Keratitis OS
Oleh:
Ichsan Mohammad Taufik., S.Ked
NPM. 18360107
Preceptor:
dr. Rahmat Syuhada., Sp.M
Nama : Tn. RS
Umur : 28 tahun
II. Anamnesis
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Pasien datang ke poliklinik mata mengeluhkan pada mata kiri terasa pedih
± 1/2 bulan yang lalu. Kejadian bermula ± 1/2 bulan yang lalu, pasien sedang
bekerja dan terkena tatal karet di tempat kerjanya tersebut. Lalu, pasien
mengatakan bahwa mata kirinya tersebut terasa pedih, nyeri dan merah. Pasien
kemudian berobat ke klinik di dekat rumahnya dan diberikan obat tetes mata
cendo xitrol. Akan tetapi keluhan pasien sedikit berkurang,
Kemudian ± 3 hari sebelum datang ke RS, pasien mengatakan ada yang
mengganjal di mata kiri, mata yang berair terus dan rasa pedih masih timbul
begitupun saat terkena angin. Pasien juga mengatakan bahwa ia silau melihat
cahaya dan penglihatan mulai kabur.
RR 20x /menit
Suhu 36,5oC
Status Generalis
Kepala : Normocephali
Ekstremitas : Akral superior: hangat (+/+), edema (-/-), inferior: hangat (+/+),
edema (-/-)
Pemeriksaan OD Infiltrat OS
Visus 20/20 20/64
Koreksi - Tidak dikoreksi
Gerak bola mata
pedih ± 1/2 bulan yang lalu. Kejadian bermula ± 1/2 bulan yang lalu, pasien
sedang bekerja dan terkena tatal karet di tempat kerjanya tersebut. Lalu,
pasien mengatakan bahwa mata kirinya tersebut terasa pedih, nyeri dan
obat tetes mata cendo xitrol. Akan tetapi keluhan pasien sedikit berkurang,
yang mengganjal di mata kiri, mata yang berair terus dan rasa pedih masih
timbul begitupun saat terkena angin. Pasien juga mengatakan bahwa ia silau
20/64, oculi dextra tajam penglihatan 20/20. Pada palpebra inferior sinistra
terdapat hiperemis (+) dan edema (+). Terdapat bercak infiltrat halus
berbentuk oval bulat, berwarna putih keabuan, tersebar merata pada kornea di
oculi sinistra. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak sakit sedang
V. Usulan Pemeriksaan
2. Uji Fluoresein
3. Pewarnaan Gram
4. Kultur bakteri
2. Uveitis Anterior OS
Non-medikamentosa
Medikamentosa
S 6 dd gtt 1 OS
S 4 dd gtt 1 OS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keratitis
2.1.1 Definisi
radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh. Akibat
terjadinya kekeruhan pada media kornea ini, maka tajam penglihatan akan
menurun. Mata merah pada keratitis terjadi akibat injeksi pembuluh darah
2.1.2 Etiologi
1. Virus
2. Bakteri
3. Jamur
6. Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata robek atau tidak cukupnya
2.1.3 Patofisiologi
kedalam kornea. Namun sekali kornea mengalami cedera, stroma yang avaskuler
dan membran bowman mudah terinfeksi oleh berbagai macam mikroorganisme
seperti amoeba, bakteri dan jamur. Streptoccus pneumoni adalah bakteri patogen
kornea sejati, patogen memerlukan inokulum yang berat atau hospes yang lemah
(misalnya pada pasien yang mengalami defisiensi imun) agar dapat menimbulkan
infeksi.
dapat segera ditangani seperti pada jaringan lainnya yang banyak mengandung
kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang ada di limbus dan tampak
sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrat yang tampak sebagai
bercak berwarna kelabu, keruh dan permukaan yang tidak licin. Kemudian dapat
terjadi kerusakan epitel kornea dan timbul ulkus yang dapat menyebar
kepermukaan dalam stroma. Pada peradangan yang hebat, toksin dari kornea
dapat menyebar ke iris dan badan siliar dengan melalui membran descement dan
endotel kornea. Baru demikian iris dan badan siliar meradang dan timbulah
descement maka dapat timbul tonjolan membran descement yang disebut mata
dapat berlangsung tanpa pembentukan jaringan parut. Pada peradangan yang lebih
berupa nebula, makula, atau leukoma. Bila ulkus lebih mendalam lagi dapat
timbul perforasi yang dapat mengakibatkan enfoftalmitis, panoftalmitis, dan
2.1.4 Diagnosis
adanya riwayat penyakit trauma, misalnya pada keratitis herpetik akibat infeksi
herpes simpleks yang kambuh. Anamnesis mengenai pemakaian obat lokal oleh
adanya sensasi benda asing, mata merah, mata berair, penglihatan sedikit kabur,
dan silau (fotofobia) serta sulit membuka mata (blepharospasme). Penderita akan
mengeluh sakit pada mata karena kornea memiliki bnyak serabut nyeri, sehingga
sangat sensitif. Kebnyakan lesi kornea superfisialis maupun yang sudah dalam
menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit diperberat oleh kuman kornea
refraksi sinar dan merupakan media pembiasan terhadap sinar yang masuk ke
mata maka lesi pada kornea umumnya akan mengaburkan penglihatan terutama
yang meradang. Dilatasi pembuluh darah iris adalah fenomena refleks yang
disebabkan iritasi pada ujung selaput saraf pada kornea. Pasien biasanya juga
mengeluhkan mata berair namun tidak disertai dengan pembentukan kotoran mata
yang banyak kecuali pada ulkus kornea yang purulen. Dalam mengevaluasi
peradangan kornea penting untuk membedakan apakah tanda yang kita temukan
merupakan proses yang masih aktif atau merupakan kerusakan hasil dari struktur
kornea hasil dari proses di wktu lampau. Sejumlah tanda dan pemeriksaan sangat
dari infiltrasi pada kornea, edema kornea dan keadaan bilik mata depan. Tanda-
tanda yang ditemukan ini juga berguna dalam mengawasi perkembangan penyakit
(hitung jari).
Termasuk pemeriksaan terhadap lapis film air mata (tear film), danau air mata
(tear lake), dilakukan uji break up time tujuannya yaitu untuk melihat fungsi
fisiologik film air mata yang melindungi kornea. Penilaiannya dalam keadaan
normal film air mata mempunyai watu pembasahan kornea lebih dari 25 detik.
3. Ofthalmoskop
Untuk melihat kelainan serabut retina, serat yang pucat atropi, tanda lain juga
Untuk mengetahui kelengkungan kornea, tear lake juga dapat terlihat dengan cara
Cara ini sangat baik pada kelainan mata bila tonometer tidak dapat dipakai atau
sulit dinilai seperti pada sikatrik kornea, kornea ireguler dan infeksi kornea.
2.1.5 Klasifikasi
yaitu :
a. Keratitis Pungtata
Keratitis pungtata adalah keratitis dengan infiltrat halus pada kornea yang dapat
terletak superfisial dan subepitel (Ilyas, 2004). Keratitis Pungtata disebabkan oleh
hal yang tidak spesifik dan dapat terjadi pada Moluskum kontangiosum, Akne
vaksinisia, trakoma, trauma radiasi, dry eye, keratitis lagoftalmos, keracunan obat
seperti neomisin, tobramisin dan bahaya pengawet lainnya. Gejala klinis dapat
b. Keratitis Marginal
Merupakan infiltrat yang tertimbun pada tepi kornea sejajar dengan limbus.
