Anda di halaman 1dari 6

MODUL DARING

ENGINE MANAGEMENT SYSTEM ALAT BERAT

PERTEMUAN KE-14
SISTEM KONTROL ELEKTRONIK DIESEL
COMMONRAIL

Penulis
Tafakur

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
A. Sistem Kontrol Elektronik
Penggunaan sistem kontrol pada engine bertujuan agar menghasilkan kerja
mesin yang optimal melalui perhitungan yang akurat. Kontrol kerja engine bertujuan
untuk menghasilkan emisi yang seminimal mungkin, pengunaan bahan bakar yang
efisien, dan menghasilkan tenaga mesin yang optimal. Sistem Kontrol Elektronik
juga dapat digunakan sebagai sarana diagnosis untuk mengetahui kondisi
komponen kontrol elektronik mesin saat terjadi suatu gangguan.
Pengontrolan Mesin secara elektronik terdiri atas peralatan-peralatan sensor
yang secara terus menerus memantau kondisi kerja mesin. Unit pengontrol
elektronik dikenal dengan Electronic Control Unit (ECU) atau Electronic Control
Module (ECM) yang bertugas mengevaluasi data-data masukan dari berbagai
sensor yang terpasang pada engine. Dengan membandingkan data pada
memorinya dan melakukan perhitungan yang akurat, ECU mengaktifkan perangkat-
perangkat penggerak/actuator untuk menghasilkan sistem kerja mesin yang baik.

Gambar: Diesel Engine Management Bosch


1. Sistem kontrol elektronik pada sistem common rail terdiri atas beberapa sensor
yang mendeteksi berbagai kondisi kerja mesin, diantaranya:
a. Mass Air Flow Meter
Mass air flow (MAF) meter adalah alat pengukur jumlah udara yang
masuk ke mesin. MAF diikatkan antara air cleaner dan turbocharger. MAF
sensor menggunakan hot wire element untuk menentukan jumlah udara yang
mengalir masuk ke mesin. Temperatur hot-wire naik sampai 170-300°C (338-
572°F). MAF sensor assembly berisi sebuah MAF sensor element dan Intake
air temperature (IAT) Sensor yang keduanya digunakan untuk mengukur
aliran udara. MAF sensor element mengukur banyaknya parsial masa udara
yang mengalir pada pipa pengukuran yang berada pada sensor housing.
Gambar: Mass Air Flow
Kuantitas udara masuk ke mesin dalam jumlah kecil mengindikasikan
deselerasi atau idle speed. Semakin banyak kuantitas udara yang masuk ke
mesin mengindikasikan akselerasi atau kondisi beban tinggi. Dengan keluaran
sensor yang rendah ECM mendeteksi jumlah udara yang sedikit. Dengan
keluaran sensor tinggi ECM mendeteksi jumlah udara yang besar. ECM
menggunakan nilai ini untuk menghitung injection quantity dan jumlah aliran
gas dari EGR yang masuk ke ruang bakar mesin

