Anda di halaman 1dari 9

SURAT KEPUTUSAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WIDANINGSIH


No : .../..../SK.DIR./.../2018
Tentang
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI PADA PEKERJAAN DEMOLISI,
KONTRUKSI DAN RENOVASI BANGUNAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WIDANINGSIH


Menimban : a. bahwa pekerjaan konstruksi bangunan merupakan faktor risiko yang
g diakui menyebabkan terjadinya infeksi terkait pelayanan kesehatan
( HAIs) pada pasien, petugas maupun pengunjung rumah sakit;
b. bahwa untuk mencegah terjadinya infeksi bagi stakeholder   di
lingkungan pekerjaan konstruksi bangunan di RSIA Widaningsih, perlu
menyusun suatu kebijakan;
c. bahwa sesuai dengan butir a dan b tersebut di atas perlu adanya
panduan mengenai pencegahan dan pengendalian infeksi pada
pekerjaan demolisi, kontruksi dan renovasi bangunan;
d. bahwa sesuai dengan butir tersebut diatas, perlu ditetapkan dengan
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan;
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
4. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1087/Menkes/SK/VIII/2010
tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270/Menkes/2007 tentang
Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 382/Menkes/2007 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya;
11. Keputusan Direktur RSIA Widaningsih Nomor ... tentang
Pembentukan Komite dan Panitia Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : : SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG


PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
PADA PEKERJAAN DEMOLISI, KONTRUKSI DAN
RENOVASI BANGUNAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN
ANAK WIDANINGSIH.
Kesatu :
Kedua :
Ketiga : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan
apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di : Tasikmalaya
Pada Tanggal :
Direktur RSIA Widaningsih

dr. Vidya Ria Agustina


Lampiran : SK. Direktur RSIA Widaningsih
Tanggal : …. / /SK-DIR / / 2018108

Tentang : Panduan Pengelolaan Benda Tajam dan Jarum di RSIA Widaningsih

PANDUAN PENGELOLAAN BENDA TAJAM DAN JARUM


BAB I
DEFINISI
A. Definisi
Sampah medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan
tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan tersebut juga kegiatan medis
di ruang polikllinik, perawatan, IGD, kebidanan, otopsi, dan ruang laboratorium. Limbah
padat medis sering juga disebut sampah biologis. Limbah medis padat adalah limbah
padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah
farmasi, limbah sitotoksis, limbah container bertekanan, dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi.
Limbah benda tajam adalah semua benda tajam yang mempunyai permukaan tajam
yang dapat melukai/merobek permukaaan tubuh. contoh jarum suntik, infusset, ampul
dan preparat glass. Definisi lain menyebutkan bahwa benda tajam adalah objek atau alat
yang memiliki sudut tajam atau runcing yang dapat memotong atau menusuk kulit
seperti: jarum suntik, bisturi (pisau bedah), blood lancet, pecahan kaca, ampul obat.
Semua alat tersebut masuk kedalam limbah yang infeksius karena termasuk yang
terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh pasien, ekskresi, sekresi yang dapat
menularkan kepada orang lain.

B. Maksud dan Tujuan


Salah satu bahaya luka karena tertusuk jarum suntik adalah terjadi penularan penyakit
melalui darah (blood borne diseases). Pengelolaan limbah benda tajam dan jarum yang
tidak benar merupakan kekhawatiran staf terhadap keamanannya. Kebiasaan bekerja
sangat memengaruhi timbulnya risiko menderita luka dan kemungkinan terpapar penyakit
secara potensial. Identifikasi dan melaksanakan kegiatan praktik berdasar atas bukti sahih
(evidence based) menurunkan risiko luka karena tertusuk jarum dan benda tajam. Rumah
sakit perlu mengadakan edukasi kepada staf bagaimana mengelola dengan aman benda
tajam dan jarum. Pembuangan yang benar adalah dengan menggunakan wadah
menyimpan khusus (safety box) yang dapat ditutup, antitertusuk, dan antibocor baik di
dasar maupun di sisinya sesuai dengan peraturan perundangan. Wadah ini harus tersedia
dan mudah dipergunakan oleh staf serta wadah tersebut tidak boleh terisi terlalu penuh.
Pembuangan jarum yang tidak terpakai, pisau bedah (scalpel), dan limbah benda tajam
lainnya jika tidak dilakukan dengan benar akan berisiko terhadap kesehatan masyarakat
umumnya dan terutama pada mereka yang bekerja di pengelolaan sampah. Pembuangan
wadah berisi limbah benda tajam di laut, misalnya akan menyebabkan risiko pada
masyarakat karena wadah dapat rusak atau terbuka. Rumah sakit menetapkan regulasi
yang memadai mencakup:
1. Semua tahapan proses termasuk identifikasi jenis dan penggunaan wadah secara
tepat, pembuangan wadah, dan surveilans proses pembuangan;
2. laporan tertusuk jarum dan benda tajam.
BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan ini diterapkan kepada seluruh unit rumah sakit dan kegiatan yang menggunakan
benda tajam dan jarum. Pelaksana panduan ini adalah seluruh petugas di rumah sakit yang
berkaitan dengan unit yang menggunakan benda tajam dan jarum.
BAB III
TATA LAKSANA

A. Tata Laksana
1. Pemilahan limbah
2. Limbah yang akan dimanfaatkan dipisahkan dari limbah yang tidak kembali.
3. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan
terkontaminasi atau tidaknya, wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak
mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat
membukanya. Jarum dan syringe harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan
kembali.
B. Pengelolaan Limbah Benda Tajam
1. Mempunyai tersedia wadah yang tidak mudah tembus oleh benda tajam/ tusukan,
tahan bocor (jerigen bekas, kardus yang tahan benda tajam) dan tertutup berlabel
biohazard yang kuning
2. Penutup yang tidak bisa dibuka kembali
3. Mempunyai petugas yang berpengalaman dan mempunyai pengetahuan tentang
Limbah benda tajam di rumah sakit
4. Limbah benda tajam yang telah dikemas pada tempatnya setelah berisikan ±2/3 bagian
kemudian dibawa ke incinerator untuk dibakar/dimusnahkan
C. Contoh Pengelolaan Jarum Setelah Dipakai
1. Jangan memasukan kembali jarum bekas suntikan dengan dua tangan tehnik 0ne Hand
2. Jangan menekuk / mematahkan jarum yg telah dipakai
3. Segera buang jarum/ needle ke dalam wadah yg telah ditentukan dan dibuang
langsung oleh sipemakai
4. Kontainer benda tajam diletakan dekat lokasi
D. Penanganan Pecahan/Benda Tajam:
1. Gunakan sarung tangan tebal
2. Gunakan kertas koran untuk mengumpulkan pecahan benda tajam tersebut, kemudian
bungkus dengan kertas
3. Masukkan dalam kontainer tahan tusukan beri label
E. Prosedur Penatalaksanaan Tertusuk Jarum Bekas Pakai dan Benda Tajam
1. Jangan panik
2. Segera desinfeksi dengan alcohol dan cuci dengan air mengalir menggunakan sabun
atau cairan anti septik
3. Lapor ke Tim PPIRS dan K3RS, Tim PPIRS akan melakukan tindak lanjut
4. Konsultasi dengan dokter
F. Pengelolaan Jarum Setelah Dipakai
1. Jangan memasukkan kembali jarum bekas suntikan dengan dua tangan tetapi dengan
menggunakan tehnik satu tangan

2. Jangan menekuk/mematahkan jarum yang telah dipakai

3. Segera buang jarum/needle kedalam wadah yang telah di tentukan dan dibuang
langsung oleh sipemakai
4. Kontainer benda tajam diletakkan dekat lokasi tindakan
G. APD Petugas Pembuangan Benda Tajam
1. Topi/helm
2. Masker
3. Pelindung mata
4. Pakaian panjang (coveral)
5. Apron
6. Pelindung kaki/sepatu boot
7. Sarung tangan khusus

Anda mungkin juga menyukai