Anda di halaman 1dari 10

PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH

TATA LAKSANA KERACUNAN MINUMAN KERAS OPLOSAN (METANOL DAN


ETHYLENE GLYCOL) DENGAN FOMEPIZOLE, ETANOL, DAN HEMODIALISIS

(A Literature Review: Treating Methanol and Ethylene Glycol Intoxication by Using


Fomepizole, Ethanol, and Haemodialysis )

Risna Yekti Mumpuni


Mahasiswa Program Magister Keperawatan Peminatan Gawat Darurat Universitas Brawijaya
Email: risnayekti@gmail.com

ABSTRAK
Saat ini, pembicaraan mengenai bahaya mengkonsumsi miras oplosan menjadi topik yang hangat
dibicarakan masyarakat Indonesia. Zat yang digunakan dalam campuran miras adalah metanol dan
ethylene glycol. Metanol dan ethylene glycol adalah zat kimia yang tidak layak dikonsumsi. Didalam
tubuh metanol mudah terabsorbsi dan dengan cepat akan terdistribusi kedalam cairan tubuh.
Keracunan metanol dapat menimbulkan gangguan kesadaran (inebriation). Metanol sendiri
sebenarnya tidak berbahaya, yang berbahaya adalah metabolitnya dan dapat menyebabkan asidosis
metabolik, kebutaan yang permanen serta kematian dapat terjadi setelah periode laten selama 6-30
jam. Tujuan dari studi ini adalah menyediakan protokol bagi keracunan metano dan ethylene glycol.
Metode yang digunakan adalah studi literatur. Keracunan metanol dan ethylene glycol dapat
ditangani dengan pemberian fomepizole dengan menghambat proses pembentukam enzim alkohol
dehidrogenase yang akan menyebabkan terjadinya asidosis metabolik. Namun penggunaan
fomepizole ini tidak memenuhi standar cost effective dan sulit untuk didapatkan pada fasilitas
pelayanan kesehatan. Sementara itu, penggunaan etanol masih belum mendapatkan rekomendasi dari
FDA.

ABSTRACT
Nowadays, there are discussions about the hazard of toxic alcohol ingestion in Indonesia. Toxic
alcohol which is used as drink alcohol consists of methanol and ethylene glycol. Both methanol and
ethylene glycol are inconsumable substances. In the body, methanol will be absorbed and distributed
to the whole body system rapidly. Methanol intoxication will affect on consciousness’ level, and then
its metabolite substances will cause metabolic acidosis, permanent blindness and death after 6-30
hours, respectively. This study aimed to provide information about toxic alcohol treatment. This paper
is completed using literature review method. Methanol and ethylene glycol intoxication can be treated
using ethanol, fomepizole, and haemodialysis. This process will be followed by detaining alcohol
dehydrogenize enzyme which may cause metabolic acidosis. Unfortunately, fomizole is not occupied
cost effective standard and hardly available in Indonesia. Meanwhile, ethanol utilization has not been
recommended by FDA.

Key words: toxic alcohol ingestion, ethanol, fomepizole, haemodialysis.

PENDAHULUAN “campuran”. Dimana miras oplosan tersebut


Mengkonsumsi alkohol atau minuman merupakan minuman keras yang terdiri dari
keras (miras) merupakan perilaku yang biasa berbagai campuran, diantaranya dioplos dengan
dilakukan oleh sekelompok orang dalam alkohol industri (metanol) maupun dengan obat
mengekspresikan suatu acara, misalnya dalam herbal seperti obat kuat atau suplemen
pesta atau perpisahan tahun. Ironisnya miras kesehatan. Miras oplosan biasanya dibuat dan
tersebut tidak hanya dikonsumsi oleh orang dijual secara ilegal.
dewasa, tetapi kaum remaja juga sudah mulai Dari tahun ke tahun kasus minuman
coba-coba mengkonsumsinya. Namun saat ini, oplosan sering terjadi, pada rentang bulan
pembicaraan mengenai bahaya mengkonsumsi Desember 2013-2014 tercatat 74 orang korban
miras oplosan menjadi topik yang hangat meninggal dan 192 korban lainya di rawat di
dibicarakan masyarakat Indonesia. Istilah kata rumah sakit akibat minuman oplosan dan dua
“oplosan” itu sendiri mempunyai arti diantara korban meninggal merupakan warga

