Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur atas berkat Tuhan Yang Maha Esa, telah memberikan
kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan individu
Praktek Kebidanan Asuhan Kebidanan Komunitas Komprehensif di Desa
Parahangan.

Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari berbagai kendala namun berkat dan
dorongan dari berbagai pihak, baik moral maupun material sehingga sedikit demi
sedikit kendala tesebut dapat diatasi dengan baik.Akhir kata penulis berharap
semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan pahala yang setimpal atas bantuan
dan jasa- jasanya dan laporan ini dapat bemanfaat bagi penulis dan rekan- rekan
mahasiswa.

Palangka Raya, November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan Umum dan Khusus................................................................... 2
C. Manfaat................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................... 3

BAB III HASIL PENGUMPULAN DATA DAN TINJAUAN KASUS.... 14

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 15

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................................... 17
B. Saran .................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DOKUMENTASI

ii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Presensi / Daftar Hadir Kelompok Mahasiswa


2. Jurnal Bimbingan Praktek Kebidanan Komunitas Komprehensif
3. Daftar Capaian Kompetensi Praktek
4. Log Book Kegiatan Harian
5. Askeb Hamil
6. Askeb Nifas
7. Askeb Bayi, Balita (pemantauan tumbuh kembang)
8. Askeb KB
9. Askeb Kesehatan Reproduksi
a. IVA
b. Sadanis
c. Penkes Remaja

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini perkembangan penduduk terjadi di seluruh dunia, terutama
perkembangan dalam bidang kesehatan. Tetapi masalah kesehatan merupakan
ancaman bagi negara-negara yang sedang berkembang sehingga masalah
kesehatan menjadi tidak terkontrol. Salah satu penyakit yang mengalami
peningkatan adalah kanker. Stigma masyarakat yang percaya tentang mitos
kanker yang salah satunya bahwa tidak ada yang dapat dilakukan terkait
dengan kanker. Hal ini menyebabkan seseorang takut apabila didiagnosis
kanker. Penyakit kanker sendiri sebenarnya dapat dicegah, diobati dan
disembuhkan jika diketahui lebih dini tanda dan gejala kanker (Depkes RI,
2014).
Penyakit kanker merupakan masalah kesehatan utama baik di dunia
maupun di Indonesia. Menurut World Health Organization (WHO) (2013)
dalam Depkes RI (2015), insidens kanker pada tahun 2008 sampai 2012
mengalami peningkatkan dari 12,7 juta kasus meningkat menjadi 14,2 juta
kasus. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia setelah penyakit
kardiovaskular. Diperkirakan pada tahun 2030 insidens kanker akan
meningkat mencapai 26 juta orang dan sebanyak 17 juta orang meninggal
akibat kanker. Dan kematian terbanyak yang disebabkan oleh kanker adalah
perempuan. Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency for
Research on Cancer (IARC) (2012) dalam Depkes RI (2015), insidens kanker
payudara sebesar 40 per 100.000 perempuan.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, angka
kejadian kanker payudara di Indonesia diperkirakan terdapat 61.682 orang
menderita kanker payudara. Angka kejadian kanker tertinggi di Indonesia
terjadi pada perempuan yaitu kanker payudara dan kanker leher Rahim.
2

Resiko kanker payudara meningkat sesuai bertambahnya usia bahkan usia


muda tidak menjamin aman dari kanker payudara.
Salah satu pencegahan kanker payudara dengan pemeriksaan payudara
sendiri. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan salah satu cara
yang efisien dan efektif sebagai pendeteksi dini kanker payudara selain
mamografi. Kegagalan penemuan secara dini kanker payudara dapat terjadi
dikarenakan kurangnya pengetahuan atau informasi yang diperoleh
masyarakat. Banyak penderita kanker payudara datang ke rumah sakit dengan
kondisi stadium lanjut dikarenakan penderita tidak merasa adanya perubahan
dengan kondisi payudaranya (Oemiati, Rahajeng, dan Kristanto, 2011).
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dapat dilakukan setelah seorang
wanita mendapatkan menstruasi. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) ini
bertujuan untuk mendapatkan tanda kanker payudara pada stadium yang lebih
dini (down staging) (Manuaba, 2010).