Keratitis marginal kataral biasanya terdapat pada pasien setengah umur dengan
berat.
c. Keratitis Interstisial
interstitial dapat berlanjut menjadi kebutaan. Sifilis adalah penyebab paling sering
dari keratitis interstitial (Hollwich, 1993). Keratitis Interstisial dapat terjadi akibat
alergi atau infeksi spiroket ke dalam stroma kornea dan akibat tuberkulosis (Ilyas,
2004). Biasanya akan memberikan gejala fotofobia, lakrimasi, dan menurunnya
visus.
a. Keratitis Bakteri
predisposisi seperti pemakaian kontak lens, tauma, kontaminasi obat tetes. Pasien
biasanya mengeluh mata merah, berair, nyeri pada mata yang terinfeksi,
b. Keratitis Jamur
Infeksi jamur pada kornea yang dapat disebut juga mycotic keratitis. Penyebab
yaitu karena trauma kornea oleh ranting pohon, daun dan tumbuh-tumbuhan, efek
Pasien akan mengeluh sakit mata yang hebat, berair, penglihatan menurun dan
silau. Pada mata akan terlihat infiltrat kelabu, disertai hipopion, peradangan,
1. Keratitis Herpetik
Herpes Simpleks Virus (HSV) merupakan salah satu infeksi virus tersering pada
kornea. Keratitis karena herpes simpleks dibagi 2 bentuk yaitu epitelial dan
stromal.
Epitelial adalah keratitis dendritik, terjadi pembelahan virus di dalam sel epitel
3. Keratitis Dendritik
4. Keratitis Disiformis
Merupakan keratitis yang membentuk kekeruhan infiltrat yang bulat atau
lonjong didalam jaringan kornea. Penyebab yaitu infeksi virus herpes simpleks.
Merupakan reaksi alergi atau imunologik terhadap virus hepes simpleks pada
permukaan kornea.
d. Keratitis Alergi
biasanya penderita sering menunjukkan gejala alergi terhadap tepung sari rumput-
rumputan. Bentuk palpebra: cobble stone (pertumbuhan papil yang besar), diliputi
sekret mukoid. Bentuk limbus: tantras dot (penonjolan berwarna abu-abu, seperti
lilin), gatal, fotofobia, sensasi benda asing, mata berair dan blefarospasme.
1. Keratokonjungtivitis Epidemi
sebabkan oleh reaksi alergi adenovirus tipe 8, 19 atau 37. Penyakit ini bisa timbul
sebagai suatu epidemi, bersifat bilateral. Gejala yaitu demam, gangguan saluran
nafas, penglihatan menurun, merasa ada benda asing, berarir, kadang nyeri. Pada
2. Keratokonjungtivitis Flikten
Merupakan radang kornea dan konjungtiva sebagai suatu reaksi
imun yang mungkin sel mediated pada jaringan yang sudah sensitif terhadap
antigen. Gejalanya adalah lakrimasi dan fotofobia disertai rasa sakit, hiperemia
konjungtiva, menebalnya epitel kornea, perasaan panas serta gatal dan penglihatan
3. Keratokonjungtivitis Vernal
pada musism panas, anak laki-laki lebih sering terkena dibandingkan anak
berbentuk cobble stone pada kelopak atas dan konjungtiva daerah limbus.
5. Keratokonjungtivitis fasikularis
limbus ke arah kornea. Biasanya berupa tukak kornea yang menjalar dari arah
limbus ke arah kornea. Biasanya berupa tukak kornea akibat flikten yang menjalar
sekitar limbus ataupun ulkus cincin, yang merupakan gabungan ulkus cincin.
e. Keratitis Neuroparalitik
Gejalanya adalah tajam penglihatan turun, silau, tidak nyeri. Reflek berkedip,
injeksi siliar, permukaan kornea keruh, infiltrat dan vesikel pada kornea.
f. Keratokonjungtivitis Sika
Gejalanya adalah mata berpasir, gatal, silau, penglihatan kabur, sekresi mukus
mata yang berlebihan, sukar menggerakkan kelopak mata, mata kering karena
g. Keratitis Numularis
Diduga dari virus. Pada klinis, tanda-tanda radang tidak jelas, terdapat infiltrat
(diduga terjadi karena resorpsi dari infiltrat yang dimulai di tengah). Tes fluoresen
epitel pada permukaan kornea. Gambaran khusunya berupa filamen epitel halus.