1
negara asing (Mulyadi, 2014). Campuran yang tubuh, terutama asam format yang selain dapat
digunakan sebagai minuman oplosan menyebabkan asidosis metabolik juga dapat
bermacam-macam, salah satu diantaranya yaitu menyebabkan kebutaan permanen (Johnson,
methanol. Metanol sering digunakan sebagai 1999).
campuran minuman oplosan dikarenakan harga Dari berbagai bahan tersebut, metanol
metanol yang relatif lebih murah, produk dapat menyebabkan kebutaan dan seringkali
seperti ini disebut alkohol denaturasi. Metanol menyebabkan kematian. Metanol adalah
biasa digunakan sebagai pelarut organik, alkohol industri yang dibuat secara sintesis dan
merupakan jenis alkohol yang mempunyai biasanya tersedia dalam konsentrasi tinggi
struktur paling sederhana, tetapi paling toksik untuk keperluan industri. Metanol banyak
pada manusia. Keracunan akibat metanol digunakan dalam cat, penghilang pernis, pelarut
biasanya terjadi karena overdosis yang secara dalam industri, cairan mesin fotokopi,
sengaja atau tidak tertelan sehingga pembuatan formaldehid, asam asetat, metil
menyebabkan asidosis metabolik. Metabolisme derivat dan asam anorganik. Dari segi
metanol sebagian besar terjadi di hepar, karena penampakan fisik, etanol dan metanol sulit
itu salah satu organ yang mengalami kerusakan dibedakan. Metanol dan etanol sama-sama
akibat metanol adalah hepar. berbentuk cairan jernih tidak berwarna yang
Metanol adalah bentuk paling sederhana mudah bercampur dengan air, berbau alkohol,
dari alkohol yang biasa digunakan sebagai dan mudah terbakar. Metanol yang memiliki
pelarut di industri dan sebagai bahan tambahan bau dan rasa mirip etanol sering
dari etanol dalam proses denaturasi sehingga disalahgunakan sebagai pengganti etanol dalam
etanol menjadi toksik. Rumus kimia dari miras oplosan karena disamping harganya
metanol adalah CH3OH dan dikenal dengan relatif lebih murah juga akibat ketidakpahaman
nama lain yaitu metil alkohol, metal hidrat, akan bahaya yang ditimbulkannya. Banyak
metil karbinol, wood alkohol, atau spiritus. yang beranggapan bahwa sifat dan fungsi
Pada keadaan atmosfer metanol berbentuk metanol sama dengan etanol, sehingga orang
cairan yang ringan, mudah menguap, tidak yang sudah kecanduan minuman keras dengan
berwarna, mudah terbakar dan beracun dengan keterbatasan ekonomi cenderung membuat atau
bau yang khas. Metanol merupakan senyawa membeli minuman keras oplosan yang
kimia yang sangat beracun bila dibandingkan dicampur dengan metanol (Cline, 2012).
dengan etanol (Cline, 2012). Dilihat dari bahaya terhadap efek
Metanol adalah zat kimia yang tidak kesehatan, metanol jauh lebih berbahaya
layak dikonsumsi. Sayangnya kandungan zat daripada etanol dan sangat berisiko terhadap
tersebut justru banyak dikonsumsi para kesehatan. Efek kesehatan yang ditimbulkan
pecandu miras oplosan. Dibandingkan dengan dari etanol antara lain dapat menyebabkan
kandungan etanol murni (alkohol) yang hanya perasaan senang (euforia), pusing, mengantuk,
sekitar 0,2%; miras oplosan justru mengandung depresi sistem syaraf pusat (SSP), mual,
metanol lebih tinggi yakni sebesar 40-60%. muntah, nyeri perut, diare, pankreatitis,
Didalam tubuh metanol mudah terabsorbsi dan hepatitis akut, perdarahan pada saluran
dengan cepat akan terdistribusi kedalam cairan pencernaan, ataksia, disorientasi, inkoordinasi
tubuh. Keracunan metanol dapat menimbulkan otot, paralisis otot, depresi pernafasan, gagal
gangguan kesadaran (inebriation). Metanol nafas, aspirasi paru, edema paru, pneumonitis,
sendiri sebenarnya tidak berbahaya, yang asidosis metabolik, ketoasidosis, hipoglikemia,
berbahaya adalah metabolitnya dan dapat bradikardia, hipotensi, amnesia, penurunan
menyebabkan asidosis metabolik, kebutaan tingkat kesadaran, kejang, pingsan, koma dan
yang permanen serta kematian dapat terjadi jika etanol dikonsumsi dalam dosis tinggi dapat
setelah periode laten selama 6-30 jam. Metanol menyebabkan kematian. Reaksi etanol yang
yang masuk ke dalam tubuh dapat segera masuk ke dalam tubuh akan segera diabsorbsi
terabsorbsi dan terdistribusi ke dalam cairan di lambung dan usus halus serta terdistribusi
tubuh. Secara perlahan metanol dimetabolisme dalam cairan tubuh. Di dalam organ hati, etanol
di dalam hati oleh enzim alkohol dehidrogenase akan dimetabolisme oleh enzim alkohol
membentuk formaldehid, lalu oleh enzim dehidrogenase menjadi asetaldehid yang
aldehid dehidrogenase dimetabolisme bersifat toksik dan karsinogenik. Kemudian
membentuk asam format. Kedua metabolit oleh enzim asetaldehid dehidrogenase,
tersebut merupakan senyawa beracun bagi asetaldehid diubah menjadi asam asetat, yang

