nyata
dilakukan oleh perawat. Menurut Tutuko (1992) setiap klien yang masuk ruang gawat darurat
dibutuhkan waktu sebagai berikut :

1. Untuk kasus gawat darurat : 86,31 menit


2. Untuk kasus mendesak : 71,28 menit
3. Untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit
Hasil penelitian di RS Propinsi di Filipina, menghasilkan data sbb :

Jenis Pelayanan Rata-rata jam perawatan/hari/pasien

Non bedah 3,4

Bedah 3,5
Campuran bedah dan non bedah 3,5

Post partum 3

Bayi baru lahir 2,5

5. Metode Lokakarya PPNI


Penentuan kebutuhan tenaga perawat menurut Lokakarya PPNI dengan mengubah satuan
hari dengan minggu. Selanjutnya jumlah hari kerja efektif dihitung dalam minggu
sebanyak 41 minggu dan jumlah kerja perhari selama 40 jam per minggu. PPNI berusaha
menyesuaikan lama kerja dan libur yang berlaku di Indonesia:

(𝐀 × 𝟓𝟐 𝐦𝐢𝐧𝐠𝐠𝐮) × 𝟕 𝐇𝐚𝐫𝐢 (𝐓𝐓 × 𝐁𝐎𝐑)


Tenaga Perawat = + 25%
𝐇𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐞𝐫𝐣𝐚 𝐞𝐟𝐞𝐤𝐭𝐢𝐟 × 𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐣𝐚𝐦 𝐤𝐞𝐫𝐣𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐦𝐢𝐧𝐠𝐠𝐮

Keterangan :
 A = jumlah jam perawatan yang dibutuhkan oleh pasien perhari
 52 minggu = 365 hari dalam setahun : 7
 TT = Tempat Tidur
 BOR (Bed Occupancy Rate) adalah presentase rata-rata jumlah tempat tidur yang
digunakan selama periode tertentu (satu semester/tahun)
 Hari kerja efektif yang dihitung sebagai berikut :
= (365 – (52 hari minggu + 12 hari libur nasional + 12 hari cuti tahunan)
= 289 hari : 7 hari/minggu
= 41 minggu
 Total jam kerja perminggu = 40 jam
 Komponen 25% yaitu tingkat penyesuaian terhadap produktivitas

Anda mungkin juga menyukai