1. PENDAHULUAN
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut
tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Imunisasi dasar merupakan imunisasi rutin
yang diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun (PMK No.12, 2017). Imunisasi dalam
pemberiannya terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar berdasarkan
indikator cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) yang meliputi HB0 1 kali, BCG 1 kali, DPT-HB-
Hib 3 kali, Polio 4 kali dan campak 1 kali pada bayi usia 1 tahun dengan cakupan minimal 85
persen dari jumlah sasaran bayi di desa (Triana, 2017)
Setiap tahun lebih 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai penyakit yang
sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke
dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain: Difteri, Tetanus,
Hepatitis B, radang selaput otak, radang paruparu, pertusis, dan polio. Anak yang te lah diberi
imunisasi akan terlindungi dan terhindar dari kesakitan, kecacatan atau kematian.
Diperkirakan1,7 juta kematian atau 5% terjadi pada balita di Indonesia adalah akibat PD3I. WHO
memperkirakan kasus TBC di Indonesia merupakan nomor 3 terbesar di dunia setelah Cina dan
India dengan asumsi prevalensi BTA (+) 130 per 100.000 penduduk. Sejak tahun 1991, kasus
pertusis muncul sebagai kasus yang sering dilaporkan diIndonesia, sekitar 40% kasus pertusis
menyerang balita. Kemudian insiden tetanus di Indonesia untuk daerah perkotaan sekitar 67
per1000 kelahiran hidup, sedangkan di pedesaan angkanya lebih tinggi sekitar 23 kalinya yaitu
1123 per1000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian kirakira 60.000 bayi setiap tahunnya.
Selanjutnya, Hepatitis B diperkirakan menyebabkan sedikitnya satu juta kematian pertahun.
Sedangkan untuk kasus polio, data terakhir dilaporkan secara total terdapat 295 kasus polio
yang tersebar di 10 Provinsi dan 22 kabupaten/kota di Indonesia. Demikian juga dengan kasus
campak, angka kejadiannya tercatat 30.000 kasus pertahun yang dilaporkan. Kasus PD3I yang
sangat menjadi perhatian yang besar akhirakhir ini adalah dilaporkan beberapa daerah di
Indonesia dinyatakan telah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri. Angka kematian akibat
difteri di Indonesia sekitar 15% dan terus mengalami peningkatan (Triana, 2017).
Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Pemerintah, bertanggungjawab menetapkan sasaran jumlah penerima imunisasi, kelompok
umur serta tata cara memberikan vaksin pada sasaran. Pelaksaan program imunisasi dilakukan
oleh unit pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta. Institusi swasta dapat memberikan
pelayanan imunisasi sepanjang memenuhi persyaratan perijinan yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan, Di Indonesia pelayanan imunisasi dasar/ imunisasi rutin dapat
diperoleh melalui Pusat pelayanan yang dimiliki oleh pemerintah, seperti Puskesmas, Posyandu,
Puskesmas pembantu, Rumah Sakit atau Rumah Bersalin (Tinggi et al., 2018).
Setiap negara mempunyai program imunisasi yang berbeda, tergantung kepada priotitas
masalah kesehatan pada tiap-tiap negara. Penentuan jenis imunisasi didasarkan atas kajian ahli
dan analisa epidemiologi atas penyakit yang sering timbul. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pelaksaanaan imunisasi. Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan,
tingkat sosial ekonomi dan sebagainya (Tinggi et al., 2018)
Pendidikan yang dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan sangatlah berpengaruh
pada keberhasilan pelaksanaan imunisasi. Pendidikan kesehatan ini penting karena ketika
pengetahuan mengenai imunisasi ini tidak di pahami seutuhnya oleh masyarakat menyebabkan
terjadinya perbedaan persepsi pihak penyedia pelayanan kesehatan (puskesmas) dengan
masyarakat. Dikhawatirkan pemahaman yang keliru dapat membentuk sikap negatif terhadap
perilaku orang tua dalam membawa anaknya untuk di imunisasi (Fitri, 2018). Pengetahuan
tentang imunisasi yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan seperti masalah pengertian
dan pemahaman karena masih banyak ibu yang beranggapan salah tentang imunisasi yang
berkembang dalam masyarakat dan tidak sedikit orang tua yang khawatir terhadap efek
samping dari beberapa vaksin (Hidayah & Sihotang, 2017)
Beberapa hal yang beredar dalam masyarakat yang mempengaruhi target cakupan
imunisasi antara lain rumor yang salah tentang imunisasi, masyarakat berpendapat imunisasi
menyebabkan anaknya menjadi sakit, cacat atau bahkan meninggal dunia, pemahaman
masyarakat terutama orang tua yang masih kurang tentang imunisasi, dan motivasi orang tua
untuk memberikan imunisasi pada anaknya masih rendah. Black Campaign anti imunisasi saat
ini ‘gencar’ terjadi pada beberapa daerah di Indonesia, baik melalui seminar maupun talkshow
anti imunisasi. Selain melalui kegiatan secara umum, mereka melakukan gerakan pula melalui
media sosial seperti twitter, facebook, milis, atau blog. Halalharam vaksin, konspirasi negara
barat & Yahudi, dan efek samping vaksin yang dapat menyebabkan cacat, autisme, atau bahkan
kematian menjadi isu utama yang diusung oleh kelompok anti imunisasi ini (Triana, 2017).
Pendidikan kesehatan ini dapat diperoleh dari tenaga kesehatan yang melayani pasien.
Penelitian oleh Ventola (2016) secara konsisten menunjukkan bahwa tidak adanya atau
lemahnya rekomendasi dari penyedia layanan kesehatan adalah pendorong utama penyerapan
vaksin yang buruk. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan intervensi yang
menargetkan penyedia layanan kesehatan dan praktiknya, termasuk konseling pasien.
Pendidikan orang tua dan pasien yang diberikan oleh dokter perawatan primer dapat menjadi
sangat penting dalam memengaruhi penyerapan vaksin yang lebih tinggi.
Selain itu, bukti yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar pendekatan (kartu pos,
surat, telepon, atau kombinasi) menawarkan janji sebagai strategi untuk meningkatkan
penyerapan vaksinasi anak. Konsep reminder / recall yang dilakukan juga mudah dimodifikasi.
(Frew & Lutz, 2017). Reminder / recall atau “pengingat” orang tua dan dokter mengenai vaksin
yang akan datang dan “penarikan” vaksin yang sudah lewat adalah pendekatan berbasis bukti
lain untuk meningkatkan tingkat vaksinasi. Biasanya, intervensi ini menggunakan pendekatan
berbasis surat atau telepon dan dilembagakan pada tingkat praktik. 3 Namun, dengan kemajuan
dalam ESDM dan sistem informasi imunisasi lainnya, pengembangan baru dalam pengingat /
penarikan adalah untuk "memusatkan" proses sehingga lembaga koordinasi (seperti
departemen kesehatan) dapat mengimplementasikannya (Ventola, 2016).
Berdasarkan fenomena diatas menunjukkan hubungan antara pengetahuan ibu dan
tingkat kepercayaan ibu dengan penyedia layanan kesehatan di tempat imunisasi terhadap
keberhasilan pelaksanaan imunisasi dasar lengkap. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Edukasi Mengenai Imunisasi Dasar Lengkap
terhadap Ibu serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”
2. METODE
Dalam pengumpulan data pada karya tulis “Edukasi Mengenai Imunisasi Dasar Lengkap
Terhadap Ibu serta factor-Faktor yang Mempengaruhinya” menggunakan metode penelitian
kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah sebuah metode riset yang sifatnya deskriptif,
menggunakan analisis, mengacu pada data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan
pendukung.
Jenis data yang diperoleh untuk digunakan penulis dalam penyusunan karya tulis ini
berupa data primer dan data sekunder. Dalam penyusunan karya tulis ini, data-data penelitian
diperoleh melalui wawancara dan pengamatan (untuk data primer) dan studi kepustakaan
seperti buku, jurnal penelitian, maupun internet (untuk data sekunder). Wawancara dilakukan
kepada beberapa responden terkait penelitian yang dilakukan dan juga kepada dokter sebagai
tenaga kesehatan. Studi pustaka juga dilakukan dengan search engine data base jurnal NCBI,
Science Direct, Google Scholar, dan lain-lain untuk mencari jurnal evidence based medicine
sebagai referensi terkait masalah yang akan dibahas.
Hasil penelitian tersebut akan dikumpulkan dan dibandingkan satu sama lain. Hasil
penelitian berupa penjelasan diskriptif yang menjawab rumusan-rumusan masalah yang telah
ditentukan.
Jadwal imunisasi dilakukan pada hari 1 sampai ke 16 pada satu bulan. Hal ini diperlukan
untuk menghindari pembrosan vaksin karena imunisasi yang berada di setiap puskesmas itu
tidak dipungut biaya. Vaksin gratis ini juga merupakan salah satu factor tercapainya
pelaksanaan imunisasi karena dapat mencakup ke semua golongan. Misalkan vaksin BCG yang
seharusnya digunakan untuk lima orang dulu digunakan hanya untuk 3 atau 2 orang sesuai
yang datang ke puskesmas saat itu. Karena harga vaksin lumayan mahal jadi diusahakan
pemakaian vaksin untuk imunisasi dilakukan secara maksimal. Untuk memudahkan dalam
membentuk janji, penyedia layanan kesehatan membentuk grup via whatsapp bagi para ibu
yang memiliki anak berusia dibawah satu tahun
Dilihat dari sangat intensifnya pertemuan dan komunikasi yang dijalin antara penyedia
layanan kesehatan dengan para ibu dan pasien imunisasi sehingga memberikan rasa percaya
kepada ibu untuk mengimunisasi anaknya sesuai anjuran. Dimulai dari antenatal care sampai
konseling individu di tiap imunisasi sudah menggambarkan pengetahuan yang mumpuni yang
dimiliki oleh para ibu, dibuktikan dengan terpenuhinya seluruh rangkaian imunisasi dasar
lengkap bagi para bayi usia 1 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Yasin, Pratiwi, dan
Huzaimah (2019) yang menunjukkan hampir seluruh ibu yang berpengetahuan baik
memberikan Imunisasi Dasar Lengkap, dan hampir seluruh ibu yang berpengetahuan kurang,
tidak lengkap dalam memberikan Imunisasi Dasar pada bayinya.
Pendekatan di tingkat masyarakat adalah yang paling menantang untuk diterapkan,
karena membutuhkan waktu, tenaga manusia, dan sumber daya keuangan terbesar.100
Namun, upaya yang mendorong keterlibatan dan keterlibatan masyarakat sering berdampak
besar (yaitu mencapai sejumlah besar peserta) .37,38 Dalam sebuah penelitian yang bertujuan
mengurangi disparitas imunisasi anak yang diakui antara anak-anak dalam kota, perkotaan, dan
pinggiran kota, cakupan imunisasi di antara anak-anak dalam kota 24 tahun meningkat sebesar
29 poin persentase dari tahun 1993 hingga 1996 sebagai hasilnya intervensi pengingat,
mengingat, dan penjangkauan (RRO) (Frew & Lutz, 2017). Oleh karena itu, pengingatan yang
dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan puskesmas Kebonagung, Kabupaten Pacitan
terbukti sangatlah baik dan menyeluruh karena berhasil mengarahkan para ibu untuk
melakukan imunisasi dasar secara lengkap meskipun waktunya pelaksanaannya secara berkala
dan berbeda-beda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu dapat berperan penting dalam
upaya melakukan imunisasi dasar lengkap pada bayi. Hal ini ditunjukkan dari sebagian bayi
diimunisasi secara lengkap pada ibu yang pengetahuannya baik. Langkah-langkah edukasi pun
dinilai sudah sangat baik karena pengetahuan sudah mulai diberikan jauh hari sebelum para ibu
melahirkan dan terus berlanjut sampai akhirnya selesai masa pemberian imunisasi. Ditambah
dengan faktor “pengingat” yang secara efektif membantu keberhasilan proses imunisasi. Dan
juga faktor kedekatan antara ibu, pasien dan penyedia layanan kesehatan turut mengambil
peran penting untuk keberhasilan imunisasi ini.
4. SIMPULAN
Setelah dilakukan pendekatan analisis dapat disimpulkan bahwa Puskesmas
Kebonagung, Kabupaten Pacitan telah berhasil mencakup seluruh ibu dan pasien untuk
melakukan imunisasi dasar lengkap sesuai waktunya. Hal ini sebanding dengan pengetahuan
dan pemahaman ibu terkait imunisasi. Tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu yang baik
terbukti berhubungan erat dengan keberhasilan pelaksanaan imunisasi dasar lengkap. Untuk
meningkatkan pengetahuan tersebut diperlukannya edukasi secara berkala dan kepercayaan
antara ibu dengan penyedia pelayanan masyarakat. Kepercayaan yang tinggi ini bisa menghalau
segala isu negatif yang beredar yang belum pasti kebenarannya.
5. SARAN
Ibu memiliki peran penting dalam membuat keputusan bagi pelaksanaan imunisasi dasar
lengkap. Sehingga besarnya keberhasilan imunisasi dasar lengkap sebanding dengan
pengetahuan yang para ibu miliki terkait imunisasi itu sendiri. Oleh karena itu, edukasi yang
dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan haruslah sangat menyeluruh dan bisa menjangkau
ke seluruh golongan. Tak lupa dengan memperkuat hubungan kepercayaan antara ibu dengan
penyedia layanan kesehatan serta melakukan “pengingat” jadwal imunisasi agar proses
imunisasi berhasil dengan baik dan lancar.
6. DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
PERMENKES RI No 12 tentang penyelenggaraan imunisasi. (2017). PERMENKES RI
No 12 tentang penyelenggaraan imunisasi. Permenkes Ri No 12, (6), 67–72.
Fitri, N. (2018). Persepsi Masyarakat Tentang Imunisasi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pagambiran Tahun 2017. Menara Ilmu, XII(5), 141–150.
Frew, P. M., & Lutz, C. S. (2017). Interventions to increase pediatric vaccine uptake: An
overview of recent findings. Human Vaccines and Immunotherapeutics, 13(11), 2503–2511.
https://doi.org/10.1080/21645515.2017.1367069
Indriyani, D., & Asih, S. W. (2019). Persepsi Ibu Muda dan Keluarga tentang Pemberian
Imunisasi (Pendekatan Maternal Sensitivity Models Berbasis Keluarga). Jurnal Kesehatan, 5(1),
60–67. https://doi.org/10.25047/j-kes.v5i1.45
Nurul Hidayah, Hetty Maria Sihotang, W. L. (2017). Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap
Pada Bayi Tahun 2017. Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi, 3(1), 153–161.
Triana, V. (2017). Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada
Bayi Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 10(2), 123.
https://doi.org/10.24893/jkma.10.2.123-135.2016
Tinggi, S., Kesehatan, I., Sarri, R. K., Kedokteran, F., Islam, U., Agung, S., … Kesehatan,
I. (2018). Description of Knowledge and Attitude of Women in Rendering Abstract. 10(1), 75–82.
Ventola, C. L. (2016). Immunization in the United States: Recommendations, Barriers,
and Measures to Improve Compliance: Part 2: Adult Vaccinations. P & T : A Peer-Reviewed
Journal for Formulary Management, 41(8), 492–506. Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27504066%0Ahttp://www.pubmedcentral.nih.gov/
articlerender.fcgi?artid=PMC4959618
Yasin, Z., Pratiwi, I. G., & Huzaimah, N. (2019). Faktor yang Berhubungan dengan
Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap di Kecamatan Manding Kabupaten Sumenep. Ilmu
Kesehatan Makia, 8(1), 47–59.