2
melalui siklus Krebs akhirnya menghasilkan dibandingkan dengan etanol. Dapat diberikan
karbondioksida dan air. Pada umumnya, gejala pada pasien yang dicurigai mengalami ingesti
keracunan metanol muncul 30 menit hingga 2 alkohol, riwayat medis pasien dengan intoksikasi
jam setelah mengkonsumsi alkohol yang alkohol, temuan kristal oksalat dalam urin,
dioplos metanol. Gejala keracunan yang mula- asidosis metabolik, peningkatan osmolaritas dan
mula timbul dapat berupa mual, muntah, rasa anion gap, atau temuan kadar ethylene glycol
kantuk, vertigo, mabuk, gastritis, diare, sakit diatas 20 mg/dL (Buller, 2013). Idealnya, jika
pada punggung dan lembab pada anggota gerak fomepizole akan diberikan apabila tanda-tanda
(Grossman, 2008). kegagalan ginjal belum ditemukan, sehingga
Di Indonesia sendiri, penggunaan ethylene glycol dapat diekskresikan dan terjadi
metanol sebagai sumber alkohol masih sering penurunan jumlah akumulasi metabolit, dan dapat
digunakan karena harga methanol yang relatif menunda kerusakan lanjut pada ginjal.
lebih murah bila dibandingkan dengan etanol. Pada beberapa kasus hemodialisis dapat
Hal ini mengakibatkan tingginya kasus dilaksanakan untuk meningkatkan efek terapi
keracunan akibat methanol yang dapat fomepizole yang bertujuan untuk mengoreksi
menyebabkan berbagai masalak kesehatan abnormalitas metabolik berat dan
bahkan kematian. mempertahankan kadar ethylene glycol kurang
dari 50 mg/dL (Buller, 2013). Fomepizole dapat
METODE dilarutkan dalam 100 ml larutan NaCl 0,9% atau
Karya tulis ini disusun dengan dekstrosa 5%. Setelah pemberian dosis awal,
menggunakan studi literatur yang diambil dari dosis lanjutan diberikan dengan dosis 10
berbagai portal jurnal baik nasional maupun mg/kgBB setiap 12 jam sebanyak 4 dosis.
internasional. Kemudian dilanjutkan 15 mg/kg BB setiap 12 jam
sampai kadar ethylene glycol < 20 mg/dL.
PEMBAHASAN Fomepizole merupakan obat yang dapat
Ada dua jenis alkohol yang amat mirip baik diekskresikan melalui dialysis. Jika terapi
dalam penampilan,bau maupun rasanya yaitu hemodialisis dilakukan untuk meningkatkan
etanol dan metanol. Etanol adalah bahan dasar efek intravena fomepizole, dosisnya perlu
pembuatan minuman keras (beverage) dengan ditingkatkan setiap 4 jam sampai kadar ethylene
kadar bervariasi, sedangkan metanol tidak pernah glycol dibawah 20 mg/dL. Efek samping
dipakai untuk campuran miras dan hanya pemberian fomepizole yang dilaporkan antara lain
digunakan dalam industri dan dalam bahasa nyeri kepala, pusing, mual, dan muntah. Dalam
sehari-hari dinamakan dengan spiritus. beberapa kasus, fomepizole intravena dapat
Mengingat kemiripan antara kedua zat ini, diberikan tanpa bantuan hemodialisis pada pasien
metanol sering diproduksi secara ilegal karena dengan asidosis metabolik dan masih memiliki
mudah didapatkan dengan harga cukup murah. fungsi ginjal normal (Buller, 2013). Sebagian
Dan para penenggak minuman keras ini juga besar pasien menunjukkan hasil akhir yang
tidak banyak merasakann perbedaan antara positif. Sampai saat ini FDA masih belum
etanol dan metanol ini (Gossman, 2008). memberikan rekomendasi untuk penggunaan
Metanol termasuk golongan racun sangat fomepizole pada populasi pediatrik (Tzu-Hua,
berbahaya. Dengan dosis 30 ml dapat 2013).
menyebabkan kebutaan permanen karena Dalam literatur lain, Barceloux (2002)
kerusakan dari serat saraf mata. Pada dosis 100 mengatakan bahwa pemberian fomepizole
ml metanol dapat menyebabkan kematian. melalui intra vena perifer, dengan dosis loading
Manajemen terapi yang direkomendasikan yang disarankan 15 mg/kg BB selama 30
oleh FDA pada keracunan metanol adalah menit, kemudian dilanjutkan dengan dosis
menggunakan fomepizole. Fomepizole rumatan 10 mg/kg BB setiap 12 jam diberikan
merupakan inhibitor enzim alkohol 4 kali. Setelah 48 jam, dosis tambahan
dehidrogenase yang poten, kerjanya dengan diberikan 15 mg/kg BB setiap 12 jam bila
menghambat metabolisme ethylene glycol dan diperlukan. Pemberian fomepizole dapat
metanol menghasilkan zat sisa. Obat ini akan dihentikan apabila kadar metanol serum
dimetabolisme oleh hepar dan diekskresikan menurun sampai pada dibawah 30 mg/dL.
melalui urin. Fomepizole memiliki waktu paruh Pasien tidak perlu dipantau dengan ketat karena
yang lebih panjang, klirens yang lebih lambat, fomepizole ini relatif aman.
dan efek samping yang lebih sedikit bila

