Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan menggunakan model Problem Based
Learning. Keterampilan proses IPA merupakan perilaku ilmuwan yang dapat dipelajari
dan dikembangkan oleh siswa melalui proses pembelajaran di kelas. Keterampilan
proses sains memberikan kesempatan lebih banyak pada siswa untuk berperan aktif
dalam pembelajaran. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus meliputi tiga tahap yaitu perencanaan,
tindakan disertai pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data melalui observasi,
wawancara, dokumentasi dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan
model Problem based learning dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan
keterampilan proses IPA siswa dalam proses pembelajaran. Hal tersebut terlihat dari
nilai keterampilan proses sains siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I ke
siklus II yang di tunjukkan dari persentase keterampilan proses sains siswa sebesar
64,17% di siklus I menjadi 78,96% di siklus II.
Kata Kunci: model problem based learning, keterampilan proses IPA, pembelajaran
IPA
Abstract
This research aims to improve the science process skills of students Natural
Sciences (IPA) using the model of Problem Based Learning. Science process skills is
scientist behavioral that can be learned and developed by students through the learning
process in the classroom. Science process skills provide more opportunities for students
to play an active role in learning. This research uses a Classroom Action Research
(PTK), which is composed of two cycles. Each cycle includes three stages: planning,
action accompanied by observation, and reflection. The collection of data through
observation, interviews, documentation and testing. The results showed that the use of
models Problem Based Learning in science teaching can improve science process skills
of students in the learning process. It is seen from the value of science process skills of
students has increased from cycle I to cycle II which show the percentage of students'
science process skills by 64.17% in the first cycle to 78.96% in the second cycle.
Keywords: a model problem based learning, science process skills, science learning
*Alamat Korespondensi
STKIP Modern Ngawi, gygyalrinda@gmail.com
Degi Alrinda Agustina, Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Dengan Model Problem Based 56
learning
memungkinkan siswa untuk
membangun pengetahuannya
Degi Alrinda Agustina, Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Dengan Model Problem Based 58
kajian pembelajaran ini lebih diarahkan didefinisikan secara ketat. Selain itu,
pada masalah yang ada dilingkungan memungkinkan siswa mampu
sekitar siwa daripada masalah yang ada membangun pengertian, konsep, dan
dalam disiplin akademik. (b) Otentik: siswa prinsip. (2) Siswa melaksanakan kegiatan
mencari solusi yang realistik dengan dunia pembelajaran berdasarkan masalah.
nyata dan masalah yang autentik. Masalah Pembelajaran dengan pendekatan PBM
yang berfokus pada siswa dan menjadi menghendaki siswa berkolaborasi untuk
pertanyaan sosial penting dan nantinya menyelidiki masalah bersama dalam
siswa akan mendapatkan masalah yang kelompok. (3) Siswa secara berama-sama
sama dalam kehidupan. (c) Penyelidikan menyusun rencana. Kegiatan penyususnan
dan pemecahan masalah. siswa dalam rencana perlu memperhatikan waktu yang
pembelajaran problem based learning disediakan untuk sub topik khusus,
secara aktif terlibat dalam belajar melalui menyelidiki tugas-tugas dan batas waktu
penyelidikan dan pemecahan untuk tugas-tugas tersebut. (4) Siswa
masalah daripada memperoleh melakukan investigasi secara mandiri,
pengetahuan dan keterampilan melalui kelompok ataupun berpasangan. Kegiatan
mendengarkan atau membaca. (d) investigasi meliputi kegiatan
Pandangan interdisipliner. Siswa mengumpulkan data dan melakukan
mengeksplorasi berbagai disiplin ilmu dan eksperimen jika perlu, menyusun hipotesis,
memberikan gambaran dari beberapa menyelesaikan masalah dan menyiapkan
perspektif mereka ketika terlibat dalam alternatif penyelesaian. (5) Siswa dituntut
penyelidikan problem based learning. (e) untuk menghasilkan produk berupa solusi-
Kolaborasi kelompok kecil. Pembelajaran solusi dan mempersentasikannya. Produk
terjadi dalam kelompok yang terdiri dari 5- yang dihasilkan oleh siswa berupa laporan,
6 orang anggota kelompok. (f) Produk, tabel, diagram dan bentuk- bentuk yang
artefak, exhibitons, dan presentasi. Siswa bersifat fisik. Kegiatan ini dilanjutkan
menunjukkan hasil pembelajaran mereka dengan kegiatan mempresentasian hasil
dengan menciptakan produk, artefak, dan karya. Pada tahap ini siswa diharapkan
pameran. Dalam banyak kasus, mereka dapat mengkomunikasikan gagasan-
mempresentasikan hasil pekerjaan mereka gagasan dengan simbol, tabel, atau
untuk teman-teman dan tamu undangan diagram. Sebagai tahap terakhir dari
dari kelas lain atau masyarakat. kegiatan pembelajaran dengan adalah
Proses pembelajaran menggunakan aktivitas yang ditujukan untuk membantu
bahwa problem based learning dapat siswa membuat analisis dan mengevaluasi
dilaksanakan dengan apik, apabila disusun hasil pekerjaanya sehingga dapat
secara sistematis. Sebelum menemukan pengetahuan yang merupakan
pelaksanaannya guru menyiapkan tujuan pembelajaran.