g. Keratitis Lagoftalmus
kelopak mata tidak dapat menutup dengan sempurna sehingga terdapat kekeringan
pada konjungtiva dan kornea menjadi kering dan terjadi infeksi, infeksi ini dapat
h. Keratitis Sklerotikan
radang sklera atau skleritis. Sampai saat ini diketahui apa yang menyebabkan
terjadinya proses ini, namun diduga karena terjadi perubahan susunan serat
memberikan gejala berupa kekeruhan kornea yang terlokalisasi dan berbatas tegas
2.1.6 Penatalaksanaan
a. Keratitis Pungtata
Prinsipnya adalah diberikan sesuai dengan etiologi. Untuk virus dapat diberikan
idoxuridin, trifluridin atau asiklovir. Untuk bakteri gram positif pilihan pertama
adalah cafazolin, penisilin G atau vancomisin dan bakteri gram negatif dapat
natamisin, amfoterisin atau fluconazol. Berikan juga air mata buatan, sikloplegik
b. Keratitis Marginal
infeksi lokalnya dan steroid dosis ringan. Pada pasien dapat diberikan vitamin B
dan C dosis tinggi. Pada kelaianan yang indolen dilakukan kauterasasi dengan
listrik ataupun AgNO3 di pembuluh darah/ dilakukan flep kunjungtiva yang kecil.
c. Keratitis Interstisial
Diberikan juga Sulfas Atropin tetes mata untuk mencegah sinekia akibat uveitis
d. Keratitis Bakterial
berdasarkan :
Gram (-) rods Gram (+)
Tobramisin Cefazoline
Ceftazidime Vamcomycin
fluroquinolone Moxifloxacin/gatifloxacin
Gram (-) coccus
Ceftriaxone
Ceftazidime
Moxifloxacin/gatifloxacin
Pengobatan diberikan setiap 1 jam, pemberian siklopegik untuk mengistirahatkan
e. Keratitis Jamur
sikloplegik disertai obat oral anti galaukoma jika disiertai peningkatan tekanan
f. Keratitis Virus
Salep 0,5% diberikan setiap 4 jam. Vibrabin sama sengan IDU, hanya ada dalam
jam. Acyclovir bersifat selektif terhadap sintesis DNA virus. Bentuk salep 3%
2. Keratitis Dendritik
Pengobatan sembuh spontan. Cara efiktif mengobatinya dengan debridement
epitelial. Dapat juga diberikan antivirus (IDU 0,1% salep tiap 1 jam atau
g. Keratokonjungtivitis Epidemi
Pengobatan akut yaitu dengan kompres dingin, cairan air mata dan supportif
lainnya. Jika terjadi penurunan visus berat dapat diberikan steroid tetes mata 3 kali
per hari.
h. Keratitis Virus
Biasanya sembuh sendiri tanpa diobati, steroid topikal dan sistemik, kompres
i. Keratokonjungtivitis Flikten
j. Keratokonjungtivitis Vernal
k. Keratitis Neuroparalitik
Pengobatannya adalah air mata buatan dan salep untuk menjaga kornea tetap
basah.
l. Keratokonjungtivitis Sika
Pengobatannya adalah pemberian air mata buatan bila kurang adalah kompres air.
1. Gangguan refraksi
3. Ulkus kornea
4. Perforasi kornea
5. Glaukoma sekunder
2.1.8 Prognosis
Keratitis dapat sembuh dengan baik bila ditangani dengan tepat. Tidak
diobati dengan baik dapat menimbulkan ulkus yang akan menjadi sikatrik dan
virulensi organisme, luas dan lokasi keratitis, dan hasil vaskularisasi atau deposisi
kolagen.
DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Ophthalmology. External Eye Disease and Cornea. San
Fransisco 2008-2009. p. 179-90
Biswell R. 2014. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Edisi ke-17. Jakarta:
EGC. Hal. 125.
Ilyas, S, Tanzil, M, Salamun, Zainal, A. 2004. Sari Ilmu Penyakit Mata. Cetakan
ke-4. Jakarta: Badan Penerbit FKUI
Ilyas, S & Yulianti S.R. 2015. Mata Merah dengan Penglihatan Normal: Ilmu
Penyakit Mata. Edisi ke-5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Hal. 152-167.