3
Sebelum fomepizole ditemukan, etanol asidosis metabolik berat dan waktu antara
menjadi salah satu pilihan tata laksana pemaparan dengan penatalaksanaan awal yang
keracunan ethylene glycol dan metanol karena lama, serta pH darah < 7,1 atau terapi awal >
kemampuannya untuk mengikat enzim alkohol 10 jam setelah pemaparan. Walaupun dosis
dehidrogenase sejak tahun 1940-an. Dengan letal dari ethylene glycol yang dilaporkan
memberikan infus etanol secara intravena dan adalah 1,4-1,5 ml/kg BB, kasus kematian
dengan mempertahankan konsentrasinya pada pernah dilaporkan pada dosis yang lebih
kadar 100-150 mg/dl, ethylene glycol dan rendah dan pernah dilaporkan juga pasien dapat
metanol tidak beraksi menjadi racun metabolik bertahan pada kadar serum yang lebih besar.
melainkan akan diekskresikan oleh tubuh Beratnya asidosis metabolik dan kadar glikolat
(Zimmerman, 1999). Dosis loading yang dalam darah merupakan tanda prognostik
direkomendasikan untuk anak-anak dan dewasa penting. Pasien dengan serum HCO3- < 5
adalah 750 mg/kg BB diberikan melalui mEq/L, pH darah 7,1 atau kadar glikolat serum
intravena dalam 30 menit. Infus rumatan > 8-10 mmol/L lebih berisiko mengalami gagal
dilanjutkan pada dosis 100-150 mg/kg BB/jam. ginjal akut atau kematian (Kraut, 2008).
Saat pasien mendapatkan lanjutan etanol Keracunan metanol dan ethylene glycol
intravena, kadar etanol darah harus sering terjadi apabila kadar zat tersebut mencapai 446
dipantau untuk mempertahankan rentang mg/dl atau 71,9 mmol/L dan level pH arteri <
teraputiknya berkisar antara 100-150 mg/dl. 7,16 (Brent, 2009). Gejala-gejala keracunan
Efek samping dari terapi ini dapat metanol biasanya muncul setelah 12-24 jam
menyebabkan intoksikasi etanol yang disertai karena proses transformasi metanol menjadi
depresi sistem saraf pusat, pusing, mual, formaldehid berjalan sangat lambat. Keracunan
muntah, dan risiko aspirasi. Pasien pediatrik metanol awalnya dilaporkan dengan adanya
menunjukkan kepekaan yang lebih tinggi keluhan nyeri kepala, pandangan kabur, dan
terhadap efek samping tersebut (Zhang, 2012). pusing yang berhubungan dengan mual dan
Pemberian etanol sering dilakukan muntah. Gangguan penglihatan adalah gejala
bersamaan dengan hemodialisis. Dialisis yang paling sering dirasakan setelah ingesti,
diberikan apabila kadar ethylene glycol lebih dapat berupa pandangan kabur hingga kebutaan
besar dari 50 mg/dl. Hemodialisis memberikan total. Laporan lain menyatakan tanda-tanda
perbaikan yang signifikan pada pasien dengan keracunan metanol pada mata didukung dengan
gagal ginjal, asidosis metabolik berat, dan adanya temuan dilatasi pupil, papilledema, dan
gangguan keseimbangan elektrolit meskipun hiperemia pada mata (Johnsons, 1999).
pasien tersebut telah mendapatkan intervensi Protokol penatalaksanaan terdiri dari
medis dan farmakologi. Dialisis biasanya pemberian fomepizole, disertai dengan infuse
dilanjutkan sampai kondisi asidosis telah glukosa intravena, elektrolit, dan cairan, sesuai
membaik disertai selisih kadar anion dan kebutuhan klinis pasien. Semua pasien
osmolaritas serum kembali ke kadar diberikan suplementasi folat. Status oksigenasi
normalnya. Untuk mencapai hal ini, diperlukan dipertahankan pada saturasi diatas 90%.
tata laksana multipel. Etanol dan fomepizole Fomepizole diberikan secara intravena pada
dapat dibersihkan dengan mudah melalui dosis loading 15 mg/kgBB, dilanjutkan dengan
proses dialisis, sehingga pemberian preparat dosis bolus 10 mg/kgBB setiap 12 jam. Setelah
tersebut melalui intravena perlu ditingkatkan 48 jam, dosis bolus ditingkatkan 15 mg/KgBB,
selama hemodialisis (Buller, 2013). diberikan setiap 12 jam untuk mempercepat
Prognosis dari intoksikasi metanol induksi metabolisme fomepizole (Brent, 2001).
biasanya buruk, ditandai dengan mortalitas Indikasi pemberian fomepizole atau etanol
yang tinggi apabila intoksikasi tidak diobati untuk menghambat metabolisme dari American
atau pengobatan dimulai setelah gejala Academy Cilinical Toxicology Practice (2002)
keracunan muncul. Keseluruhan mortalitas, diuraikan sebagai berikut:
bervariasi antara 8-36% pada 400 pasien dalam 1. Konsentrasi metanol dalam plasma > 20
3 studi. Tetapi menunjukkan peningkatan 50- mg/dl
80% apabila konsentrasi serum bikarbonat < 10 2. Riwayat ingesti zat toksik metanol dan
mEq/L dan/atau pH darah < 7,1 saat terapi osmolar gap > 10 mOsm/kg
dimulai. Mortalitas dari intoksikasi ethylene 3. Riwayat kecurigaan keracunan metanol
glycol bervariasi, berkisar antara 1-22%. dengan kriteria sebagai berikut:
Mortalitas tinggi dijumpai pada pasien dengan

