Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Nama : Silvika Sari, S.Kep


NIM : 1841312094
Bidang Studi : Keperawatan Anak
Pokok Bahasan : Perawatan Luka Decubitus
Sasaran : Pasien/Keluarga
: RSUP Dr. M. Djamil Padang

A. Latar Belakang
Luka Decubitus / Ulkus Dekubitus atau istilah lain Bedsores adalah
kerusakan / kematian kulit yang terjadi akibat gangguan aliran darah setempat
dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang menonjol, dimana kulit
tersebut mendapatkan tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips, pembidaian
atau benda keras lainnya dalam jangka waktu yang lama.
Ulkus dekubitus atau luka tekan terjadi akibat tekanan yang sama pada
suatu bagian tubuh yang mengganggu sirkulasi. Pertama jaringan kulit
memerah. Jika sel mati (nekrosis) akibat kurang nutrisi menjadikan kulit rusak
dan pembentukan ulkus. Akibatnya luka baring menjadi lebih besar dan dalam.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Dilakukan tindakan pendidikan kesehatan di harapkan klien dan keluarga
dapat memahami mengenai perawatan luka decubitus.
b. Tujuan Khusus
Setelah di lakukan tindakan kesehatan di harapkan klien atau keluarga :
1. Menjelaskan kembali pengertian perawatan luka decubitus dengan
kalimatnya sendiri
2. Menyebutkan tujuan perawatan luka
3. Menyebutkan kembali alat-alat perawatan luka
4. Menyebutkan kerugian tidak melakukan perawatan luka

C. Materi (Terlampir)
D. Metode : Ceramah dan Tanya Jawab
E. Sasaran : Keluarga dan Pasien
F. Media : Infokus, PPT, Makalah, Leaflet
G. Strategi Pelaksanaan

No Waktu Kegiatan Pengajaran Kegiatan Peserta

1. 5 Menit Pembukaan
1. Mengucapkan salam Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan yang ingin di sampaikan Mendengarkan

2. 15 Menit Kegiatan Inti


1. Menjelaskan materi tentang perawatan luka Menyimak dengan baik
2. Memberikan kesempatan untuk bertanya Mengajukan pertanyaan
3. Menjawab pertanyaan yang di ajukan Menyimak dengan baik

3. 5 Menit Penutup
1. Menyimpulkan materi Mendengarkan
2. Mengucapkan salam Menjawab salam

H. Kriteria Hasil
1. Evaluasi Struktur
a. Pasien atau keluarga mau menerima petugas kesehatan
b. Keluarga atau pasien mengerti maksud dan tujuan pengajaran setelah
di lakukan kontrak.
2. Evaluasi Proses
a. Pasien atau keluarga mau menepati kontrak waktu 25 menit
b. Saat pengajaran keluarga dan pasien aktif bertanya tentang masalah
yang belum di mengerti.

3. Evaluasi Hasil
a. Pasien atau keluarga dapat menjawab pertanyaan yang di ajukan.
b. Keluarga atau pasien dapat memberikan pendapat tentang masalah
dalam perawatan luka decubitus.

MATERI PENGAJARAN
A. PENGERTIAN
Ulkus Dekubitus atau istilah lain Bedsores adalah kerusakan/kematian
kulit yang terjadi akibat gangguan aliran darah setempat dan iritasi pada kulit
yang menutupi tulang yang menonjol, dimana kulit tersebut mendapatkan
tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips, pembidaian atau benda keras
lainnya dalam jangka waktu yang lama.
Luka dekubitus, juga disebut ulkus dekubitus atau luka pada tempat
tidur, adalah area kemerahan, luka, atau ulkus pada kulit di atas penonjolan
tulang. Ulkus dekubitus atau luka tekan terjadi akibat tekanan yang sama pada
suatu bagian tubuh yang mengganggu sirkulasi. Pertama jaringan kulit
memerah. Jika sel mati (nekrosis) akibat kurang nutrisi kulit rusak dan
pembentukan ulkus. Akibatnya luka baring menjadi lebih besar dan dalam.
Bagian tubuh yang sering mengalami ulkus dekubitus adalah bagian
dimana terdapat penonjolan tulang, yaitu bagian siku, tumit, pinggul,
pergelangan kaki, bahu, punggung dan kepala bagian belakang.

B. Faktor yang mempengaruhi Luka Decubitus/Luka Tekan


1. Mobilitas dan aktivitas
Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah dan mengontrol
posisi tubuh, sedangkan aktivitas adalah kemampuan untuk berpindah.
Pasien yang berbaring terus menerus ditempat tidur tanpa mampu untuk
merubah posisi beresiko tinggi untuk terkena luka tekan. Imobilitas adalah
faktor yang paling signifikan dalam kejadian luka tekan. Penelitian yang
dilakukan Suriadi (2013) di salah satu rumah sakit di Pontianak juga
menunjukan bahwa mobilitas merupakan faktor yang signifikan untuk
perkembangan luka tekan.
2. Penurunan sensori persepsi
Pasien dengan penurunan sensori persepsi akan mengalami
penurunan untuk merasakan sensori nyeri akibat tekanan diatas tulang yang
menonjol. Bila ini terjadi dalam durasi yang lama, pasien akan mudah
terkena luka tekan.
3. Kelembapan
Kelembapan yang disebabkan karena inkontinensia dapat
mengakibatkan terjadinya maserasi pada jaringan kulit. Jaringan yang
mengalami maserasi akan mudah mengalami erosi. Selain itu kelembapan
juga mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan (friction) dan
perobekan jaringan (shear). Inkontinensia alvi lebih signifikan dalam
perkembangan luka tekan daripada inkontinensia urin karena adanya
bakteri dan enzim pada feses dapat merusak permukaan kulit.
4. Tenaga yang merobek ( shear )
Contoh yang paling sering dari tenaga yang merobek ini adalah
ketika pasien Pada posisi ini pasien bisa merosot kebawah, sehingga
mengakibatkan tulangnya bergerak kebawah namun kulitnya masih
tertinggal.
5. Pergesekan ( friction)
Pergesekan dapat mengakibatkan abrasi dan merusak permukaan
epidermis kulit. Pergesekan bisa terjadi pada saat penggantian sprei pasien
yang tidak berhati-hati.
6. Nutrisi
Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi
umumnya diidentifikasi sebagai faktor predisposisi untuk terjadinya luka
tekan. Menurut penelitian Guenter (2000) stadium tiga dan empat dari luka
tekan pada orangtua berhubungan dengan penurunan berat badan,
rendahnya kadar albumin, dan intake makanan yang tidak mencukupi.
7. Usia
Pasien yang sudah tua memiliki resiko yang tinggi untuk terkena
luka tekan karena kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan.
Penuaan mengakibatkan kehilangan otot, penurunan kadar serum albumin,
penurunan respon inflamatori, penurunan elastisitas kulit, serta penurunan
kohesi antara epidermis dan dermis. Perubahan ini berkombinasi dengan
faktor penuaan lain akan membuat kulit menjadi berkurang toleransinya
terhadap tekanan, pergesekan, dan tenaga yang merobek.
8. Tekanan arteriolar yang rendah
Tekanan arteriolar yang rendah akan mengurangi toleransi kulit
terhadap tekanan sehingga dengan aplikasi tekanan yang rendah sudah
mampu mengakibatkan jaringan menjadi iskemia. Studi yang dilakukan
oleh Nancy Bergstrom menemukan bahwa tekanan sistolik dan tekanan
diastolik yang rendah berkontribusi pada perkembangan luka tekan.
9. Stress emosional
Depresi dan stress emosional kronik misalnya pada pasien psikiatrik
juga merupakan faktor resiko untuk perkembangan dari luka tekan
10. Merokok
Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah
dan memiliki efek toksik terhadap endotelium pembuluh darah. Menurut
hasil penelitian Suriadi (2012) ada hubungaan yang signifikan antara
merokok dengan perkembangan terhadap luka tekan.
11. Temperatur kulit
Menurut hasil penelitian Sugama (2012) peningkatan temperatur
merupakan faktor yang signifikan dengan resiko terjadinya luka tekan.
Menurut hasil penelitian, faktor penting lainnya yang juga berpengaruh
terhadap risiko terjadinya luka tekan adalah tekanan antar muka ( interface
pressure). Tekanan antar muka adalah kekuatan per unit area antara tubuh
dengan permukaan matras.

C. Luka Dekubitus umum terjadi pada :


a. Pasien Lansia
b. Pasien yang sangat kurus
c. Pasien kegemukan (Obesitas)
d. Pasien yang tak dapat bergerak
e. Pasien Inkontinensia
f. Pasien Lemah

D. Alat atau Perlengkapan


1. Pinset anatomi
2. Pinset chirurgis
3. Kasa steril
4. Gunting plester
5. Plester/perekat
6. Alkohol 70 %
7. Desinfektant
8. Larutan NaCl
9. Sarung tangan bersih
10. Sarung tangan steril
11. Lidi kapas steril
12. GCO-puregen oil

E. Cara Perawatan Dekubitus


1. Bersihkan luka dekubitus dengan menggunakan kasa bersih yang
steril dengan menggunakan caiaran NaCl (cairan infus) dan di angin-
anginkan selama 5 menit lalu oleskan betadin kebagian luka yang agak
dalam dan biarkan sampai kering (oleskan betadin agar mencegah infeksi
saja), setelah itu baru oleskan lagi dengan puregan oil ke seluruh luka
dekubitus dan usahakan jangan ditutup agar luka cepat kering.
2. Hari berikutnya, jika luka bernanah, bersihkan lagi dengan caiaran NaCl
(cairan infuse) dengan kasa steril sampai bersih tidak ada nanah sama sekali
dan oleskan lagi betadin setelah kering baru oles lagi puregan oil. Jika
daerah yang dibersihkan agak membesar dan membentuk lobang agak
dalam, ambil kain kasa steril larutkan dalam cairan NaCl (cairan infus) lalu
masukkan dalam lobang luka tersebut sambil ditekan sedikit agar nanah
menempel ke bagian kain kasa lakukan berulang-ulang sampai benar-benar
bersih setelah bersih baru boleh teruskan tahap no 1.
3. Jika dekubitus ada pada daerah punggung sesekali biarkan pasien tidur
agak miring atau merubah posisi tidur pasien
4. Oleskan puregan oil pada pagi hari dan malam hari, tentunya setelah
dibersihkan dan jika luka masih kemerahan (awal dekubitus) oleskan GCO-
puregan oil ini dengan cara di massage secara perlahan-lahan keseluruh
luka dekubitus.
5. Memerlukan waktu beberapa minggu untuk proses penyembuhan jika
jaringan kulit sudah mati (nevkrotik) dan jika sampai ke tulang butuh waktu
lebih lama lagi tapi kadang tergantung kondisi fisik dan kejiwaan pasien
jadi pasien harus selalu punya semangat yang kuat dan selalu ceria (proses
penyembuhan biasanya berbea-beda tiap pasien).
6. Atur pola makan pasien yaitu makanan yang memenuhi gizi seimbang.

Penatalaksanaan luka dekubitus :


1. Hilangkan tekanan pada daerah-daerah yang terkena dengan mengubah-
ubah posisi.
2. Mengusahakan adanya udara antara badan dan tempat tidur berjalan lancar.

F. Stadium Luka Decubitus


1. Dekubitus derajat I
Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis. Kulit
yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi
lotion, kemudian dimassage 2-3 kali/hari.
2. Dekubitus derajat II
Dimana sudah terjadi ulkus yang dangkal. Perawatan luka harus
memperhatikan syarat-syarat aseptik dan antiseptik. Daerah bersangkutan
digesek dengan es dan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk
meransang sirkulasi. Dapat diberikan salep topikal, mungkin juga untuk
merangsang tumbuhnya jaringan muda/granulasi. Penggantian balut dan
salep ini jangan terlalu sering karena malahan dapat
merusak pertumbuhan jaringan yang diharapkan.

3. Dekubitus derajat III


Dengan ulkus yang sudah dalam, menggaung sampai pada bungkus
otot dan sering sudah ada infeksi. Usahakan luka selalu bersih dan eksudat
diusahakan dapat mengalir keluar. Balut jangan terlalu tebal dan
sebaliknya transparan sehingga permeabel untuk masukknya
udara/oksigen dan penguapan. Kelembaban luka dijaga tetap basah,
karena akan mempermudah regenarasi sel-sel kulit. Jika luka kotor dapat
dicuci dengan larutan NaCl fisiologis.
4. Dekubitus derajat IV
Dengan perluasan ulkus sampai pada dasar tulang dan sering pula
diserta jaringan nekrotik. Semua langkah-langkah diatas tetap dikerjakan
dan jaringan nekrotik yang ada harus dibersihkan , sebab akan
menghalangi pertumbuhan jaringan/epitelisasi.

I. Tindakan Pencegahan Dekubitus


1. Meningkatkan status kesehatan klien
Memperbaiki dan menjaga keadaan umum klien, misalnya anemia
diatasi, hipoalbuminemia dikoreksi, nutrisi dan hidrasi yang cukup, vitamin
(vitamin C) dan mineral (Zn) ditambahkan.
2. Mengurangi/memeratakan faktor tekanan yang mengganggu aliran darah
a. Alih posisi/alih baring/tidur selang seling, paling lama tiap dua jam.
Keburukan pada cara ini adalah ketergantungan pada tenaga perawat
yang kadang-kadang sudah sangat kurang, dan kadang-kadang
mengganggu istirahat klien bahkan menyakitkan.
b. Kasur khusus untuk lebih membagi rata tekanan yang terjadi pada tubuh
klien, misalnya; kasur dengan gelembung tekan udara yang naik turun,
kasur air yang temperatur airnya dapat diatur. (keberatan alat canggih
ini adalah harganya mahal, perawatannya sendir harus baik dan dapat
rusak.
c. Regangan kulit dan lipatan kulit yang menyebabkan sirkulasi darah
setempat terganggu, dapat dikurangi antara lain:
1) Menjaga posisi klien, apakah ditidurkan rata pada tempat tidurnya,
atau sudah memungkinkan untuk duduk dikursi.
2) Bantuan balok penyangga kedua kaki, bantal-bantal kecil untuk
menahan tubuh klien, “kue donat” untuk tumit.
d. Kaji Status Pasien
Untuk pasien yang lemah, lakukanlah perubahan posisi. Ketika
menggunakan posisi lateral, hindari tekanan secara langsung pada
daerah trochanter. Bila ingin memposisikan pasien pada posisi lateral,
maka posisikanlah pasien pada posisi lateral inklin 30, posisi ini
memungkinkan distribusi tekanan pada daerah yang lebih luas. Posisi
lateral inklin 30 derajad terdapat di bawah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Kozier, Barbara, 2000, Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and Practice :
Sixth edition, Menlo Park, Calofornia.
JNPK_KR.2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.
Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta.
Sjamsuhidayat, R. Wim de jong. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai