Anda di halaman 1dari 27

Patofisiologis Kasus Kebidanan

Dosen Pengampu : Oktaviani SSiT,.M.Keb

Eviza Kharisma Nadya


PO.62.24.2.20.336

Profesi Kebidanan
Uroginekologi
Kebidanan
Terdiri dari apa saja ?
01 Inkontinensia Urine
.

02 Inkontinensia Fekalis

03 Frolaps Organ Panggul


.

04 Fistula Urogenital

05 Dispareunia
01 Inkontinensia Urine

Inkontinensia urine adalah pengeluaran urin tanpa


disadari dalam jumlah dan frekuensi yang cukup
sehingga mengakibatkan masalah gangguan
kesehatan dan sosial. Variasi dari inkontinensia
urin meliputi keluar hanya beberapa tetes urin saja,
sampai benar-benar banyak, bahkan terkadang
juga disertai inkontinensia alvi (disertai
pengeluaran feses). Inkontinensia Urine (IU) atau
yang lebih dikenal dengan beser sebagai bahasa
awam merupakan salah satu keluhan utama pada
penderita lanjut usia
Etiologi Patofisiologi
inkontinensi urin berdasarkan tipe nya

 
1. Gangguan saluran kemih bagian
bawah bisa karena infeksi
2. Inkontinensia Urine juga bisa
terjadi karena produksi urin 1. Uretra hipermobilitas
berlebih karena berbagai sebab 2. Stress Inkontinensia
3. Gangguan kemampuan ke toilet 3. Urgency Inkontinensia
bisa disebabkan oleh penyakit 4. Overflow Inkontinensia
kronik, trauma, atau gangguan
mobilitas.
4. lansia
5. menurunnya kadar hormon
estrogen pada wanita di usia
menopause (50 tahun ke atas)
Manifestasi Klinis Faktor Resiko

1. Kondisi kesehatan secara umum/ riwayat


1. Inkontinensia stres: keluarnya urin selama
keluarga yang menderita DM
batuk, mengedan, dan sebagainya.
2. Bertambahnya usia yang membuat kapasitas
Gejala-gejala ini sangat spesifik untuk
kandung kemih menurun
inkontinensia stres.
3. Merokok dan sering terpapar asap rokok
2. Inkontinensia urgensi: ketidakmampuan
4. Bronkitis yang membuat orang sering batuk
menahan keluarnya urin dengan
5. Trauma atau cedera kandung kemih atau
gambaran seringnya terburu-buru untuk
uretra
berkemih.
6. Stoke, Parkinson disease
3. Tidak bisa menahan untuk miksi
7. Batu pada kandung kemih
4. Terdapat rembesan urin
8. Konstipasi
5. Urin keluar sebelum sampau tempatnya
9. Konsumsi alkohol
6. Frekuensi urin bertambah
10. Konsumsi cafein atau minuman bersoda
7. Pasien tidak merasa puas saat berkemih
terlalu banyak
8. Urin menetes
11. Penggunaan obat diuretic, antidepresan,
9. Keluar urin tanpa disadari
sedative, narcotic dan obat – obat diet
Diagnosis

Pemeriksaan
Anamnesa Pemeriksan Fisik
Penunjang

Penatalaksanaan

Mengontrol
Mengurangi Mempertahankan
Inkontinensia
faktor resiko homeostasis
urin
Pencegahan

Menjaga diri agar


terhindar dari
Berhenti merokok Makan tinggi serat
penyakit yang
dan jauhi asap agar terhindar dari
dapat
rokok orang lain sembelit
menyebabkan
inkontinensia urin

Mengurangi
konsumsi cafein Berhenti konsumsi
Rajin berolahraga
dan minuman alkohol
bersoda

Jangan menahan- Untuk wanita,


Mengontrol berat
nahan keinginan jangan terlalu
badan agar tidak
untuk buang air sering hamil dan
kegemukan
kecil melahirkan
02 Inkontinensia Fekalis
Inkotinensia fekal adalah ketidakmampuan seseorang
dalam menahan dan mengeluarkan tinja pada waktu
dan tempat yang tepat. Perubahan pada kebiasaan
defekasi normal yang dikarakteristikan dengan pasase
feses involunter (Nanda Diagnose, 2009-
2011).

Penyebab utama timbulnya inkotinensia fekal adalah


masalah sembelit, penggunaan pencahar yang
berlebihan, gangguan saraf seperti demensia dan
stroke, serta gangguan kolorektum seperti diare,
neuropati diabetik, dan kerusakan sfingter rektum.
Patofisiologi

1. Inkontinensia fekal akibat konstipasi


2. Inkontinensia fekal simtomatik
3. Inkontinensia fekal akibat gangguan kontrol persyarafan
4. Inkontinensia fekal karena hilangnya refleks anal

Klinis inkontinensia alvi/fekal tampak dalam dua


keadaan: Feses yang cair atau belum berbentuk, sering
bahkan selalu keluar merembes dan keluarnya feses yang
sudah berbentuk, sekali atau dua kali perhari, dipakaian atau
ditempat tidur
Pemeriksaan fisik
• Pengkajian
1. Pola defekasi
2. Gambaran feses dan perubahan yang terjadi
3. Masalah eliminasi fekal
4. Masalah apa yang anda rasakan sekarang (sejak beberapa hari yang lalu) berkaitan
dengan BAB (konstipasi, diare, kembung, merembes / inkontinensia{tidak tuntas}) ?
5. Kapan dan berapa sering hal tersebut terjadi ?
6. Menurut anda kira-kira apa penyebabnya (makanan, minuman, latihan, emosi, obat-
obatan, penyakit, operasi) ?
7. Usaha apa yang anda lakukan untuk mengatasinya dan bagaimana hasilnya ?

• Pemeriksaan Penunjang
1. Anal Manometry
2. Anorectal Ultrasonography
3. Proctography,
4. Progtosigmoidoscopy,
Penanganan
1. Peningkatan Keteraturan Defekasi
2. Privacy
3. Waktu
4. Nutrisi dan Cairan
5. Untuk Konstipasi
6. Untuk Diare
7. Untuk Flatulensi
8. Latihan
9. Positioning
10. Obat-obatan
11. Mengurangi flatulensi
03 Frolaps Organ Panggul

pengertian
Prolaps organ panggul adalah turunnya organ pelvis
kedalam vagina yang disebabkan oleh perubahan anatomi
dasar panggul terutama pada wanita yang pernah
melahirkan dan sering diikuti oleh gejala gangguan
berkemih, buang air besar, seksual serta gangguan lokal
pelvis. Insidens prolaps organ panggul sulit ditentukan
karena banyak diantara wanita yang mengalami prolaps
organ panggul tidak mencari pertolongan medis. Organ
panggul Anda mencakup kandung kemih, uterus (rahim)
dan dubur (saluran bagian belakang).

Turunnya sebagian dari dinding posterior vesica urinaria


berhubungan dengan trauma saat persalinan. Peregangan,
penipisan atau laserasi pada fascia pubovesicocervical
akibat melahirkan bayi besar, multiparitas dan partus lama
meningkatkan derajat dan kemungkinan terjadinya
cistocele.
Klasifikasi
• Stadium I bila bagian prolapsus masih
diatas introitus vagina
• Stadium II bila bagian prolapsus sudah
mencapai introitus vagina
• Stadium III bila bagian prolapsus sudah
keluar dari introitus vagina
Gejala Klinis dan Kriteria
Diagnosis

1. Rasa berat atau menyeret di dalam vagina;


2. Ada sesuatu yang ‘turun’ atau gumpalan di dalam vagina;
3. Gumpalan yang menonjol keluar dari vagina, yang Anda
Pemeriksaan Fisik
lihat atau rasakan ketika Anda mandi;
4. masalah seksual seperti rasa sakit atau berkurangnya Pada cistokele (lebih dipilih yang kandung kencingnya penuh)
rasa; dapat kita termukan vaginal outlet yang lemas dengan dinding
5. Kandung kemih Anda mungkin tidak kosong sebagaimana yang tipis, agak halus, masa menonjol yang melibatkan
mestinya, atau aliran kencing anda mungkin lemah; dinding anterior vagina yang ada dibawah cervix. Apabila
6. Infeksi saluran kencing yang selalu kambuh; atau perineum ditekan dan pasien diminta untuk mengejan maka
7. Sulit bagi Anda untuk buang air besar. masa tersebut turun, menggembung atau menonjol dalam
introitus vagina tergantung dari derajat relaksasinya. Apabila
disertai uretrocele, maka akan kita dapatkan rotasi uretra dan
meatus externanya secara pelan-pelan kearah belakang atau
kedepan; pasien dengan kandung kencing terisi sebagian
diminta untuk batuk ketika sedang mengejan dapat
menggambarkan adanya stress inkontinensia urin.
Pemeriksaan Penunjang
faktor
1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan urin dari kateterisasi akan
-Multiaritas
menunjukkan adanya infeksi. Volume residu
urin ditentukan dengan kateterisasi setelah
pasien kencing.