4
a. pH arteri < 7,3 9. Jika alkohol mengenai mata korban perlu
b. Bikarbonat serum < 20 mmol/L dilakukan irigasi mata yaitu secara
c. Osmolar gap > 10 mOsm/kg perlahan, bukalah kelopak mata yang
Pertolongan pertama keracunan akibat terkena dan cuci dengan sejumlah air
minuman beralkohol adalah dengan menjaga bersih dingin atau larutan NaCl 0,9%
jalan napas karena adanya risiko terjadinya diguyur perlahan selama 15-20 menit
aspirasi ke dalam paru-paru yang dapat atau sekurangnya 1 liter untuk setiap
berakibat fatal. Gejala keracunan alkohol yang mata. Hindarkan bekas air cucian
sering muncul adalah dehidrasi. Pertolongan mengenai wajah atau mata lainnya. Jika
pertama yang dapat dilakukan yaitu masih belum yakin bersih, cuci kembali
penanganan dehidrasi yang dialami oleh selama 10 menit. Jangan menggosok
korban. Jika korban sadar dapat dilihat dan mata karena dapat mengakibatkan iritasi
ditanyakan apakah korban mengalami pada kornea dan konjungtiva (SIKer,
dehidrasi, disarankan untuk memberikan 2001).
banyak minum untuk mengganti cairan tubuh Antidot untuk keracunan metanol dapat
yang hilang. Sedangkan jika korban tidak sadar menggunakan etanol atau fomepizole. Kedua
segera bawa ke rumah sakit untuk mendapat bahan ini dapat menghambat pembentukan
pengobatan (Varon, 2010). Penanganan enzim alkohol dehidrogenase, sehingga
keracunan miras oplosan dilakukan oleh mengurangi konversi metabolisme metanol
petugas medis secara suportif dan simtomatik, menjadi metabolit toksik (asam), sedangkan
yaitu: asam folinat (folinic acid) harus diberikan
1. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu dalam hubungannyan dengan pemberian etanol
membebaskan jalan napas untuk atau fomepizole untuk membantu
menjamin pertukaran udara. meningkatkan pembentukan metabolit non
2. Penatalaksanaan fungsi pernapasan toksik. Thiamin (vitamin B1) juga dapat
untuk memperbaiki fungsi ventilasi diberikan sebagai tambahan terapi pada
dengan cara memberikan pernapasan keracunan metanol untuk pasien yang
buatan untuk menjamin cukupnya berpotensi kekurangan vitamin. Thiamin
kebutuhan oksigen dan pengeluaran (vitamin B1) bertindak sebagai kofaktor dalam
karbon dioksida. pembentukan metabolit beracun dari metanol
3. Penatalaksaan sirkulasi, bertujuan (Beatty, 2013).
mengembalikan fungsi sirkulasi darah. Berikut ini digambarkan penatalaksanaan
4. Jika terjadi mual dan muntah dapat keracunan metanol dan ethylene glycol pada
diberikan antiemetik (antimuntah). setting pelayanan ruang intensif (Green, 2007).
5. Jika korban mengalami ketoasidosis Addolorato (2002) menguraikan
alkohol dapat diberikan Dextrose 5% penatalaksanaan umum pada pasien intoksikasi
dalam NaCl 0,9%, vitamin B1 dan alkohol akut sebagai berikut:
vitamin lainnya serta pengganti Kalium 1. Pasien agresif. Pasien harus ditenangkan
apabila diperlukan. dan mengoreksi persepsinya terhadap
6. Jika korban menunjukkan asidosis berat realitas. Dapat diberikan sedatif (misalnya
atau kejang dapat diberikan Natrium Diazepam IV 10-20 mg atau Droperidol
Bikarbonat dan Benzodiazepin. IV 5 mg) untuk melindungi pasien dari
7. Asidosis metabolik ditandai dengan bahaya trauma. Tetapi pemberian ini harus
napas cepat dan dalam (hiperventilasi). dilakukan dengan hati-hati karena dapat
Untuk melihat ada atau tidaknya metanol menyebabkan progresi dari intoksikasi
dalam miras oplosan dapat dilakukan alkohol akut menjadi lebih berat seperti
pemeriksaan laboratorium terhadap berubahnya derajat kesadaran, hipotensi
osmolaritas (anion gap) atau kepekatan dan depresi napas.
darah dalam tubuh.
8. Dekontaminasi gastrointestinal dapat
dilakukan melalui aspirasi nasogastrik
apabila ingesti terjadi dalam rentang 30
menit.

5
oleh ahli toksikologi klinis sebaga pengobatan
2. Depresi pernapasan memerlukan garis pertama (Zhang et al, 2012).
intervensisegera seperti pemasangan Cline et al (2012) menyatakan bahwa
intubasi dan ventilator mekanik. penatalaksanaan intoksikasi metanol didasarkan
3. Koma alkoholik. Monitor ketat depresi pada hambatan metabolik dan pembuangan sisa
pernapasan, hipoksia, aritmia jantung, metabolisme dari tubuh. Fomepizole dan etanol
hipotensi. memiliki afinitas yang lebih besar untuk
4. Koreksi gangguan metabolik, cairan dan mengikat alkohol dehidrogenase daripada
elektrolit. Berikan suplementasi metanol dan ethylene glycol. Tindakan darurat
folat dan antidotum. yang dilakukan tidak dapat dengan cara
merangsang muntah ataupun dengan pemberian
Penggunaan fomepizole telah disetujui ‘norit’ (activated charcoal ), karena metode ini
oleh Food and Drug Administration (FDA) tidak efektif terhadap keracunan metanol. Cara
Amerika Serikat sebagai penatalaksanaan yang tepat adalah dengan memberikan antidote
keracunan metanol pada tahun 2000 dan yaitu diberikan etanol atau fomepizole. Cara
direkomendasikan oleh Academy of Clinical kerja kedua zat ini adalah dengan menghambat
Toxicology (AACT) dan European Association kerja enzim pengurai metanol (competitive
of Poisons Centres and Clinical Toxicologists inhibition) sehingga metanol tidak sempat
(EAPCCT). Sedangkan penggunaan etanol terurai dan akan dikeluarkan melalui ginjal
yang merupakan antidote tradisional untuk dalam bentuk utuhnya. Etanol berkadar 5 -10 %
keracunan metanol tidak mendapatkan bisa diberikan dalam cairan infus dextrose
persetujuan oleh FDA dan tidak lagi disarankan 5% atau bisa juga diminumkan kepada pasien
berupa whisky, vodka, atau gin. Tentu saja
jumlah yang diteguk dalam pengawasan dokter.
Antidot yang lain yaitu fomepizole memang
lebih efektif, namun harganya sangat mahal.

6
Untuk penanganan pasien keracunan metanol $3804. Peningkatan biaya ini berhubungan
dengan fomepizole ini pasien akan dengan penggunaan fomepizole yang kebih
mengeluarkan biaya sekitar 3.500 dollar AS. banyak sehubungan dengan masa rawat inap
Keuntungan penanganan pemberian antidot yang lama.
dengan etanol ini adalah mudah didapat,
karena cairan ini memang selalu ada di rumah KESIMPULAN
sakit (Lepik, 2009). Pemberian pendidikan kesehatan dapat
Selain dengan menggunakan fomepizole memperbaiki perilaku siswa dalam jajan
dan etanol, keracunan metanol dan ethylene sembarangan. Perubahan perilaku meliputi
glycol juga dapat menggunakan kombinasi perubahan pada pengetahuan, sikap dan praktik
hemodialisis utamanya pada pasien dengan tentang jajan sembarangan pada siswa.
asidosis metabolik berat dan cedera ginjal akut Pendidikan kesehatan difokuskan pada ketiga
(Acute Kidney Injury-AKI). Hemodialisis komponen ini karena perubahan perilaku yang
bekerja dengan cara mengeluarkan glikolat dan dilandasi pengetahuan dan kesadaran akan
metanol dari dalam sirkulasi secara efektif dan bersifat lebih langgeng daripada yang tidak.
mengoreksi asidosis. Glikolat adalah racun
metabolik utama dan akan menghasilkan REFERENSI
HAGMA. Pedoman hemodialisis untuk pasien Addolorato, G; Armuzzi, A; Gasbarrini. 2002.
intoksikasi metanol dan ethylene glycol Pharmacological approaches to the
direkomendasikan jika konsentrasi ethylene management of alcohol addiction.
glycol >50 mg/dL, adanya status asidosis European Review for Medical and
metabolik berat, dan gagal ginjal. Adanya Pharmacological Sciences. Vol 6; 89-97.
hiperosmolaritas serum yang menetap dan Barceloux DG, Bond GR, Krenzelok EP,
kadar asam glikolat lebih dari 10mmol/L juga Cooper H, Vale JA. 2002. American
merupakan indikasi pelaksanaan hemodialisis. academy of clinical toxicology ad hoc
Hemodialisis dilakukan dengan dialisat committee on the treatment guidelines for
bikarbonat hingga kadar alkohol < 20 mg/dL. methanol poisoning. Journal of Clinical
Jika konsentrasi puncak alkohol dalam darah Toxicology; 40:415e46.
mencapai > 20 mg/dL, maka masih potensial Beatty, L; Green, R; Magee, Kirk; Zed, P.
meracuni tubuh sehingga perlu adanya 2013. A systematic review of ethanol and
pemantauan secara ketat. fomepizole use in toxic alcohol ingestions.
Vasavada (2003) dalam Buller (2012) Emergency Medicine International.
melakukan uji perbandingan farmakokinetik Volume 2013, Article ID 638057.
dari fomepizole dengan dan tanpa prosedur Brent, J. 2009. Fomepizole for ethylene glycol
hemodialisis. Hasil menunjukkan bahwa waktu and methanol poisoning. The New
paruh ethylene glycol dalam darah mencapai England Journal of Medicine; 360:21.
15,3 jam pada pemberian fomepizole tanpa Buller, GK; Moskowitz; Eckardt K. 2012. The
hemodialisis dan 3,15 jam dengan hemodialisis. role of hemodialysis and fomepizole in
Data ini didapatkan dari pasien yang ethylene glycol intoxication. Nephrology
sebelumnya memiliki fungsi ginjal yang and Therapeutics. S10:004.
normal. Pada pasien intoksikasi ethylene glycol California Poison Control System, 2007,
yang hanya diberikan hemodialisis, klirens Poisoning & Drug Overdose, Lange
mencapai 200-250 mL/menit pada laju aliran Medical Books, New York.
darah 250 mL/menit. Perkiraan biaya rawat Clark, JD. 2002. Intravenous fomepizole:
inap pada pasien dengan fungsi ginjal normal treating ethylene glycol and methanol
dan kadar ethylene glycol awal dalam darah toxicity. Air Medical Journal, 21:3.
284 mg/dL, pH arteri normal, dan status Cline, DM. 2012. Tintinalli’s Emergency
hemodinamik stabil menunjukkan pemberian Medicine Manual 7th Edition. New York:
fomepizole saja akan lebih mahal bila McGraw-Hill.
dibandingkan dengan penggunaan fomepizole Gossman, WG. 2008. Emergency Medicine:
dan hemodialisis. Masa rawat inap pada pasien Oral Board Review. New York: McGraw-
dengan fomepizole mencapai 72 jam dengan Hill.
perkiraan biaya $5897, dan pada pasien dengan Green, R. 2007. The management of severe
pemberian fomepizole dan hemodialisis selama toxic alcohol ingestions at
8 jam mencapai 24 jam dengan perkiraan biaya a tertiary care center after the introduction
of fomepizole. American Journal of
7
Emergency Medicine, 25:799–803. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 74
Johnson B, Meggs W, Bentzel C. 1999. Tahun 2013 tentang Pengendalian dan
Emergency department hemodialysis in a Pengawasan Minuman Beralkohol.
case of severe ethylene glycol poisoning. Sentra Informasi Keracunan (SIKer) dan tim.
Annual Emergency Medicine: 33(1):108- 2001. Pedoman Penatalaksanaan
10. Keracunan untuk Rumah Sakit.
Kraut, JA; Kurtz, I. 2008. Toxic alcohol Sivilotti, MLA. Ethanol: tastes great!
ingestions: clinical features, diagnosis and Fomepizole: less filling! Annals of
management. Clinical Journal of Annals Emergency Medicine, 53:4.
Society of Nephrology, 3:208-225. Tzu-Hua, C; Chang-Hung, K; Chia-Tsuan, H;
Lepik, KJ; Levy, AR; Sobolev, BG; Purssel, Wei-Li W. 2013. Use of fomepizole in
RA; DeWitt, CR; Erhardt, GD; Kennedy, pediatric methanol exposure: the first case
JR; Daws, DS; Brignall, JL. 2008. report in Taiwan and a literature review.
Adverse drug events associated with the Pediatrics and Neonatology. 20:1e4
antidotes for methanol and ethylene glycol Varon, J. 2010. Handbook of Critical and
poisoning: a comparison of ethanol and Intensive Care Medicine. Texas: Springer
fomepizole. Annals of Emergency Publisher.
Medicine, 53:4. Zhang, G. 2012. Application to Include
The University of Sydney, 2009, Schaum’s Fomepizole on the WHO Model List of
Outline of Biochemistry, Third Edition, Essential Medicines. WHO: Medical
Schaum’s Outline Series, Australia, page Toxicology and Information Services.
294-298. Zimmerman HE, Burkhart KK, Donovan JW.
Orphan Medical, Incorporation. 1998. 1999. Ethylene glycol and methanol
Minnnetonka, Minn. poisoning: diagnosis and treatment.
Journal of Emergency Nursing;
25(2):116-20.

Anda mungkin juga menyukai