permasalahan yang akan diselesaikan Berdasarkan asumsi dari
siswa, alat peraga, pembentukan kelompok pemikiran di atas, dan mengingat
kecil yang disesuaikan dengan gender, pentingnya proses pembelajaran IPA di
etnik, dan tingkat kemampuan siswa serta Sekolah Dasar tanpa menghilangkan
guru menjelaskan proses dan langkah karakteristik IPA itu sendiri sebagai
belajar yang akan dilaksanakan. Adapun langkah untuk meningkatkan keterampilan
langkah PBM Menurut Arends (2008: 57), proses sains siswa maka kelemahan-
yaitu: (1) Siswa meyelidiki masalah yang kelemahan dalam proses pembelajaran
dihadapi. Masalah yang diberikan harus diperbaiki. Oleh karena itu perlu
disesuaikan dengan materi pelajaran yang dilakukan suatu Penelitian Tindakan
sedang dipelajari. Situasi masalah yang Kelas (PTK) dengan model Problem Based
baik seharusnya autentik, mengandung Learning.
teka- teki, dan tidak
Elementary School 4 (2017) 55-62 59
Langkah-langkah
yang ditempuh dalam
penelitian tindakan kelas ini
yaitu: (1) observasi dan
wawancara, (2) perencanaan
tindakan, (3) pelaksanaan
tindakan, (4) evaluasi, (5)
refleksi, (6) penyimpulan
hasil berupa pemahaman
tes. Observasi dan penyusunan leporan untuk
dokumentasi dilakukan keseimbangan dan
selama proses tindakan. kedalaman dalam
Wawancara digunakan untuk pembelajaran data dalam
menggali informasi penelitian ini digunakan
mendalam terhadap data analisis interaktif Miles &
hasil observasi dan Huberman (1994:12), data
dokumentasi pada guru dan yang dianalisis secara
siswa. Tes dilakukan pada interaktif yang terdiri dari:
akhir setiap siklus reduksi data, penyajian data
pembelajaran. dan penarikan kesimpulan
Teknik analisis yang yang dilakukan dalam bentuk
digunakan dalam penelitian interaktif dengan proses
ini adalah teknik analisis pengumpulan data selesai
deskriptif komparatif dan pada setiap unitnya dengan
teknik analisis kritis. Teknik menggunakan waktu yang
analisis deskriptif komparatif masih tersisa dalam
digunakan untuk data penelitian ini.
kuantitatif yakni dengan
membandingkan hasil antar
siklus (Basrowi & Suwandi,
2008: 97). Peneliti
membandingkan hasil
sebelum penelitian dengan
pada akhir setiap siklus,
yaitu membandingkan
partisipasi dan prestasi
belajar siswa sebelum
tindakan, setelah siklus I dan
siklus II. Teknik analisis
kritis digunakan untuk data
hasil observasi. Teknik
analisis kritis mencakup
kegiatan untuk mengungkap
kelemahan dan kelebihan
kinerja siswa dan guru dalam
proses pembelajaran
berdasarkan kriteria normatif
yang diturunkan dari kajian
teoritis maupun dari
ketentuan yang ada. Hasil
analisis tersebut dijadikan
dasar dalam menyusun
perencanaan tindakan untuk
tahap selanjutnya sesuai
dengan siklus yang ada.
Analisis dilakukan
bersamaan dan atau setelah
pengumpulan data (Moleong,
2000:32). Pada penelitian
tindakan kelas ini data
dianalisis sejak tindakan
pembelajaran dilakukan dan
dikembangkan selama proses
refleksi sampai proses
Degi Alrinda Agustina, Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Dengan Model Problem Based 60
HASIL DAN PEMBAHASAN hasil tes terulis dilengkapi dari data observasi,
Penelitian ini diawali dengan wawancara, dan dokumentasi.
tindakan pendahuluan yang dilakukan
dengan menggunakan metode
pengamatan
dan wawancara. Berdasarkan hasil
observasi dan pengamatan menunjukkan
bahwa guru masih mengajar dengan cara
ceramah di depan kelas, membacakan
materi dari buku pegangan sambil duduk
di meja guru, sesekali menulis di papan
tulis, dan sesekali memberikan
pertanyaan kepada siswa, sedangkan
siswa hanya duduk rapi mendengarkan,
dan menyimak dari buku pegangan.