2. Hasil Pemeriksaan Rontgen


Cytoscopy, membantu dalam penegakan
diagnosis. Dengan medium kontras pada Penatalaksanaan
kandung kencing dan mungkin suatu rantai Konservatif(Penanganan medis)
manik metal pada uretra, anteroposterior,
pada pandangan lateral dapat
menggambarkan adanya cystocele dan
1. Pessarium
hilangnya sudut uretrovesical posterior yang
2. Senam (latihan)
normal.
3. Estrogen
04 Fistula Urogenital

Fistula rektovaginalis adalah saluran abnormal berlapis epitel


yang menghubungkan rektum dan vagina . Fistula ini dapat
sangat mengganggu kehidupan pasien maupun dokter yang
menanganinya. Sebagian besar fistula rektovaginalis terletak di
atau sedikit di atas linea dentata. Fistula yang terletak di bawah
linea dentata seringkali tidak dianggap sebagai fistula
rektovaginalis, tetapi disebut sebagai fistula anovaginalis yang
membutuhkan penanganan yang sangat berbeda dengan fistula
rektovaginalis. Fistula anovaginalis biasanya mempunyai
diameter lebih kecil, saluran yang lebih panjang, melintasi
sfingter ani (trans-sphincter) dan tidak ada gangguan fungsi
sfingter. Sebaliknya, fistula rektovaginalis biasanya mempunyai
diameter yang lebih besar dan saluran yang lebih pendek dan
terletak di luar sfingter (extrasphincteric) dan berkaitan dengan
gangguan fungsi sfingter dan gejala inkontinensia
Klasifikasi
Etiologi
fistula rektovaginalis dapat dibagi dua:

Fistula dapat disebabkan karena kelainan kongenital 1. Fistula letak rendah (low fistula)
maupun kelainan didapat (acquired etiology). Berbagai yaitu fistula yang terletak di antara sepertiga bawah rektum dan
proses penyakit mulai dari trauma obstetrik, radang dan setengah bagian bawah vagina.
infeksi saluran cerna hingga keganasan dan terapi
radiasi dapat menyebabkan fistula rektovaginalis. Dari 2. Fistula letak tinggi (high fistula)
berbagai kelainan yang didapat, sebagian besar kasus yang terletak antara sepertiga tengah rektum dan bagian posterior
fistula disebabkan oleh persalinan atau trauma obstetrik. forniks vagina dan memerlukan pendekatan transabdominal untuk
Persalinan yang sulit dan lama serta episiotomi dapat koreksi pembedahan.
menyebabkan nekrosis septum rektovaginalis,robekan
perineum derajat 3 dan 4 dan pada akhirnya
menimbulkan fistula rektovaginalis
Manifestasi Kunis, Evaluasi Dan Penegakan Diagnosis

Gejala dan tanda klinis yang dialami oleh pasien tergantung pada ukuran dan lokasi fistula
rektovaginalis yang dideritanya. Gejala yang paling sering ditemukan adalah flatus (buang
angin) dan keluarnya feses cair dari vagina. Pasien juga dapat mengeluhkan adanya duh
vagina berbau dan vaginitis berulang.
Pemeriksaan fisik, terutama pemeriksaan vagina perlu dilakukan untuk menentukan letak
fistula, ukuran fistula, keutuhan jaringan sekitar dan fungsi stinter ani. Fistula dapat teraba
sebagai lekukan di bagian anterior garis medial rektum pada pemeriksaan palpasi dan pada
pemeriksaan vagina, mukosa fistula tampak lebih gelap yang tampak kontras dengan
permukaan mukosa vagina yang lebih terang. Feses di vagina dan tanda-tanda vaginitis di
mukosa vagina juga seringkali dapat ditemukan
Penatalaksanaan

Beberapa kasus fistula rektovaginalis, misalnya fistula yang berukuran sangat kecil dan gejala
klinis yang ringan dapat berespons pada pemberian obat yang mengendalikan fungsi saluran
cerna dan obat penghenti diare. Sayangnya, sebagian besar kasus memerlukan penanganan
bedah.
05 Dispareunia