Gambar: karakteristik kerja MAF sensor


b. Intake Air Temperature Sensor (IATS)
IATS berperan untuk mendeteksi temperatur udara masuk dan
mengirimkan informasinya berupa signal ke kontrol unit. Signal yang diterima
digunakan untuk mengkalkulasi masa udara. Penghitungan dilakukan untuk
mengatur jurnlah penyemprotan bahan bakar, membatasi asap, mengontrol
tekanan pada intake manifold, mengontrol EGR (exhaus gas recirculation),
dan mematikan EGR sesuai yang di pemrograman pada kontrol unit (ECU).
c. Manifold Absolute Pressure Sensor (MAP Sensor)
MAP sensor berfungsi untuk mendeteksi tekanan pada intake manifold.
MAP Sensor tidak dipasangkan didalam manifold, namun ditempatkan di
manifold dengan bracket atau dihubungakan dengan intake manifold
menggunakan selang. MAP sensor adalah transducer memiliki tegangan
bervariasi berdasarkan perubahan tekanan barometric. MAP sensor
mengirimkan signal ke Engine control module (ECM) melalui MAP sensor
signal circuit, dimana sesuai dengan relatif perubahan tekanan. Sensor
mendeteksi signal tegangan rendah saat tekanan barometric rendah, seperti
pada tempat yang tinggi. ECM mendeteksi signal tegangan tinggi saat
tekanan barometric tinggi, seperti pada tempat yang rendah (sea level area).
ECM menggunakan voltage signal ini untuk mengkalibrasi fuel injection
volume dan injection timing di tempat yang tinggi.
d. Water Temperature Sensor (WTS)
Water temperature sensor atau engine coolant temperature (ECT)
sensor dipasangkan di coolant stream pada thermostat housing. ECT adalah
sebuah variable resistor. ECT sensor mengukur temperatur dari cairan
pendingin mesin. Variable resistor yang digunakan adalah jenis NTC, konektor
2 pin. Pin 1 dan 2 disambungkan ke kontrol unit (ECM). NTC memiliki arti
Negative Temperature Coefficient, dengan kata lain jika temperatur air
pendingin naik maka tahanannya menjadi turun.
Engine control modul (ECM) mensuplai tegangan sebesar 5 volt ke ECT
sensor signal circuit dan sebuah ground untuk ECT sensor low reference
circuit. Saat ECT sensor dalam keadaan dingin, resistan sensor menjadi
besar/ tinggi. Saat temperatur udara naik, maka sensor resistance akan turun.
Dengan resistan sensor tinggi, ECM mendeteksi tegangan tinggi pada ECT
sensor signal circuit. Dan apabila resistan sensor rendah, ECM mendeteksi
tegangan yang rendah pada ECT sensor signal circuit. ECM menggunakan
nilai ini untuk menghitung fuel injection quantity, injection timing dan EGR
control dan preheating control.
e. Crankshaft Position (CKP) Sensor
Crankshaft position (CKP) sensor ditempatkan pada cylinder block,
posisi yang dekat dengan poros engkol. Sensor wheel dipasangkan pada
crankshaft. Terdapat 56 notches dengan jarak/notch 6° dan jarak 24° bagian
yg dipotong. Bagian yang dipotong digunakan untuk menentukan top dead
center (TDC). Dua gap notches yang hilang tidak membangkitkan puIsa
tegangan pada sensor poros engkol. Hal ini kemudian dianalisa oleh kontrol
unit sebagai TDC silinder nomor 1. CKP sensor adalah magnetic resistance
element (MRE) type sensor, yang membangkitkan square wave signal. Jika
CKP sensor rusak, camshaft position (CMP) sensor signals akan
menggantikan untuk memback-up CKP sensor signal
f. Camshaft Position (CMP) Sensor
Camshaft position (CMP) sensor biasanya dipasangkan pada chain
sprocket cover di bagian paling depan. CMP sensor mendeteksi total 5 (lima)
proyeksi, 4(empat) proyeksi diatur sama tiap jarak 90° dan satu referensi
proyeksi pada permukaan camshaft drive sprocket flange, memberikan
mengirimkan signals ke engine control module (ECM). Signal yang diterima
digunakan ECM untuk menentukan kompresi cylinder nomor 1 pada top dead
center (TDC).
g. Vehicle Speed Sensor
Vehicle speed (VS) sensor adalah magnet yang diputar oleh output shaft
transmisi. VS sensor menggunakan hall effect element. Berhubungan dengan
magnetic field yang dihasilkan dengan memutarkan magnet dan output nya
square wave pulse signal. Tegangan 12volts disuplay dari fuse (10A) “Meter”.
Engine control module (ECM) menghitung vehicle speed yang dihasilakn VS
sensor. Jika Kendaraan menggunakan automatic transmission dan 2WD,
square wave pulse signals akan dikirimkan dari transmission control module
(TCM) ke ECM
h. Accelerator Pedal Position (APP) Sensor
Accelerator pedal position (APP) sensor dipasangkan pada accelerator
pedal assembly. Sensor terdiri dari tiga individu sensor dalam satu rumah.
Engine Control module (ECM) menggunakan APP sensors untuk menentukan
jumlah akselerasi atau deselerasi sesuai dengan keinginan pengendara saat
mengendarai kendaraan melalui fuel injector control.
i. Fuel Rail Pressure Sensor
Fuel rail pressure (FRP) sensor dipasangkan di fuel rail dan
mendeteksi tekanan bahan bakar didalam fuel rail. Sensor tekanan rail
berperan untuk memberikan imfomasi tekanan rail kepada kontrol unit motor.
Tekanan pada sistem bahan bakar yang tidak tetap merobah posisi diaphram
sebagai hasilnya tahanan elektrik juga berobah dan perobahan ini merupakan
signal yang diberikan ke kontrol unit. Sensor tekanan rail mengukur tekanan
rail dan memberikan tegangan signal akurat ke kontrol unit. Katup pengatur
tekanan dikendalikan sesuai pengaturan putaran oleh kontrol unit sampai
tekanan pada rail tercapai.
Pada sistem ini terdapat ECU (Electronic Control Unit) yang mengatur
lamanya kerja injektor. Pada sistem ini juga terdapat komponen lain seperti :
main relay, start injector time switch, circuit opening relay dan resistor yang
menstabilkan kerja injektor

B. Keuntungan
Common rail sebagai sistem moderen pada mesin diesel tentunya
dikembangkan untuk menjawab kekurangan-kekurangan pada mesin terdahulu.
Berikut adalah keuntungan dari mesin diesel yang menggunakan sistem common
rail.
1. Emisi yang dihasilkan lebih rendah
2. Penggunaan bahan bakar yang lebih ekonomis
3. Suara yang berisik yang dihasilkan lebih rendah
4. Tekanan penginjeksian yang seimbang tiap silinder
5. Tenaga yang dihasilkan mesin lebih optimal
Keuntungan-keuntungan tersebut diperoleh tentunya karena sistem common
rail didukung oleh kontrol elektronik. Karena kontrol elektronik tersebut sistem
common rail dapat menyesuaikan kebutuhan kerja masin maupun keinginan dari
kemudi. Sistem kendali elektronik memungkinkan respon yang cepat dan akurat.

Anda mungkin juga menyukai