Anda di halaman 1dari 2

Dalam kosakata Bahasa Bugis Makassar, seringkali kita menemukan ungkapan kata atau

bahasa yang mengatakan “Kurru Sumange’ atau “Kurru Sumanga”. Ungkapan kata ini saya
anggap sangat familiar di kalangan masyarakat Bugis, namun anehnya masih saja ada
generasi muda Bugis Makassar yang seringkali mempertanyakan apa kata Bugis Makassar
untuk mengungkapkan “terima kasih”. Sebagian besar diantaranya berpendapat bahwa kata
“terima kasih” tidak ditemukan dalam kosa kata Bahasa Bugis atau Makassar dan
karenanya masyarakat Bugis—termasuk juga Makassar—tidak tahu terima kasih.

Pendapat seperti itu tentu saja ‘sangat salah’. Setiap etnis (bahasa etnis) tentu akan sangat
dipengaruhi oleh budaya dan tradisi yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat itu.
Satu hal yang perlu ditekankan disini bahwa “terima kasih” bukanlah kata benda yang baru
kemudian dikenal sesuai perkembangan jaman, seperti halnya radio, televisi, parabola,
telepon seluler, pesawat terbang, dan lain sebagainya. Kata “terima kasih” adalah ungkapan
yang selalu ada dan harus ada sebagai buah dari interaksi sosial yang berlangsung sejak
manusia saling kenal mengenal. Jadi, dengan demikian, kata “terima kasih” sudah pasti ada
dalam masyarakat Bugis Makassar (Bugis : Kerru Sumange’ ; Makassar : Kurru Sumanga’),
apalagi kedudukannya sebagai suatu etnis besar yang pernah memiliki peradaban tinggi
dalam perjalanan sejarahnya.

Secara pribadi, saya menolak anggapan dan pendapat yang mengatakan bahwa orang Bugis
- Makassar tercipta untuk mandiri dan tidak mengharapkan bantuan orang lain ataupun
etnis lain. Karena itu, menurutnya itulah yang menjadi sebab kenapa tidak ditemukan kosa
kata “terima kasih” dalam Bahasa Bugis dan Makassar. Hubungan perniagaan dan pelayaran
orang Bugis Makassar yang tersebar luas di Nusantara ini membuktikan bahwa tesis
tersebut tidaklah benar. Selayaknya, jika kita tidak atau belum mengetahui suatu kata pada
etnis tertentu, janganlah itu dijadikan sebagai klaim untuk mengebiri, merendahkan atau
juga menyanjung berlebihan etnis tersebut. Ini bukan hanya menyangkut bahasa, tetapi
juga keperibadian, budaya, atau tradisi etnis tersebut. Tidak ada satupun orang dalam
lingkungan sosialnya yang tidak membutuhkan bantuan orang lain. Dalam masyarakat
primitif atau terkebelakang sekalipun, pasti memiliki suatu kata / bahasa atau isyarat untuk
mengatakan “terima kasih”.

Kata untuk menyatakan Terima Kasih dalam Bahasa Bugis sering diungkapkan dengan kata
“Kerru Sumange’ ” (Makassar : Kurru Sumanga’) meski kata ini tak banyak dipahami orang,
bahkan oleh orang Bugis Makassar sendiri dari generasi belakangan sebagai ungkapan
untuk menyatakan “terima kasih”. Dalam khazanah budaya Bugis Makassar, ungkapan
terima kasih mengandung banyak makna didalamnya sesuai konteksnya ketika diucapkan,
umumnya ungkapan itu bermakna do’a, harapan, kesyukuran ataupun kegembiraan.

Sesuai konteksnya yang saya maksudkan disini bermakna kata “terima kasih” tidak saja
diucapkan ketika menerima pemberian dalam bentuk barang. Orang Bugis Makassar
malahan mengungkapkan terima kasih juga pada pemberian dalam bentuk jasa, bantuan
moril, nasehat, keberhasilan, kebahagiaan, ikatan persaudaraan, kesetiaan, jalinan
kekerabatan dan lain sebagainya. Itulah sebabnya seringkali pula kita mendengar
ungkapan, “Usompa Marajai Pabbereangta”, “Usompa Maraja Pappatelungta”, “Uporennu
Madeceng Pappangolota”, atau ungkapan terima kasih yang diucapkan kepada khalayak
sebagai berikut, “Sukkuru’ Malebbang Lao Riseseta Maneng”.

Makna ungkapan terima kasih, “Kurru sumange’ ” sebenarnya memiliki makna yang sangat
dalam. Kata “Kurru” atau “Kurr” adalah kata (suara) yang seringkali orang Bugis Makassar
ucapkan juga untuk memanggil ayam peliharaannya. Kata ini bermakna “memanggil
kembali”. Jika kata ini disambungkan dengan kata “Sumange” yang bermakna jiwa,
semangat, spirit, maka sudah dapat diresapi dan dipahami makna kedalamannya.

Jadi kata, “Kurru Sumange” atau “Kurru Sumanga“ secara harfiah dapat diartikan
memanggil kembali atau mengembalikan spirit hidup orang, suatu kalimat yang lebih luas
maknanya dari sekedar “terima kasih” dalam Bahasa Indonesia. Didalam kata singkat itu
ada nasehat dan memberi semangat kembali kepada orang yang telah membantu kita,
siapapun itu. Dan yang lebih penting dari ungkapan tegas itu, “sangat jauh dari kesan
berbasa – basi”. Dalam berterima kasihpun, orang Bugis Makassar tetap tegas, hal ini tentu
dimaksudkan untuk menjaga dan mempertahankan keharmonisan sosial. 

Anda mungkin juga menyukai