Apabila guru menyampaikan
pertanyaan, siswa menjawab dengan
malu-malu saat ditunjuk oleh guru.
Selain itu, siswa tidak ada yang
menyampaikan pertanyaan saat guru
menanyakan pemahaman terhadap
materi yang disampaikan. Hal ini
berakibat pada siswa yang tidak terlalu
tertarik dengan pelajaran IPA, kurang
memahami materi, tidak berusaha untuk
menemukan pengetahuan secara
mandiri, dan tidak mempunyai
keinginan untuk memiliki pengetahuan
yang lebih bahkan siswa masih kesulitan
untuk memecahkan masalah yang
disampaikan guru. Kondisi tersebut
tentu bukanlah suatu pembelajaran yang
ideal untuk pembelajaran IPA karena
masih bersifat teacher centered,
sedangkan untuk pembelajaran IPA
menuntut pembelajaran student centered
yang mengarahkan pada keaktifan dan
keterampilan siswa. Oleh karena itu,
peneliti dan guru berdiskusi untuk
menyamakan persepsi terhadap
permasalahan siswa tersebut untuk
selanjutnya merancang pelaksanaan
pemecahan masalah.
Penelitian ini dilaksanakan
dalam dua siklus. Masing-masing siklus
dilaksanakan dua kali pertemuan.
Penilaian keterampilan proses sains pada
pembelajaran IPA diperoleh dari tes
tertulis siswa secara individu. Jenis tes
dalam penelitian ini berupa soal objektif
pilihan ganda dan uraian. Deskripsi dari
Berikut data hasil penilaian Siswa masih kebingungan untuk
keterampilan proses sains dengan melakukan kegiatan selanjutnya,
model Problem Based Learning sehingga pembelajaran menjadi kurang
pada siklus I. efektif. Hal tersebut bisa terjadi karena
siswa masih
Tabel 1. Hasil Keterampilan menyesuaikan dengan model
Proses Sains Siklus I pembelajaran yang digunakan. Keadaan
ini menunjukkan bahwa model problem
Rata- based learning memiliki kelemahan,
No Indikator rata %
skor
64,17 %
Kategori
Baik (B)
Ket. 0-25% (Kurang/D), 26-50%
(Cukup/C), 5175% (Baik/B), 76-100%
(Sangat Baik/A).
Data di atas
menunjukkan bahwa seluruh
keterampilan proses sains
siswa pada pembelajaran IPA
meningkat seluruhnya
menjadi sangat baik.
Peningkatan persentase
keberhasilan dari siklus I
mencapai 14,79 %.
Peningkatan tersebut,
menunjukkan bahwa model
problem based learning pada
pembelajaran IPA dapat
meningkatkan keterampilan
proses IPA siswa, sehingga
penelitian pun dilakukan
hanya sampai siklus II. Hasil
observasi pada siklus II
menunjukkan juga bahwa
semakin banyak siswa yang
mampu meningkatkan
keterampilan proses sains.
Selain itu siswa juga menjadi
lebih aktif dan partisipatif
dalam proses pembelajaran
IPA. Keaktifan siswa
ditunjukkan dengan siswa
yang terlibat langsung dalam
memperoleh pengetahuan
dengan menggunakan
seluruh panca inderanya.
Siswa juga partisipatif
ditunjukkan dengan interaksi
yang terlihat dengan siswa
lainnya dan guru untuk
meminta bimbingan dalam
dalam membangun
pengetahuan. Hal ini yang
menjadi kelebihan dari
model pembelajaran
problem based learning yang
sejalan dengan Shoimin
(2014: 132) yaitu (1) siswa
didorong untuk memiliki
kemampuan memecahkan
masalah-masalah dalam situasi
nyata, (2) siswa memiliki
kemampuan membangun
pengetahuannya sendiri melalui
aktivitas belajar, (3) terjadi
aktivitas ilmiah pada siswa
melalui kerja kelompok, (4)
siswa memiliki kemampuan
untuk melakukan komunikasi
ilmiah dalam
Degi Alrinda Agustina, Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Dengan Model Problem Based 62
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R.I. (2008). Belajar untuk
Mengajar (Terjemahan Helly
Prayitno Soetjipto & sri
Mulyantini Soetjito). New York :
Mc Graw Hill (buku asli
diterbitkan tahun 2007).
Basrowi & Suwandi. (2008). Memahami
penelitian Kualitatif. Jakarta:
Rineka Cipta.
Friedl, Alfred E. (1991). Teaching
Science to children. an Integrated
Approach 2nd ed. New York:
McGraw-Hill, Inc.
Kemmis & Mc. Taggart. (1988). The
Action Research Planner. Victoria:
Deakin University.