B. Tujuan Umum dan Khusus


1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan deteksi dini kanker payudara diharapkan ibu
mengetahui tentang bahaya kanker payudara.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang kanker payudara.
b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pemeriksaan SADARI.

C. Manfaat
Agar mahasiswa memahami dan lebih memberikan wawasan pada
masyarakat Desa Parahangan terutama pada wanita usia subur.
3

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kanker Payudara
1. Pengertian Kanker Payudara
Kanker adalah sekelompok penyakit yang menyebabkan sel-sel
dalam tubuh berubah dan tumbuh di luar kendali. Sebagian besar jenis sel
kanker akhirnya membentuk benjolan atau massa yang disebut tumor, dan
diberi nama sesuai bagian tubuh tempat tumor berasal (WHO, 2016).
Kanker payudara bermula dari jaringan payudara yang terdiri dari
kelenjar produksi susu, yang disebut lobulus, dan saluran yang
menghubungkan lobulus ke puting. Sisa dari payudara terdiri dari lemak,
jaringan ikat, dan jaringan limfatik. Kanker payudara biasanya terdeteksi
baik lewat skrining, sebelum atau sesudah gejala muncul, ketika seorang
wanita merasakan adanya benjolan. Sebagian besar massa yang terlihat
pada mammogram dan sebagian besar benjolan payudara bisa saja
merupakan tumor jinak; yaitu, benjolan bukan kanker yang tidak tumbuh
atau menyebar, dan tidak membahayakan kesehatan.
Ketika hasil pemeriksaan payudara klinis mencurigai adanya
kanker, diperlukan analisis mikroskopis lebih lanjut pada jaringan
payudara tersebut untuk diagnosis definitif dan menentukan luasnya
penyebaran kanker (in situ atau invasif), serta pola penyakit. Jaringan
untuk analisis mikroskopik dapat diperoleh melalui jarum atau biopsi.
Pemilihan jenis biopsi didasarkan pada faktor klinis individu pasien,
ketersediaan perangkat biopsi, dan ketersediaan sumber daya (American
Cancer Society, 2013).

2. Faktor Risiko Kanker Payudara


Secara umum, penyebab kanker belum diketahui secara pasti,
termasuk penyebab kanker payudara. Namun, ada beberapa faktor internal
4

dan ekstrnal yang meningkatkan risiko seseorang terkena kanker payudara


(WHO, 2016).
Beberapa faktor risiko kanker payudara yang tidak dapat diubah,
antara lain jenis kelamin, usia, riwayat keluarga, usia menstruasi dini, dan
usia menopause terlambat. Sedangkan faktor lain yang berhubungan
dengan peningkatan risiko kanker payudara, diantaranya obesitas
pascamenopause, penggunaan hormon estrogen dan progestin di masa
menopause, perilaku merokok, dan konsumsi alkohol adalah faktor risiko
yang dapat diubah (CDC, 2016).
Berikut ini adalah beberapa faktor risiko kanker payudara menurut
American Cancer Society (2013) yang dikelompokkan dalam tiga
tingkatan relative risk, yaitu:
a. Relative risk 1.1 – 2.0, diantaranya: konsumsi alkohol berlebihan,
kurang aktivitas fisik, pernah terpapar dietilstilbestrol (DES), usia
menarche dini (< 12 tahun), status sosial ekonomi tinggi, mengalami
kehamilan pertama saat berusia di atas 30 tahun, usia menopause
terlambat (> 55 tahun), tidak pernah menyusui anak, obesitas pasca
menopause, riwayat pribadi kanker endometrium, kanker ovarium,
dan kanker usus besar; penggunaan terapi hormon menopause yang
mengandung estrogen dan progestin dalam jangka panjang,
penggunaan kontrasepsi oral;
b. Relative risk 2.1 – 4.0, diantaranya: wanita berusia > 50 tahun, sekitar
77% wanita yang didiagnosis kanker payudara berusia 50 tahun
keatas; kadar hormon endogen, estrogen atau testosteron yang tinggi
pasca menopause; pernah terpapar radiasi dosis tinggi di bagian dada;
wanita dengan riwayat kanker payudara dalam keluarga dekat (ibu,
saudara perempuan kandung) dua kali lebih berisiko terkena kanker
payudara;
c. Relative risk > 4.0, diantaranya: faktor keturunan genetik kanker
payudara (BRCA1 dan / atau BRCA2); riwayat karsinoma lobular in
situ; tekstur payudara padat secara mamografi; riwayat pribadi kanker
5

payudara di usia muda (<40 tahun); dua orang atau lebih keluarga
dekat (ibu, saudara perempuan kandung) didiagnosis kanker payudara
di usia muda (<40 tahun).

3. Gejala Kanker Payudara


Menurut National Breast Cancer Foundation (2015), beberapa
gejala kanker payudara diantaranya:
a. Puting terasa lembek, ada benjolan atau penebalan di payudara atau
daerah ketiak dan sekitarnya;
b. Perubahan tekstur kulit atau pembesaran pori-pori kulit payudara
(mirip tekstur kulit jeruk);
c. Ada benjolan di payudara (penting untuk diingat bahwa semua
benjolan harus diperiksa lebih lanjut oleh petugas kesehatan, sebab
tidak semua benjolan adalah kanker);
d. Perubahan abnormal pada ukuran atau bentuk payudara;
e. Lesung pada payudara;
f. Pembengkakan abnormal pada payudara (terutama jika terjadi hanya
pada satu sisi);
g. Penyusutan abnormal pada payudara (terutama jika terjadi hanya pada
satu sisi);
h. Asimetris abnormal pada payudara (meskipun umumnya satu
payudara sedikit lebih besar dari yang lainnya, jika keadaan
asimetrisnya terlihat tidak normal, harus diperiksa);
i. Puting berubah posisi atau terlihat masuk ke dalam payudara;
j. Terdapat sisik, kemerahan, bengkak atau perubahan kulit mirip tekstur
kulit jeruk pada kulit payudara, areola, atau puting;
k. Nipple discharge, atau keluarnya cairan jernih dari puting saat tidak
sedang hamil/menyusui; atau keluar darah dari puting (meskipun tidak
selalu berhubungan dengan kanker payudara, kondisi ini harus
diperiksakan ke dokter).
6

4. Pencegahan Kanker Payudara


Menurut CDC (2016), ada banyak faktor yang selama seumur hidup
dapat mempengaruhi risiko seorang wanita terkena kanker payudara.
Beberapa faktor tidak dapat diubah, seperti pertambahan usia atau riwayat
kanker payudara dalam keluarga.
Namun, setiap wanita dapat mencegah dirinya mengalami kanker
payudara dengan menjaga kesehatan pribadi, diantaranya dengan menjaga
berat badan ideal, berolahraga secara teratur (minimal empat jam
seminggu), jam tidur yang cukup dan teratur, membatasi konsumsi
minuman beralkohol, menghindari paparan bahan kimia yang dapat
menyebabkan kanker (karsinogen) dan bahan kimia yang mengganggu
fungsi normal tubuh, membatasi paparan radiasi dari tes pencitraan medis
seperti X-ray, CT scan, dan PET scan jika tidak terlalu diperlukan secara
medis, berdiskusi dengan dokter saat memutuskan untuk menggunakan
terapi penggantian hormon atau kontrasepsi oral (pil KB), tentang risiko
yang mungkin timbul, serta menyusui setiap anak jika memungkinkan.

5. Deteksi Dini Kanker Payudara


Menurut Shadine (2009) dalam Hastuti (2010), tujuan deteksi dini
kanker payudara adalah untuk mengetahui gejala-gejala yang dapat
meningkatkan peluang terjadinya kanker payudara. Berikut ini adalah
beberapa metode deteksi dini kanker payudara menurut American Cancer
Society (2015):
a. Mammogram
Mammogram secara rutin dapat membantu mendeteksi kanker
payudara pada tahap awal. Mammogram dapat menemukan perubahan
pada payudara yang mengarah kepada kanker, bertahun-tahun
sebelum gejala fisik muncul. Hasil penelitian beberapa dekade
belakangan ini menunjukkan bahwa wanita yang melakukan
mammogram secara teratur biasanya menemukan kanker payudara di
tahap awal, sehingga tidak memerlukan penanganan yang berat
7

(seperti pembedahan untuk mengangkat seluruh payudara/mastektomi


atau kemoterapi), dan lebih mudah untuk disembuhkan (American
Cancer Society, 2015). Berikut pedoman mammogram menurut
American Cancer Society (2015): (1) Wanita usia 40-44 harus
memiliki opsi untuk skrining tahunan kanker payudara dengan
mammogram apabila mereka ingin melakukannya. Risiko serta
manfaat skrining harus dipertimbangkan; (2) Wanita usia 45-54 harus
melakukan mammogram setiap tahun; (3) Wanita usia 55 ke atas
perempuan harus beralih ke mammogram setiap dua tahun, atau
memiliki pilihan untuk melanjutkan pemeriksaan tahunan; (4)
Skrining harus terus dilakukan selama seorang wanita dalam keadaan
sehat dan masih memiliki harapan hidup 10 tahun lagi atau lebih; (5)
Semua wanita harus memahami manfaat, keterbatasan, dan potensi
berbahaya terkait skrining kanker payudara. Setiap wanita juga harus
akrab dengan keadaan normal payudaranya dan segara melaporkan ke
penyedia layanan kesehatan apabila menemukan ketidaknormalan
pada payudara.
b. Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS)
Pemeriksaan payudara klinis dilakukan oleh profesional kesehatan
yang sudah terlatih untuk mengenali berbagai jenis kelainan pada
payudara. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh dokter keluarga
atau dokter kandungan pada saat medical check up tahunan.
Berikut langkah-langkah pemeriksaan payudara klinis (SADANIS)
menurut National Breast Cancer Foundation (2015):
1) Selama pemeriksaan payudara klinis, petugas kesehatan akan
memeriksa penampilan luar payudara. Pasien mungkin diminta
untuk mengangkat tangan di atas kepala, menggantungkan tangan
di sisi tubuh, atau menekan tangan di pinggul. Postur ini
memungkinkan petugas kesehatan untuk melihat perbedaan ukuran
atau bentuk pada payudara. Kulit yang menutupi payudara
diperiksa untuk mengecek adanya ruam, lesung, atau tanda-tanda
8

abnormal lainnya. Bagian puting diperiksa untuk melihat apakah


ada cairan keluar ketika diberi remasan ringan;
2) Menggunakan ujung jari, petugas kesehatan akan memeriksa
seluruh payudara, ketiak, dan daerah tulang selangka untuk mencari
benjolan atau kelainan. Perlu dicatat bahwa beberapa wanita
memiliki jaringan payudara yang tampaknya penuh benjolan
berserat kecil di seluruh jaringan payudara, yang dikenal sebagai
payudara fibrokistik. Kondisi jaringan semacam ini akan dicatat
oleh petugas kesehatan namun tidak berhubungan dengan kanker;
3) Jika benjolan ditemukan, petugas kesehatan akan memperhatikan
ukuran, bentuk, dan teksturnya, untuk melihat apakah benjolan
tersebut sifatnya mudah berpindah atau tidak. Benjolan bersifat
jinak biasanya terasa berbeda dari benjolan yang bersifat kanker.
Namun, setiap benjolan yang ditemukan akan diperiksa dengan
tindakan diagnostik lebih lanjut.
Pemeriksaan payudara klinis merupakan bagian penting dari
deteksi dini kanker payudara. Meskipun sebagian besar benjolan
ditemukan melalui SADARI, seorang petugas kesehatan mungkin
dapat menemukan kelainan yang luput dari perhatian pasien.

c. Periksa payudara sendiri (SADARI)


Wanita dewasa berusia 20 tahun ke atas dianjurkan untuk
melakukan SADARI paling sedikit sebulan sekali. Pusat Medis Johns
Hopkins menyatakan bahwa 40% dari diagnosis kanker payudara
pertama kali terdeteksi oleh wanita yang merasakan adanya benjolan,
sehingga sangat penting untuk melakukan SADARI secara reguler
(National Breast Cancer Foundation, 2015).
9

B. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)


1. Pengertian SADARI
SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri yang bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya kanker payudara pada wanita.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan cermin dan dilakukan
oleh wanita yang berumur 20 tahun ke atas. Indikasi utama SADARI
adalah untuk mendeteksi terjadinya kanker payudara dengan mengamati
payudara dari depan, sisi kiri dan sisi kanan, apakah ada benjolan,
perubahan warna kulit, puting berisik dan pengeluaran cairan atau nanah
dan darah (Olfah dkk, 2013). American Cancer Society
merekomendasikan agar sejak usia 20 tahun, kaum wanita memeriksakan
payudaranya setiap tiga tahun sekali sampai usia 40 tahun. Sesudahnya
pemeriksaan dapat dilakukan sekali dalam setahun. Meskipun sebelum
umur 20 tahun benjolan pada payudara bisa dijumpai, tetapi potensi
keganasannya sangat kecil (Setiati, 2009).
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah pengembangan
kepedulian seorang wanita terhadap kondisi payudaranya sendiri.
Tindakan ini dilengkapi dengan langkah-langkah khusus untuk
mendeteksi secara awal penyakit kanker payudara. Kegiatan ini sangat
sederhana dan dapat dilakukan oleh semua wanita tanpa perlu merasa
malu kepada pemeriksa, tidak membutuhkan biaya, dan bagi wanita yang
sibuk hanya perlu menyediakan waktunya selama kurang lebih lima
menit. Tidak diperlukan waktu khusus, cukup dilakukan saat mandi atau
pada saat sedang berbaring. SADARI sebaiknya mulai dilakukan saat
seorang wanita telah mengalami menstruasi. Tingkat sensitivitasnya
(kemampuannya untuk mendeteksi kanker payudara) dalah sekitar 20-
30% (Nisman, 2011).
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) untuk mendeteksi kanker
payudara adalah cara termudah dan termurah mengetahui adanya
benjolan yang kemungkinan besar berkembang menjadi kanker ganas.
SADARI atau periksa payudara sendiri dengan rutin merabanya
10

merupakan langkah penting untuk deteksi dini kanker payudara.


Kebiasaan karena mudah, murah, cepat, dan efektif untuk semangkin
“mengenal” dan menyadari jika terdapat suatu hal yang tidak normal
pada payudara.
Sebaiknya jangan tunggu ada benjolan di payudara karena jika hal
itu sudah terjadi, maka kemungkinan menderita kanker payudara stadium
1 lebih besar. Pemeriksaan melalui ultrasonografi dan mamografi harus
dilakukan secara berkala. Untuk wanita yang berusia 50 tahun ke atas,
disarankan setiap tahun. Sementara yang berumur di bawah itu, bisa tiga
tahun sekali. Meski begitu, jika ada benjolan, yang terdeteksi kanker
payudara dari lima wanita yang merasa ada benjolan paling hanya satu
(Olfah dkk, 2013).
Pemeriksaan payuadara sendiri (SADARI) adalah pemeriksaan
payudara sendiri untuk dapat menemukan adanya benjolan abnormal.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan sendiri tanpa harus pergi ke petugas
kesehatan dan tanpa harus mengeluarkan biaya. American Cancer
Society dalam proyek skrining kanker payudara menganjurkan
pemeriksaan SADARI walaupun tidak dijumpai keluhan apapun. Dengan
melakukan deteksi dini dapat menekan angka kematian sebesar 25-30%.
Dalam melakukan deteksi dini seperti SADARI diperlukan minat dan
kesadaran akan pentingnya kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidup
serta menjaga kualitas hidup untuk lebih baik (Mulyani, 2013).
Bentuk payudara biasanya berubah-ubah sebelum memasuki masa
menstruasi, biasanya payuadara terasa membesar, lunak, atau ada
benjolan dan kembali normal ketika masa menstruasi selesai. Yang
terpenting adalah mengenali perubahan mana yang biasa terjadi dan
mana yang tidak keadaan normal dari payudara sendiri. Pemeriksaan
payudar sendiri (SADARI) secara rutin untuk dapat merasakan dan
mengenal lekuk-lekuk payudara sehingga jika terjadi perubahan dapat
segera diketahui. Waktu terbai untuk memeriksa payudara adalah 7
sampai 10 hari setelah menstruasi selesai. Pada saat itu, payudara terasa
11

lunak. Pemeriksaan tidak tepat dilakukan pada menjelang dan sewaktu


menstruasi (Bustan, 2007).
SADARI optinum dilakukan pada sekitar 7-10 hari setelah awal
siklus menstruasi karena pada masa itu retensi cairan minimal dan
payudara dalam keadaan lembut, tidak keras, membengkak sehingga jika
ada pembengkakan akan lebih mudah ditemukan (Mulyani, 2013).

2. Siapa Yang Perlu Melakukan SADARI?


Menurut Nisman 2011, wanita yang dianjurkan melakukan
SADARI atau Breast Self Examination (BSE) untuk mengurangi memicu
kejadian kanker payudara waktu pelaksanaan SADARI sebagai berikut:
a. Dimulai sejak remaja.
b. Sebulan sekali, hari 7-10 dihitung sejak hari pertama haid.
c. Bila sudah menopause, dilakukan pada tanggal yang sama setiap
bulan.

3. Cara Melakukan SADARI


Adapun langkah-langkah melakukan SADARI adalah sebagai
berikut (Breastcancer.org, 2016):
a. Langkah I: Dimulai dengan melihat payudara di cermin dengan
tangan diangkat ke atas untuk mencari tanda-tanda abnormal, seperti:
(1) Apakah payudara memiliki ukuran, bentuk, dan warna seperti
biasanya, (2) Penampakan payudara rata tanpa terlihat distorsi atau
bengkak; (3) Dimpling (permukaan tertarik/cekung), puckering
(kerutan), atau bengkak pada kulit; (4) Puting susu berubah posisi
atau tertarik ke dalam; (5) Kemerahan, rasa nyeri, ruam, atau
pembengkakan pada payudara;
12

Gambar 3.1

b. Langkah II: Selanjutnya, posisi bahu lurus dan posisi lengan di


pinggang, dan lakukan seperti pada langkah I;

Gambar 3.2

c. Langkah III: Kemudian tekan payudara ke atas dan bawah dari


ketiak hingga belahan dada dan rasakan apakah ada benjolan,
lakukan hal yang sama pada payudara lainnya;

Gambar 3.3

d. Langkah IV: Berikutnya, lakukan gerakan melingkar dimulai dari


payudara bagian luar hingga ke puting. Pastikan untuk merasakan
semua jaringan dari belakang sampai depan payudara: untuk kulit
dan jaringan di bawahnya, gunakan tekanan ringan. Sedangkan
untuk jaringan yang lebih dalam gunakan tekanan yang kuat;
13

Gambar 3.4

e. Langkah V: Langkah selanjutnya, tekan payudara ke arah puting


untuk melihat apakah ada cairan yang keluar. Cairan yang perlu
diwaspadai seperti cairan kuning berbau, darah, dan keluar air susu
padahal tidak sedang menyusui;

Gambar 3.5

f. Langkah VI: Dilakukan dengan posisi berbaring, lakukan hal yang


sama seperti pada langkah III dan IV.

Gambar 3.6
BAB III

HASIL PENGUMPULAN DATA DAN TINJAUN KASUS

A. Hasil Pengumpulan Data


Nama Kepala Keluarga : Tn. A
Jenis kelamin : Laki – laki
Umur : 49 Tahun
Agama : Kristen Protestan
Suku Bangsa : Dayak
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Trans RT. 01 Desa Parahangan

Hubungan
No Nama Umur Sex Pendidikan Pekerjaan Ket
Keluarga
1. Tn. A 49 th Laki-laki Suami SMP Swasta
2. Ny. M 44 th Perempuan Istri SMP Swasta
3. Ny. A 28 th Perempuan Anak SMA IRT
4. An. M 16 th Laki-laki Anak SMA Pelajar
5. Ny. L 70 th Perempuan Ibu - -
6. An. M 4 th Perempuan Cucu - -

B. Tinjauan Kasus
Masalah yang ditemukan adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang
pentingnya melakukan deteksi dini kanker payudara menggunakan teknik
periksa payudara sendiri (SADARI).

BAB IV

PEMBAHASAN

14
Pada pembahasan ini, mahasiswa akan membandingkan praktek belajar
lapangan, khususnya pada Ny. M warga Desa Parahangan RT.001, Kecamatan
Kahayan Tengah, Kabupaten Pulang Pisau.

A. Pengumpulan Data
Pada tahap pengkajian ini data diperoleh melalui observasi dan wawancara
yang dilakukan secara kunjungan rumah. Kegiatan pengkajian dilakukan
pendekatan, analisis data dan perumusan masalah. Dalam kegiatan pengkajian
terdapat kesulitan antara lain, kesulitan menemui responden. Namun dalam
menghadapi kesulitan-kesulitan tersebut, mahasiswa berusaha keras
melakukan pendekatan dan waktu yang seefektif mungkin dan mengkunjungi
kembali responden untuk menerima tanggapan dari responden.

B. Perencanaan Data
Tahap perencanaan yang terdiri atas rumusan dan penyusunan rencana
tindakan telah dilaksanakan sesuai dengan prioritas masalah yang ada.
Rencana yang disusun merupakan rencana kerja yang dilaksanakan oleh
masyarakat, dari masyarakat dan untuk masyarakat dengan mahasiswa
sebagai fasilitator. Dalam hal ini terfokus pada keluarga Ny. M.

C. Pelaksanaan
Pelaksanaan disesuaikan dengan waktu senggang Ny. M pada prioritas ini
kegiatan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan yang dirasakan dan kebutuhan
nyata yang ada di lapangan dengan menekan upaya promotif dan preventif.
Berikut ini masalah yang ditemukan dan solusi atau alternative pemecahan
masalah yang dilakukan mahasiswa pada langkah implementasi.

15
16

1. Pengetahuan Tentang Deteksi Dini Kanker Payudara dengan


SADARI
Penyuluhan ini dilakukan untuk memberikan informasi tentang
pentingnya melakukan deteksi dini kanker payudara. Salah satu tekniknya
yaitu SADARI, karena sangat mudah dilakukan dan tanpa mengeluarkan
biaya sepeserpun.
Penyuluhan tentang SADARI yang diberikan pada Ny. M pada tanggal 10
November 2019 di kediamannya pada pukul 14.00 WIB

D. Evaluasi
1. Pengetahuan Tentang Macam-Macam Alat Kontrasepsi
Penyuluhan ini dilakukan untuk memberikan informasi tentang
pentingnya melakukan deteksi dini kanker payudara karena tingginya
angka kematian yang disebabkan oleh kanker payudara. Mahasiswa juga
memberitahu persyaratan melakukan SADARI dan mengajarkan ibu
langkah-langkah melakukan SADARI.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil analisa ditemukan bahwa terdapat masalah berupa kurangnya
pengetahuan Ibu tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara yang dapat
dilakukan menggunakan teknik SADARI. Setelah dilakukannya penyuluhan,
Ibu mengerti bahaya kanker payudara, mengetahui apa itu SADARI,
bagaimana cara melakukan SADARI dan Ibu bersedia mengikuti anjuran
untuk melakukan SADARI setiap bulannya.

B. Saran
1. Puskesmas
Agar dapat secara proaktif menjalin kerjasama dan menindak lanjuti
kegiatan yang telah dilaksanakan.
2. Masyarakat
Agar dapat meningkatkan partisipasi dalam kegiatan peningkatan
kesehatan melalui upaya promotif dan preventif.
3. Mahasiswa
Agar secara proaktif meningkatkan keterampilan dan wawasan dalam
memberikan asuhan.

17
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. (2015). Recommendations For Early Breast Cancer
Detection In Women Without Breast Symptoms. Available:
http://www.cancer.org/cancer/breastcancer/moreinformation/breastcancerear
lydetection/breast-cancer-early-detection-acs-recs.
Mulyani, N. S. (2013). Kanker Payudara dan PMS Pada Kehamilan. Yogyakarta:
Nua Medika.
National Breast Cancer Foundation. (2015). Signs and Symptoms. Available:
http://www.nationalbreastcancer.org/breast-cancer-symptoms-and-signs.
Nisman, W. A. (2011). Lima menit kenali payudara anda. Yogyakarta: CV. Andi
Offset.
Olfah, Y.dkk. (2013). Kanker Payudara dan SADARI. Yogyakarta: Nuha Medika.

18

Anda mungkin juga menyukai