Dispareunia berasal dari kata Yunani kuno yang berarti «sulit kawin
atau menikah (diffi cult mating)» atau «jodoh yang buruk» apapun
penyebabnya, “pasangan buruk yang tidak selalu serasi/harmonis”.
Istilah dyspareunia dahulu pernah dipakai di Inggris hanya untuk
mengacu ke nyeri senggama dengan penyebab organik.Dispareunia
berarti nyeri alat kelamin yang menetap atau berulang, yang berkaitan
dengan hubungan seksual (masuknya penis ke vagina) atau upaya
memasukkan objek ke vagina (baik sebagian atau keseluruhan), yang
menyulitkan diri sendiri atau menimbulkan ketidaknyamanan.
Etiologi Anamnesis

1. Vulva 1. Kapan (saja) dan di mana lokasi nyeri?


2. Apakah nyeri di awal penetrasi atau setelahnya?
2. Vagina 3. Apakah ada nyeri perut? Bagaimana dengan nyeri di
3. Pelvis (rongga panggul) sekitar perut?
4. Obat 4. Apakah penderita merasakan ”terlalu sempit” untuk
5. Psikis (Psikogenik) penetrasi?
5. Apakah nyeri setiap saat senggama?
6. Faktor psikososial 6. Keluhan lain. Apakah penderita depresi/ stres?
Apakah disertai keputihan?
7. Apakah didahului dengan foreplay. Apakah lubrikasi
sudah mencukupi?
8. Bagaimana relasi pasangan?
9. Bagaimana arti menjadi orang tua? Apakah
kehamilannya dikehendaki, direncanakan, atau tidak
pernah diinginkan? Apakah bayi tidur bersama?
Apakah sedang menggunakan kontrasepsi? Apakah
sedang menyusui?
10. Riwayat trauma seksual masa lalu
11. Riwayat dispareunia sebelumnya
12. Riwayat persalinan, episiotomi
13. Riwayat konsumsi obat:
Pemeriksaan Fisik Dan
Penunjang

Pemeriksaan fisik terutama evaluasi perut,


pelvis/panggul serviks, dan vagina untuk
memastikan penyebab dispareunia.
Pemeriksaan colposcopic vulva, pemeriksaan
sensoris menggunakan kapas lembap untuk
menentukan area nyeri dilakukan secara
sistematis di semua area anogenital, termasuk:
labia majora, preputium klitoris, perineum, dan
intralabial sulci.

Pemeriksaan laboratorium dilakukan sesuai


indikasi. Pemeriksaan darah diperlukan untuk
mengevaluasi kadar serum estradiol,
testosteron total, testosteron bebas, albumin,
sex hormone-binding globulin, follicle Pemeriksaan sensoris dengan menggunakan
stimulating hormone, dan prolaktin. kapas lembap yang bertujuan untuk menentukan
area nyeri atau untuk menentukan sumber nyeri
dilakukan secara sistematis di semua area
termasuk labia majora, preputium klitoris,
perineum
Pemeriksaan Dalam ( Vaginal
toucher)
• Pemeriksaan dalam
dilakukan dengan
memasukkan satu jari ke
dalam vagina untuk yang
bertujuan mengevaluasi
ada tidaknya disfungsi otot
dasar panggul, adanya
kelaianan dari uretra,
kandung kemih, dan
serviks yang dapat menjadi
penyebab dispareunia.
Pencegahan Pencegahan

1. Menciptakan suasana dan mencarilingkungan romantis.


Farmakoterapi : 2. Membina dan menjalin komunikasi seksual yang terbuka
Pemakaian anestesi lokal (misalnya lidokain baik sebelum, selama,dan setelah melakukan hubungan
topikal) atau salep kortikosteroid. Alternatif seks.
medikamentosa lainnya berupa fluconazole dan 3. Mencoba berbagai variasi atau metode alternatif tentang
cromolyn cream. ekspresi seksual termasuk berfokus kepada sensasi
seksual; mencatat munculnya pikiran-pikiran negatif dan
Non Farmakoterapi menganalisis saat nyeri seksual muncul
terapi fisik (seperti electromyographic biofeedback) 4. Edukasi dan konseling berkesinambungan dan
dan cognitive-behavioral therapy (CBT). Terapi fisik berkelanjutan guna mengubah paradigma negatif
ini bertujuan untuk mengendalikan dan masyarakat tentang seks (misalnya, bicara seks itu tabu).
merelaksasikan otot dasar panggul. Sedangkan fokus 5. Konseling dan terapi kesehatan seksual sebelum,
utama program CBT adalah manajemen nyeri, selama, dan setelah masa persalinan atau melahirkan.
perbaikan, sekaligus peningkatan fungsi seksual
terutama peningkatan hasrat seksual.
THANK YOU
Insert the Subtitle of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai