OLEH:
KELOMPOK J 18
DINI NOVITA SARI
TUTI ANGRAINI
MIMI AFNITA SARI
SILVIKA SARI
DESY PUTRI ANGGI
IZZAH FARISA
MISTATI NOVITASARI
SANDRA MERZA ARANTI
HANI OCTAVIA RAHAYU
RIFKA AULIA RAHMI
RAHMI WULANDARI
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil survey di atas, maka mahasiswa/i Profesi Ners Fkep
UNAND akan melakukan penyuluhan kesehatan dengan materi senam GLO
(Gerak Latih Otak) pada lansia di RT 05 RW 01 Koto Panjang, Ikur Koto.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukannya penyuluhan senam otak diharapkan dapat
mempertahankan daya ingat dan konsentrasi lansia..
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui manfaat senam otak
2) Mampu melakukan senam otak
3) Senam otak dijadikan kegiatan harian lansia
4. Perencanaan Kegiatan
a. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Rabu, 24 April 2019
Waktu : 10.00-10.30
Tempat : Masjid
b. Sasaran
1. Lansia yang ada di RT 05 RW 01 Koto Panjang, Ikur Koto.
2. Lansia yang mampu melakukan aktivitas fisik
3. Lansia yang cooperative
4. Lansia binaan mahasiswa praktek profesi gerontik
c. Metode dan Media
Metode : Demonstrasi
Media : Sound system, PPT, leaflet, laptop, infocus.
d. Pengorganisasian
Moderator : Silvika Sari
Presentator : Tuti Anggraini
Observer : Desy Putri Anggi
Fasilitator : Mistati Novitasari
Sandra Merza Aranti
Izzah Farisa
Hani Octavia Rahayu
Rahmi Wulandari
Dini Novita Sari
Rifka Aulia Rahmi
Mimi Afnita Sari
Peran Moderator :
Membuka acara
Menyampaikan susunan acara
Membuat kontrak waktu
Memimpin jalannya penyuluhan
Mengarahkan alur penyuluhan
Memperkenalkan anggota kelompok dengan klien
Mengajukan pertanyaan/mengevaluasi peserta penyuluhan
Menyimpulkan materi tentang penyuluhan
Menutup acara
Peran Presentator :
Menyampaikan latar belakang masalah.
Menyampaikan materi tentang senam otak
Menjawab pertanyaan peserta penyuluhan
Peran Observer :
Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir.
Membuat laporan hasil penyuluhan senam otak
Mencatat jumlah anggota yang hadir
Mencatat penyimpangan acara
Peran Fasilitator:
Memfasilitasi jalannya kegiatan
Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya penyuluhan
dan senam otak.
Memfasilitasi peserta untuk berperan aktif selama pertemuan.
e. Setting Tempat
= Moderator
= Presentator
= Peserta
= Observer
= Fasilitator
f. Strategi Pelaksanaan
Strategi
No Uraian Kegiatan PJ
Pelaksanaan
1. Fase Orientasi a. Memberi salam terapeutik : Moderator
mengucapkan salam, perkenalan diri,
memperkenalkan anggota dan
pembimbing.
b. Evaluasi/Validasi : menanyakan
perasaan lansia saat ini.
c. Menjelaskan kontrak, waktu, topik,
tujuan kegiatan dan aturan
permainan.
2. Fase Kerja 1. Menjelaskan apa itu senam otak Presentator
a. Demontrasi 2. Menjelaskan tujuan senam otak
senam GLO 3. Mendemonstrasikan senam otak
kepada lansia
4. Memberikan kesempatan lansia
untuk mencoba kembali sendiri
5. Mengulang kembali senam GLO
secara bersama lansia dan petugas
panti
6. Melakukan senam GLO bersama-
sama dengan menggunakan musik
3. Fase Terminasi a. Menanyakan perasaan lansia setelah Moderator
dilakukannya kegiatan
b. Membuat kontrak untuk kegiatan
selanjutnya
c. Menutup acara
5. Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
- Peserta minimal 50% dari jumlah lansia di RT 05 RW 01 Koto
Panjang, Ikur Koto.
- Setting tempat sesuai dengan rencana
- Peserta dapat mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir dengan tertib
2) Evaluasi Proses
- Peserta meninggalkan tempat selama kegiatan berlangsung minimal
25%
- Peserta dapat mengikuti peraturan penyuluhan yang telah ditetapkan
- Peserta berpartisipasi aktif dalam permainan dan dapat memberikan
tanggapan tentang penyuluhan
- Pengorganisasian dapat terlaksana sesuai rencana
3) Evaluasi Hasil
- 80 % peserta mampu melakukan senam otak
- 80% lansia mengetahui apa itu senam otak dan manfaatnya
Lampiran Materi
I. DEMENSIA
A. Definisi Demensia
Demensia adalah sindrom penurunan kognitif dan fungsional,
biasanya terjadi di kemudian hari sebagai akibat neurodegenarif dan proses
serebrosvaskuler (Killin, 2016). Demensia merupakan penyakit
degeneratif yang sering menyerang pada orang yang berusia diatas 60
tahun. Demensia terjadi akibat kerusakan sel-sel otak dimana sistem saraf
tidak lagi bisa membawa informasi ke dalam otak, sehingga membuat
kemunduran pada daya ingat, keterampilan secara progresif, gangguan
emosi, dan perubahan perilaku, penderita demensia sering menunjukkan
gangguan perilaku harian (Pieter and Janiwarti, 2011).
B. Tanda dan Gejala Demensia
Menurut Asrori dan putri (2014), menyebutkan ada beberapa tanda dan
gejala yang dialami pada Demensia antara lain :
1. Kehilangan memori
Tanda awal yang dialami lansia yang menderita demensia adalah
lupa tentang informasi yang baru di dapat atau di pelajari, itu
merupakan hal biasa yang diamali lansia yang menderita demensia
seperti lupa dengan pentujuk yang diberikan, nama maupun nomer
telepon, dan penderita demensia akan sering lupa dengan benda dan
tidak mengingatnya.
2. Kesulitan dalam melakukan rutinitas pekerjaan
Lansia yang menderita Demensia akan sering kesulitan untuk
menyelesaikan rutinitas pekerjaan sehari-hari. Lansia yang
mengadalami Demensia terutama Alzheimer Disease mungkin tidak
mengerti tentang langkah-langkah dari mempersiapkan aktivitas
sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunkan perlatan rumah
tangga dan melakukan hobi.
3. Masalah dengan bahasa
Lansia yang mengalami Demensia akan kesulitam dalam
mengelolah kata yang tepat, mengeluarkan kat-kata yang tidak biasa
dan sering kali membuat kalimat yang sulit untuk di mengerti orang
lain
4. Disorientasi waktu dan tempat
Mungkin hal biasa ketika orang yang tidak mempunyai penyakit
Demensia lupa dengan hari atau diaman dia berada, namun dengan
lansia yang mengalami Demensia akan lupa dengan jalan, lupa dengan
dimana mereka berada dan baimana mereka bisa sampai ditempat itu,
serta tidak mengetahui bagaimana kebali kerumah.
5. Tidak dapat mengambil keputusan
Lansia yang mengalami Demensia tidak dapat mengambil
keputusan yang sempurna dalam setiap waktu seperti memakai
pakaian tanpa melihat cuaca atau salah memakai pakaian, tidak dapat
mengelolah keuangan.
6. Perubahan suasana hati dan kepribadian
Setiap orang dapat mengalami perubahan suasan hati menjadi sedih
maupun senang atau mengalami perubahan perasaann dari waktu ke
waktu, tetapi dengan lansia yang mengalami demensia dapat
menunjukan perubahan perasaan dengan sangat cepat, misalnya
menangis dan marah tanpa alasan yang jelas. Kepribadian seseorang
akan berubah sesuai dengan usia, namun dengan yang dialami lansia
dengan demensia dapat mengalami banyak perubahan kepribadian,
misalnya ketakutan, curiga yang berlebihan, menjadi sangat bingung,
dan ketergantungan pada anggota keluarga.
C. Faktor penyebab Demensia
1. Penyakit alzheimer
Penyebab utama penyakit demensia adalah penyakit alzheimer.
Demensia 50% di sebabkan oleh penyakit alzheimer, 20% disebabkan
gangguan pembulu otak, dan sekitar 20% gabungan keduannya serta
sekitar 10% disebabkan faktor lain. Penyebab alzheimer tidak diketahui
pasti penyebabnya, tetapi diduga berhubungan dengan faktor genetik,
penyakit alzheimer ini ditemukan dalam beberapa keluarga gen tententu.
2. Serangan Stroke
Penyebab kedua demensia adalah serangan stoke yang terjadi
secara ulang. Stroke ringan dapat mengakibatkan kelemahan dan secara
bertahap dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak akibat
tersumbatkan aliran darah (infark). Demensia multiinfark serasal dari
beberapa stoke ringan, sebagian besar penderita stoke memliki tekanan
darah tinggi (hipertensi) yang menyebabkan kerusakan pembulu darah
pada otak.
3. Serangan lainnya
Serangan lainnya dari demensia adalah demensia yang terjadi
akibat pencederaan pada otak (cardiac arrest), penyakit parkison, AIDS,
dan hidrocefalus.
D. Faktor Resiko Demensia
1. Usia: Demensia umumnya terjadi pada orang yang berusia di atas 65
tahun. Risiko demensia meningkat secara signifikan seiring dengan
bertambahnya usia.
2. Riwayat kesehatan keluarga: Orang yang memiliki riwayat kesehatan
keluarga yang pernah menderita demensia memiliki faktor risiko yang
lebih besar.
3. Jenis kelamin: Demensia lebih sering terjadi pada wanita, sebagian
besar terjadi karena wanita hidup lebih lama daripada pria.
4. Gaya hidup: Orang yang menderita tekanan darah tinggi, kadar
kolesterol yang tinggi atau diabetes, dll, memiliki faktor risiko yang
lebih tinggi terkena demensia jika mereka tidak mengambil langkah-
langkah untuk mengendalikan kondisi kesehatan mereka.
5. Gangguan kognitif: Orang dengan gangguan kognitif karena berbagai
macam gangguan atau faktor lainnya memiliki faktor risiko yang lebih
tinggi terkena demensia di tahun-tahun selanjutnya.
6. Tingkat pendidikan: Penelitian telah menunjukkan bahwa orang
dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah memiliki faktor risiko
yang lebih tinggi terkena demensia. Mungkin saja orang yang
berpendidikan tinggi melakukan lebih banyak latihan mental, yang
melindungi otak mereka dari proses degenerasi.
E. Tahapan Demensia
1. EarlyStage
Lansia yang mengalami Demensia dimulai secara bertahap
sehingga akan sulit mengenali persis kapan gejala dimulai. Beberapa
perubahan yang sering dialami sebagai bagian dari proses penuaan yang
normal. Dalam tahap ini penderita mengalami kehilanganmemori jangka
pendek, menjadi depresi dan sering agresif, menjadi disorientasi pada
waktu, menjadi kehilangan keakraban dengan sekitarnya, menunjukan
kesulitan dalam berbahasa, kurangnya inisiatif dan motivasi, hilangnya
minat dan hobi serta aktifitas.
2. MiddleStage
Dalam tahap ini, gajala yang cukup jelas terlihat dan mengganggu
pekerjaan, sosialisasi serta kegiatan sehari-hari adalah menjadi sangan
pelupa terutama kejadian baru yang dialami, kesulitan melakukan
pekerjaan rumah tangga, kesulitan menemukan kata yang tepat untuk
diungkapkan, mudah berpergian dan tidak dapat kembali ketmpat asal,
mendengar dan melihat sesuatu yang tidak ada, tidak bisa mengatur
dirinya sendiri dan bergantung pada orang lain.
3. LateStage
Pada tahan ini tahap akhir, pasien akan kehilangan fungsi serta
lebih ketergantungan pada orang lain seprtisusah untuk makan, sulit untuk
berbicara, tidak dapat mengenali orang atau obyek, berada di kursi roda
ataupun tempat tidur, kesulitan berjalan, memiliki inkontenesia bowel dan
urinary, kesulitan mengerti dan mengiterpretasikan kejadian.
Untuk mengefektifkan manfaat senam otak, dapat dilakukan pada pagi hari
dalam kurun waktu 5 sampai 15 menit agar otak siap dan seimbang untuk
memulai aktivitas. Serangkaian latihan sederhana yang disebut senam otak dapat
membantu fungsi otak kita menjadi lebih baik dan tajam, cerdas dan jauh lebih
percaya diri.
DAFTAR PUSTAKA
Paul E. Dennison PhD,Gail E. Dennison. 2010. Brain Gym. Jakarta: PT. Grasindo.
Constatinides. 2006. Teori proses menua, dalam R. Boedi-Darmojo (Penyuting),
Geriatri, Balai penerbit FKUI Jakarta.
Bandiah. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Mulia Medika
Andri, S. 2013. Metode dan Pelaksanaan Senam Otak. Jakarta: Mulia Medika