Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEBUTUHAN DASAR MANUSIA II

LEGALITAS YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN

DISUSUN OLEH : MONIKA JAYANTI (P05120319031)

DOSEN PEMBIMBING : PAUZAN EFENDI, SST, M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKKES KEMENKES BENGKULU

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
terhadap pembaca.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................

I.1 LATAR BELAKANG........................................................................................

I.2 TUJUAN PENULISAN.....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................

2.1 DEFINISI...........................................................................................................

2.2 LIABILITAS DALAM KEPERAWATAN......................................................

2.3 DASAR HUKUM PERUNDANG-UNDANGAN PRAKTEK KEP................

2.4 TANGGUNG JAWAB PROFESI PERAWAT.................................................

2.5 BENTUK KELALAIAN...................................................................................

2.6 DAMPAK KELALAIAN..................................................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................................

3.1 KESIMPULAN..................................................................................................

3.2 SARAN..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga dan masyarakat. Sebagai salah satu
tenaga profesional, keperawatan menjalankan dan melaksanakan kegiatan praktek
keperawatan dengan mengunakan ilmu pengetahuan dan teori keperawatan yang dapat
dipertanggung jawabkan. Dimana ciri sebagai profesi adalah mempunyai bdy of knowledge
yang dapat diuji kebenarannya serta ilmunya dapat diimplementasikan kepada masyarakat
langsung.

Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud adalah bentuk implementasi praktek
keperawatan yang ditujukan kepada pasien/klien baik kepada individu, keluarga dan
masyarakat dengan tujuan upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan guna
mempertahankan dan memelihara kesehatan serta menyembuhkan dari sakit, dengan kata
lain upaya praktek keperawatan berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi.

Dalam melakukan praktek keperawatan, perawat secara langsung berhubungan dan


berinteraksi kepada penerima jasa pelayanan, dan pada saat interaksi inilah sering timbul
beberapa hal yang tidak diinginkan baik disengaja maupun tidak disengaja, kondisi demikian
inilah sering menimbulkan konflik baik pada diri pelaku dan penerima praktek keperawatan.
Oleh karena itu profesi keperawatan harus mempunyai standar profesi dan aturan lainnya
yang didasari oleh ilmu pengetahuan yang dimilikinya, guna memberi perlindungan kepada
masyarakat. Dengan adanya standar praktek profesi keperawatan inilah dapat dilihat apakah
seorang perawat melakukan malpraktek, kelalaian ataupun bentuk pelanggaran praktek
keperawatan lainnya.

Kelalaian (Negligence) adalah salah satu bentuk pelanggaran praktek keperawatan, dimana
perawat melakukan kegiatan prakteknya yang seharusnya mereka lakukan pada tingkatannya,
lalai atau tidak mereka lakukan. Kelalaian ini berbeda dengan malpraktek, malpraktek
merupakan pelanggaran dari perawat yang melakukan kegiatan yang tidak seharusnya
mereka lakukan pada tingkatanya tetapi mereka lakukan.

Kelalaian dapat disebut sebagai bentuk pelanggaran etik ataupun bentuk pelanggaran hukum,
tergantung bagaimana masalah kelalaian itu dapat timbul, maka yang penting adalah
bagaimana menyelesaikan masalah kelalaian ini dengan memperhatikan dari berbagai sudut
pandang, baik etik, hukum, manusianya baik yang memberikan layanan maupun penerima
layanan. Peningkatan kualitas praktek keperawatan, adanya standar praktek keperawatan dan
juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia keperawatan adalah hal penting.

Dengan berbagai latar belakang diatas maka kelompok membahas beberapa hal yang
berkaitan dengan kelalaian, baik ditinjau dari hukum dan etik keperawatan, disamping itu
juga kelompok membahas bagaimana dampak dan bagaimana mencegah serta melindungi
klien dari kelalaian praktek keperawatan.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini, secara umum adalah mahasiswa dapat memahami kelalaian
dalam bidang keperawatan dilihat dari dimensi etik dan dimensi hukum. Dan secara khusus
mahasiswa dapat menjelaskan tentang pengertian, kriteria dan unsur-unsur terjadinya
kelalaian, disamping itu juga dapat menjelaskan dampak yang terjadi dengan adanya
kelalaian serta bagaimana mencegah terjadinya kelalaian dalam praktek keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
1. Hukum dalam keperawatan
Hukum adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah hukum, sedangkan etika
adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah non hukum, yaitu kaidah-kaidah
tingkah laku (etika) (Supriadi, 2001).
Hukum adalah ” A binding custom or practice of acommunity: a rule of conduct or
action, prescribed or fomally recognized as binding or enforced by a controlling
authority “ (Webster’s, 2003).
Banyak sekali definisi-definisi yang berkaitan dengan hukum, tetapi yang penting adalah
hukum itu sifatnya rasionalogic, sedangkan tentang hukum dalam keperawatan adalah
kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah hukum keperawatan yang rasionalogic dan
dapat dipertanggung jawabkan.
Fungsi hukum dalam keperawatan, sebagai berikut:
a. Memberi kerangka kerja untuk menetapkan kegiatan praktek perawatan apa yang
legal dalam merawat pasien.
b. Membedakan tanggung jawab perawat dari profesi kesehatan lain
c. Membantu menetapkan batasan yang independen tentang kegiatan keperawatan
d. Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan membuat perawat
akontabilitas dibawah hukum yang berlaku

2. Malpraktek
Balck’s law dictionary mendefinisikan malpraktek sebagai ”professional misconduct or
unreasonable lack of skill” atau failure of one rendering professional services to exercise
that degree of skill and learning commonly applied under all the circumstances in the
community by the average prudent reputable member of the profession with the result of
injury, loss or damage to the recipient of those services or those entitled to rely upon
them”.
Bila dilihat dari definisi diatas maka malpraktek dapat terjadi karena tindakan yang
disengaja (intentional) seperti pada misconduct tertentu, tindakan kelalaian (negligence),
ataupun suatu kekurang-mahiran/ketidakkompetenan yang tidak beralasan (Sampurno,
2005). Malpraktek dapat dilakukan oleh profesi apa saja, tidak hanya dokter, perawat.
Profesional perbankan dan akutansi adalah beberapa profesi yang dapat melakukan
malpraktek.

3. Kelalaian (Negligence)
Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk dalam arti malpraktik,
artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada unsur kelalaian.
Kelalaian adalah segala tindakan yang dilakukan dan dapat melanggar standar sehingga
mengakibatkan cidera/kerugian orang lain (Sampurno, 2005).
Sedangkan menurut amir dan hanafiah (1998) yang dimaksud dengan kelalaian adalah
sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati
melakukannya dengan wajar, atau sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan
sikap hati-hati tidak akan melakukannya dalam situasi tersebut.
Negligence, dapat berupa Omission (kelalaian untuk melakukan sesuatu yang seharusnya
dilakukan) atau Commission (melakukan sesuatu secara tidak hati-hati). (Tonia, 1994).

Dapat disimpulkan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu yang harusnya dilakukan
pada tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan atau melakukan tindakan dibawah
standar yang telah ditentukan. Kelalaian praktek keperawatan adalah seorang perawat
tidak mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan yang
lazim dipergunakan dalam merawat pasien atau orang yang terluka menurut ukuran
dilingkungan yang sama.
B. Jenis-jenis kelalaian
Bentuk-bentuk dari kelalaian menurut sampurno (2005), sebagai berikut:
1. Malfeasance : yaitu melakukan tindakan yang menlanggar hukum atau tidak tepat/layak,
misal: melakukan tindakan keperawatan tanpa indikasi yang memadai/tepat
2. Misfeasance : yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang tepat tetapi
dilaksanakan dengan tidak tepat
Misal: melakukan tindakan keperawatan dengan menyalahi prosedur
3. Nonfeasance : Adalah tidak melakukan tindakan keperawatan yang merupakan
kewajibannya.
Misal: Pasien seharusnya dipasang pengaman tempat tidur tapi tidak dilakukan.

Sampurno (2005), menyampaikan bahwa suatu perbuatan atau sikap tenaga kesehatan
dianggap lalai, bila memenuhi empat (4) unsur, yaitu:
1. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau untuk tidak
melakukan tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan kondisi tertentu.
2. Dereliction of the duty atau penyimpanagan kewajiban
3. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian
akibat dari layanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan.
4. Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam hal ini harus
terdapat hubungan sebab akibat antara penyimpangan kewajiban dengan kerugian yang
setidaknya menurunkan “Proximate cause”

C. Liabilitas dalam praktek keperawatan


Liabilitas adalah tanggungan yang dimiliki oleh seseorang terhadap setiap tindakan atau
kegagalan melakukan tindakan. Perawat profesional, seperti halnya tenaga kesehatan lain
mempunyai tanggung jawab terhadap setiap bahaya yang timbulkan dari kesalahan
tindakannya. Tanggungan yang dibebankan perawat dapat berasal dari kesalahan yang
dilakukan oleh perawat baik berupa tindakan kriminal kecerobohan dan kelalaian.

Seperti telah didefinisikan diatas bahwa kelalaian merupakan kegagalan melakukan sesuatu
yang oleh orang lain dengan klasifikasi yang sama, seharusnya dapat dilakukan dalam situasi
yang sama, hal ini merupakan masalah hukum yang paling lazim terjadi dalam keperawatan.
Terjadi akibat kegagalan menerapkan pengetahuan dalam praktek antara lain disebabkan
kurang pengetahuan. Dan dampak kelalaian ini dapat merugikan pasien.

Sedangkan akuntabilitas adalah konsep yang sangat penting dalam praktik keperawatan.
Akuntabilitas mengandung arti dapat mempertaggung jawabkan suatu tindakan yang
dilakukan dan dapat menerima konsekuensi dari tindakan tersebut (Kozier, 1991).

D. Dasar hukum perundang-undangan praktek keperawatan.


Beberapa perundang-undangan yang melindungi bagi pelaku dan penerima praktek
keperawatan yang ada di Indonesia, adalah sebagai berikut:
1. Undang – undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, bagian kesembilan pasal
32 (penyembuhan penyakit dan pemulihan)
2. Undang – undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
3. Peraturan menteri kesehatan No.159b/Men.Kes/II/1998 tentang Rumah Sakit
4. Peraturan Menkes No.660/MenKes/SK/IX/1987 yang dilengkapi surat ederan
Direktur Jendral Pelayanan Medik No.105/Yan.Med/RS.Umdik/Raw/I/88 tentang
penerapan standard praktek keperawatan bagi perawat kesehatan di Rumah Sakit.
5. Kepmenkes No.647/SK/IV/2000 tentang registrasi dan praktik perawat dan
direvisi dengan SK Kepmenkes No.1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi dan
praktik perawat.
Perlindungan hukum baik bagi pelaku dan penerima praktek keperawatan memiliki
akontabilitas terhadap keputusan dan tindakannya. Dalam menjalankan tugas sehari-hari
tidak menutup kemungkinan perawat berbuat kesalahan baik sengaja maupun tidak sengaja.
Oleh karena itu dalam menjalankan prakteknya secara hukum perawat harus memperhatikan
baik aspek moral atau etik keperawatan dan juga aspek hukum yang berlaku di Indonesia.
Fry (1990) menyatakan bahwa akuntabilitas mengandung dua komponen utama, yakni
tanggung jawab dan tanggung gugat. Hal ini berarti tindakan yang dilakukan perawat dilihat
dari praktik keperawatan, kode etik dan undang-undang dapat dibenarkan atau absah
(Priharjo, 1995)
E. Tanggung jawab profesi perawat
Perawat adalah salah satu pekerjaan yang memiliki ciri atau sifat yang sesuai dengan ciri-ciri
profesi. Saat ini Indonesia sudah memiliki pendidikan profesi keperawatan yang sesuai
dengan undang-undang sisdiknas, yaitu pendidikan keprofesian yang diberikan pada orang
yang telah memiliki jenjang S1 di bidang keperawatan, bahkan sudah ada pendidikan
spesialis keperawatan. Organisasi profesi keperawatan telah memiliki standar profesi
walaupun secara luas sosialisasi masih berjalan lamban. Karena Tanggung jawab dapat
dipandang dalam suatu kerangka sistem hirarki, dimulai dati tingkat individu, tingkat
institusi/profesional dan tingkat sosial (Kozier,1991)

Profesi perawat telah juga memiliki aturan tentang kewenangan profesi, yang memiliki dua
aspek, yaitu kewenangan material dan kewenangan formil. Kewenagan material diperoleh
sejak seseorang memperoleh kompetensi dan kemudian ter-registrasi, yang disebut sebagai
Surat ijin perawat (SIP) dalam kepmenkes 1239. sedangkan kewenangan formil adalah ijin
yang memberikan kewenangan kepada perawat (penerimanya) untuk melakukan praktek
profesi perawat, yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja didalam suatu institusi dan Surat
Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau kelompok. (Kepmenkes
1239, 2001)
Kewenangan profesi haruslah berkaitan dengan kompetensi profesi, tidak boleh keluar dari
kompetensi profesi. Kewenangan perawat melakukan tindakan diluar kewenangan
sebagaimana disebutkan dalam pasal 20 Kepmenkes 1239 adalah bagian dari good samaritan
law yang memang diakui diseluruh dunia. Otonomi kerja perawat dimanifestasikan ke dalam
adanya organisasi profesi, etika profesi dan standar pelayanan profesi. Oragnisasi profesi
atau representatif dari masyrakat profesi harus mampu melaksanakan self-regulating, self-
goverming dan self-disciplining, dalam rangka memberikan jaminan kepada masyarakat
bahwa perawat berpraktek adalah perawat yang telah kmpeten dan memenuhi standar.
Etika profesi dibuat oleh organisasi profesi/masyrakat profesi, untuk mengatur sikap dan
tingkah laku para anggotanya, terutama berkaitan dengan moralitas. Etika profesi perawat
mendasarkan ketentuan-ketentuan didalamnya kepada etika umum dan sifat-sifat khusus
moralitas profesi perawat, seperti autonomy, beneficence, nonmalefience, justice, truth
telling, privacy, confidentiality, loyality, dan lalin-lain. Etika profesi bertujuan
mempertahankan keluhuran profesi umumnya dituliskan dalam bentuk kode etik dan
pelaksanaannya diawasi oleh sebuah majelis atau dewan kehormatan etik.
Sedangkan standar pelayanan Kepmenkes 1239 disebut sebagai standar profesi, dan diartikan
sebagai pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalanankan profesi
secara baik dan benar.
Tanggung jawab hukum pidana profesi perawat jelas merupakan tanggung jawab perorangan
atas perbuatan pelanggaran hukum pidana yang dilakukannya. Jenis pidana yang mungkin
dituntutkan kepada perawat adalah pidana kelalaian yang mengakibatkan luka (pasal 360
KUHP), atau luka berat atau mati (pasal 359 KUHP), yang dikualifikasikan dengan
pemberatan ancaman pidananya bila dilakukan dalam rangka melakukan pekerjaannya (pasal
361 KUHP). Sedangkan pidana lain yang bukan kelalaian yang mungkin dituntutkan adalah
pembuatan keterangan palsu (pasal 267-268 KUHP).
Didalam setting Rumah Sakit, pidana kelallaian yang dapat dituntutkan kepada profesi
perawat dapat berupa kelalaian dalam melakukan asuhan keperawatan maupun kelalaian
dalam melakukan tindakan medis sebagai pelaksana delegasi tindakan medis. Kelalaian dapat
berupa kelalaian dalam mencegah kecelakaan di Rumah Sakit (jatuh), kelalaian dalam
mencegah terjadinya decubitus atau pencegahan infeksi, kelalaian dalam melakukan
pemantauan keadaan pasien, kelalaian dalam merespon suatu kedaruratan, dan bentuk
kelalaian lainnya yang juga dapat terjadi pada pelayanan profesi perorangan.

F. Bentuk Kelalaian dalam Keperawatan.

Pelayanan kesehatan saat ini menunjukkan kemajuan yang cepat, baik dari segi pengetahuan

maupun teknologi, termasuk bagaimana penatalaksanaan medis dan tindakan keperawatan

yang bervariasi. Sejalan dengan kemajuan tersebut kejadian malpraktik dan juga adanya

kelalaian juga terus meningkat sebagai akibat kompleksitas dari bentuk pelayanan kesehatan

khususnya keperawatan yang diberikan dengan standar keperawatan. (Craven & Hirnle,

2000).
Beberapa situasi yang berpotensial menimbulkan tindakan kelalaian dalam keperawatan

diantaranya yaitu :

1. Kesalahan pemberian obat: Bentuk kelalaian yang sering terjadi. Hal ini dikarenakan

begitu banyaknya jumlah obat yang beredar metode pemberian yang bervariasi. Kelalaian

yang sering terjadi, diantaranya kegagalan membaca label obat, kesalahan menghitung

dosis obat, obat diberikan kepada pasien yang tiak teoat, kesalahan mempersiapkan

konsentrasi, atau kesalahan rute pemberian. Beberapa kesalahan tersebut akan

menimbulkan akibat yang fatal, bahkan menimbulkan kematian.

2. Mengabaikan Keluhan Pasien: termasuk perawat dalam melalaikan dalan melakukan

observasi dan memberi tindakan secara tepat. Padahal dapat saja keluhan pasien menjadi

data yang dapat dipergunakan dalam menentukan masalah pasien dengan tepat (Kozier,

1991)

3. Kesalahan Mengidentifikasi Masalah Klien: Kemunungkinan terjadi pada situasi RS yang

cukup sibuk, sehingga kondisi pasien tidak dapat secara rinci diperhatikan. (Kozier,

1991).

4. Kelalaian di ruang operasi: Sering ditemukan kasus adanya benda atau alat kesehatan

yang tertinggal di tubuh pasien saat operasi. Kelalaian ini juga kelalaian perawat, dimana

peran perawat di kamar operasi harusnya mampu mengoservasi jalannya operasi,

kerjasama yang baik dan terkontrol dapat menghindarkan kelalaian ini.

5. Timbulnya Kasus Decubitus selama dalam perawatan: Kondisi ini muncul karena

kelalaian perawat, kondisi ini sering muncul karena asuhan keperawatan yang dijalankan

oleh perawat tidak dijalankan dengan baik dan juga pengetahuan perawat terdahap

asuhan keperawatan tidak optimal.


6. Kelalaian terhadap keamanan dan keselamatan Pasien: Contoh yang sering ditemukan

adalah kejadian pasien jatuh yang sesungguhnya dapat dicegah jika perawat

memperhatikan keamanan tempat tidur pasien. Beberapa rumah sakit memiliki aturan

tertentu mengenai penggunaan alat-alat untuk mencegah hal ini.

G. Dampak Kelalaian

Kelalaian yang dilakukan oleh perawat akan memberikan dampak yang luas, tidak saja

kepada pasien dan keluarganya, juga kepada pihak Rumah Sakit, Individu perawat pelaku

kelalaian dan terhadap profesi. Selain gugatan pidana, juga dapat berupa gugatan perdata

dalam bentuk ganti rugi. (Sampurna, 2005).

Bila dilihat dari segi etika praktek keperawatan, bahwa kelalaian merupakan bentuk dari

pelanggaran dasar moral praktek keperawatan baik bersifat pelanggaran autonomy, justice,

nonmalefence, dan lainnya. (Kozier, 1991) dan penyelesainnya dengan menggunakan dilema

etik. Sedangkan dari segi hukum pelanggaran ini dapat ditujukan bagi pelaku baik secara

individu dan profesi dan juga institusi penyelenggara pelayanan praktek keperawatan, dan

bila ini terjadi kelalaian dapat digolongan perbuatan pidana dan perdata (pasal 339, 360 dan

361 KUHP).
BAB III
PEMBAHASAN

A. KASUS :
Tn.T umur 55 tahun, dirawat di ruang 206 perawatan neurologi Rumah Sakit AA, tn.T dirawat
memasuki hari ketujuh perawatan. Tn.T dirawat di ruang tersebut dengan diagnosa medis stroke
iskemic, dengan kondisi saat masuk Tn.T tidak sadar, tidak dapat makan, TD: 170/100, RR: 24
x/mt, N: 68 x/mt. Kondisi pada hari ketujuh perawatan didapatkan Kesadaran compos mentis,
TD: 150/100, N: 68, hemiparese/kelumpuhan anggota gerak dextra atas dan bawah, bicara pelo,
mulut mencong kiri. Tn.T dapat mengerti bila diajak bicara dan dapat menjawab pertanyaan
dengan baik tetapi jawaban Tn.T tidak jelas (pelo). Tetapi saat sore hari sekitar pukul 17.00 wib
terdengar bunyi gelas plastik jatuh dan setelah itu terdengar bunyi seseorang jatuh dari tempat
tidur, diruang 206 dimana tempat Tn.T dirawat. Saat itu juga perawat yang mendengar suara
tersebut mendatangi dan masuk ruang 206, saat itu perawat mendapati Tn.T sudah berada
dilantai dibawah tempatt tidurnya dengan barang-barang disekitarnya berantakan.

Ketika peristiwa itu terjadi keluarga Tn.T sedang berada dikamar mandi, dengan adanya
peristiwa itu keluarga juga langsung mendatangi tn.T, keluarga juga terkejut dengan peristiwa
itu, keluarga menanyakan kenapa terjadi hal itu dan mengapa, keluarga tampak kesal dengan
kejadian itu. Perawat dan keluarga menanyakan kepada tn.T kenapa bapak jatuh, tn.T
mengatakan ”saya akan mengambil minum tiba-tiba saya jatuh, karena tidak ada pengangan pad
temapt tidurnya”, perawat bertanya lagi, kenapa bapak tidak minta tolong kami ” saya pikir kan
hanya mengambil air minum”.

Dua jam sebelum kejadian, perawat merapikan tempat tidur tn.T dan perawat memberikan obat
injeksi untuk penurun darah tinggi (captopril) tetapi perawat lupa memasng side drill tempat
tidur tn.T kembali. Tetapi saat itu juga perawat memberitahukan pada pasien dan keluarga, bila
butuh sesuatu dapat memanggil perawat dengan alat yang tersedia.
B. ANALISA KASUS
Contoh kasus pada bab III merupakan salah satu bentuk kasus kelalaian dari perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan, seharusnya perawat memberikan rasa aman dan nyaman
kepada pasien (Tn.T). rasa nyaman dan aman salah satunya dengan menjamin bahwa Tn.T tidak
akan terjadi injuri/cedera, karena kondisi Tn.T mengalami kelumpuhan seluruh anggota gerak
kanan, sehingga mengalami kesulitan dalam beraktifitas atau menggerakan tubuhnya.
Pada kasus diatas menunjukkan bahwa kelalaian perawat dalam hal ini lupa atau tidak memasang
pengaman tempat tidur (side drill) setelah memberikan obat injeksi captopril, sehingga dengan
tidak adanya penghalang tempat tidur membuat Tn.T merasa leluasa bergerak dari tempat
tidurnya tetapi kondisi inilah yang menyebabkan Tn.T terjatuh.

Bila melihat dari hubungan perawat – pasien dan juga tenaga kesehatan lain tergambar pada
bentuk pelayanan praktek keperawatan, baik dari kode etik dan standar praktek atau ilmu
keperawatan. Pada praktek keperawatan, perawat dituntut untuk dapat bertanggung jawab baik
etik, disiplin dan hukum. Dan prinsipnya dalam melakukan praktek keperawatan, perawat harus
menperhatikan beberapa hal, yaitu: Melakukan praktek keperawatan dengan ketelitian dan
kecermatan, sesuai standar praktek keperawatan, melakukan kegiatan sesuai kompetensinya, dan
mempunyai upaya peningkatan kesejaterahan serta kesembuhan pasien sebagai tujuan praktek.

Kelalaian implikasinya dapat dilihat dari segi etik dan hukum, bila penyelesaiannya dari segi etik
maka penyelesaiannya diserahkan dan ditangani oleh profesinya sendiri dalam hal ini dewan
kode etik profesi yang ada diorganisasi profesi, dan bila penyelesaian dari segi hukum maka
harus dilihat apakah hal ini sebagai bentuk pelanggaran pidana atau perdata atau keduannya dan
ini membutuhkan pakar dalam bidang hukum atau pihak yang berkompeten dibidang hukum.

Bila dilihat dari beberapa teori diatas, maka kasus Tn.T, merupakan kelalaian dengan alasan,
sebagai berikut:

1. Kasus kelalaian Tn.T terjadi karena perawat tidak melakukan tindakan keperawatan yang
merupakan kewajiban perawat terhadap pasien, dalam hal ini perawat tidak melakukan
tindakan keperawatan sesuai standar profesi keperawatan, dan bentuk kelalaian perawat ini
termasuk dalam bentuk Nonfeasance.
Terdapat beberapa hal yang memungkinkan perawat tidak melakukan tindakan keperawatan
dengan benar, diantaranya sebagai berikut:
a. Perawat tidak kompeten (tidak sesuai dengan kompetensinya)
b. Perawat tidak mengetahui SAK dan SOP
c. Perawat tidak memahami standar praktek keperawatan
d. Rencana keperawatan yang dibuat tidak lengkap
e. Supervise dari ketua tim, kepala ruangan atau perawat primer tidak dijalankan
dengan baik
f. Tidak mempunyai tool evaluasi yang benar dalam supervise keperawatan
g. Kurangnya komunikasi perawat kepada pasien dan kelaurga tentang segala
sesuatu yang berkaitan dengan perawatan pasien. Karena kerjasama pasien dan keluarga
merupakan hal yang penting.
h. Kurang atau tidak melibatkan keluarga dalam merencanakan asuhan keperawatan

2. Dampak – dampak kelalaian


Dampak dari kelalaian secara umum dapat dilihat baik sebagai pelanggaran etik dan
pelanggaran hukum, yang jelas mempunyai dampak bagi pelaku, penerima, dan organisasi
profesi dan administrasi.
a. Terhadap Pasien
1) Terjadinya kecelakaan atau injury dan dapat menimbulkan masalah
keperawatan baru
2) Biaya Rumah Sakit bertambah akibat bertambahnya hari rawat
3) Kemungkinan terjadi komplikasi/munculnya masalah
kesehatan/keperawatan lainnya.
4) Terdapat pelanggaran hak dari pasien, yaitu mendapatkan perawatan
sesuai dengan standar yang benar.
5) Pasien dalam hal ini keluarga pasien dapat menuntut pihak Rumah Sakit
atau perawat secara peroangan sesuai dengan ketententuan yang berlaku, yaitu
KUHP.
b. Perawat sebagai individu/pribadi
1) perawat tidak dipercaya oleh pasien, keluarga dan juga pihak profesi
sendiri, karena telah melanggar prinsip-prinsip moral/etik keperawatan, antara lain:
a) Beneficience, yaitu tidak melakukan hal yang sebaiknya dan
merugikan pasien
b) Veracity, yaitu tidak mengatakan kepada pasien tentang tindakan-
tindakan yang harus dilakukan oleh pasien dan keluarga untuk dapat mencegah
pasien jatuh dari tempat tidur
c) Avoiding killing, yaitu perawat tidak menghargai kehidupan
manusia, jatuhnya pasien akan menambah penderitaan pasien dan keluarga.
d) Fidelity, yaitu perawat tidak setia pad komitmennya karena
perawat tidak mempunyai rasa “caring” terhadap pasien dan keluarga, yang
seharusnya sifat caring ini selalu menjadi dasar dari pemberian bantuan kepada
pasien.
2) Perawat akan menghadapai tuntutan hukum dari keluarga pasien dan
ganti rugi atas kelalaiannya. Sesuai KUHP.
3) Terdapat unsur kelalaian dari perawat, maka perawat akan mendapat
peringatan baik dari atasannya (Kepala ruang – Direktur RS) dan juga organisasi
profesinya.
c. Bagi Rumah Sakit
1) Kurangnya kepercayaan masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan RS
2) Menurunnya kualitas keperawatan, dan kemungkinan melanggar visi
misi Rumah Sakit
3) Kemungkinan RS dapat dituntut baik secara hukum pidana dan perdata
karena melakukan kelalaian terhadap pasien
4) Standarisasi pelayanan Rumah Sakit akan dipertanyakan baik secara
administrasi dan prosedural
d. Bagi profesi
1) Kepercayaan masyarakat terhadap profesi keperawatan berkurang,
karena menganggap organisasi profesi tidak dapat menjamin kepada masyarakat
bahwa perawat yang melakukan asuhan keperawatan adalah perawat yang sudah
kompeten dan memenuhi standar keperawatan.
2) Masyarakat atau keluarga pasien akan mempertanyakan mutu dan
standarisasi perawat yang telah dihasilkan oleh pendidikan keperawatan

3. Hal yang perlu dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan bagi penerima
pelayanan asuhan keperawatan, adalah sebagai berikut:
# Bagi Profesi atau Organisasi Profesi keperawatan :
a. Bagi perawat secara individu harus melakukan tindakan keperawatan/praktek
keperawatan dengan kecermatan dan ketelitian tidak ceroboh.
b. Perlunya standarisasi praktek keperawatan yang di buat oleh organisasi profesi
dengan jelas dan tegas.
c. Perlunya suatu badan atau konsil keperawatan yang menyeleksi perawat yang
sebelum bekerja pada pelayanan keperawatan dan melakukan praktek keperawatan.
d. Memberlakukan segala ketentuan/perundangan yang ada kepada perawat/praktisi
keperawatan sebelum memberikan praktek keperawatan sehingga dapat dipertanggung
jawabkan baik secara administrasi dan hukum, missal: SIP dikeluarkan dengan sudah
melewati proses-proses tertentu.

# Bagi Rumah Sakit dan Ruangan


a. Hendaknya Rumah Sakit melakukan uji kompetensi sesuai standarisasi yang telah
ditetapkan oleh profesi keperawatan
b. Rumah Sakit dalam hal ini ruangan rawat melakukan uji kompetensi pada bidangnya
secara bertahap dan berkesinambungan.
c. Rumah Sakit/Ruang rawat dapat melakukan system regulasi keperawatan yang jelas dan
sesuai dengan standar, berupa registrasi, sertifikasi, lisensi bagi perawatnya.
d. Perlunya pelatihan atau seminar secara periodic bagi semua perawat berkaitan dengan
etik dan hukum dalam keperawatan.
e. Ruangan rawat harus membuat SAK atau SOP yang jelas dan sesuai dengan standar
praktek keperawatan.
f. Bidang keperawatan/ruangan dapat memberikan pembinaan kepada perawat yang
melakukan kelalaian.
g. Ruangan dan RS bekerjasama dengan organisasi profesi dalam pembinaan dan persiapan
pembelaan hukum bila ada tuntutan dari keluarga.

Penyelesaian Kasus Tn.T dan kelalaian perawat diatas, harus memperhatikan berbagai hal baik
dari segi pasien dan kelurga, perawat secara perorangan, Rumah Sakit sebagai institusi dan juga
bagaimana padangan dari organisasi profesi.
Pasien dan keluarga perlu untuk dikaji dan dilakukan testomoni atas kejadian tersebut, bila
dilihat dari kasus bahwa Tn.T dan kelurga telah diberikan penjelasan oleh perawat sebelum, bila
membutuhkan sesuatu dapat memanggil perawat dengan menggunakan alat bantu yang ada. Ini
menunjukkan juga bentuk kelalaian atau ketidakdisiplinan dari pasien dan keluarga atas jatuhnya
Tn.T.

Segi perawat secara perorangan, harus dilihat dahulu apakah perawat tersebut kompeten dan
sudah memiliki Surat ijin perawat, atau lainnya sesuai ketentuan perudang-undangan yang
berlaku, apa perawat tersebut memang kompete dan telah sesuai melakukan praktek asuhan
keperawatan pada pasien dengan stroke, seperti Tn.T.
Tetapi bagaimanapun perawat harus dapat mempertanggung jawabkan semua bentuk kelalaian
sesuai aturan perundangan yang berlaku.

Bagi pihak Rumah Sakit, harus juga memberikan penjelasan apakah perawat yang dipekerjakan
di Rumah Sakit tersebut telah memenuhi syarat-syarat yang diperbolehkan oleh profesi untuk
mempekerjakan perawat tersebut. Apakah RS atau ruangan tempat Tn.T dirawat mempunyai
standar (SOP) yang jelas. Dan harus diperjelas bagaimana Hubungan perawat sebagai pemberi
praktek asuhan keperawatan di dan kedudukan RS terhadap perawat tersebut.

Bagi organisasi profesi juga harus diperhatikan beberapa hal yang memungkinkan perawat
melakukan kelalaian, organisasi apakah sudah mempunyai standar profesi yang jelas dan telah
diberlakukan bagi anggotannya, dan apakah profesi telah mempunyai aturan hukum yang
mengikat anggotannya sehingga dapat mempertanggung jawabkan tindakan praktek
keperawatannya dihadapan hukum, moral dan etik keperawatan.

Keputusan ada atau tidaknya kelalaian/malpraktek bukanlah penilaian atas hasil akhir pelayanan
praktek keperawatan pada pasien, melainkan penilaian atas sikap dan tindakan yang dilakukan
atau yang tidak dilakukan oleh tenaga medis dibandingkan dengan standar yang berlaku.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk dalam arti malpraktik,
artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada unsur kelalaian.
Dapat dikatakan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu yang harusnya dilakukan pada
tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan atau melakukan tindakan dibawah standar yang
telah ditentukan.

Kelalaian praktek keperawatan adalah seorang perawat tidak mempergunakan tingkat


ketrampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan yang lazim dipergunakan dalam merawat
pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama.
Kelalaian merupakan bentuk pelanggaran yang dapat dikategorikan dalam pelanggaran etik
dan juga dapat digolongan dalam pelanggaran hukum, yang jeas harus dilihat dahulu proses
terjadinya kelalaian tersebut bukan pada hasil akhir kenapa timbulnya kelalaian. Harus
dilakukan penilaian terleih dahulu atas sikap dan tindakan yang dilakukan atau yang tidak
dilakukan oleh tenaga keperawatan dengan standar yang berlaku.

Sebagai bentuk tanggung jawab dalam praktek keperawatan maka perawat sebelum
melakukan praktek keperawatan harus mempunyai kompetensi baik keilmuan dan
ketrampilan yang telah diatur dalam profesi keperawatan, dan legalitas perawat Indonesia
dalam melakukan praktek keperawatan telah diatur oleh perundang-undangan tentang
registrasi dan praktek keperawatan disamping mengikuti beberapa peraturan perundangan
yang berlaku.

Penyelesaian kasus kelalaian harus dilihat sebagai suatu kasus profesional bukan sebagai
kasus kriminal, berbeda dengan perbuatan/kegiatan yang sengaja melakukan kelalaian
sehingga menyebabkan orang lain menjadi cedera dll. Disini perawat dituntut untu lebih hati-
hati, cermat dan tidak cerobah dalam melakukan praktek keperawatannya. Sehingga pasien
terhindar dari kelalaian.

B. SARAN
 Standar profesi keperawatan dan standar kompetensi merupakan hal penting
untuk menghindarkan terjadinya kelalaian, maka perlunya pemberlakuan
standar praktek keperawatan secara Nasional dan terlegalisasi dengan jelas.
 Perawat sebagai profesi baik perorangan dan kelompok hendaknya memahami
dan mentaati aturan perundang-undangan yang telah diberlakukan di
Indonesia, agar perawat dapat terhindar dari bentuk pelanggaran baik etik dan
hukum.
 Pemahaman dan bekerja dengan kehati-hatian, kecermatan, menghindarkan
bekerja dengan cerobah, adalah cara terbaik dalam melakukan praktek
keperawatan sehingga dapat terhindar dari kelalaian/malpraktek.
 Rumah Sakit sebagai institusi pengelola layanan praktek keperawatan dan
asuhan keperawatan harus memperjelas kedudukannya dan hubungannya
dengan pelaku/pemberi pelayanan keperawatan, sehingga dapat diperjelas
bentuk tanggung jawab dari masing-masing pihak
 Penyelesaian terbaik dalam menghadapi masalah kelalaian adalah dengan
jalan melakukan penilaian atas sikap dan tindakan yang dilakukan atau yang
tidak dilakukan oleh tenaga perawat dan dibandingkan dengan standar yang
berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Kozier. (2000). Fundamentals of Nursing : concept theory and practices. Philadelphia.
Addison Wesley.

Kepmenkes RI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001, Tetang Resgistrasi Praktik Perawat.

Sampurno, B. (2005). Malpraktek dalam pelayanan kedokteran. Materi seminar tidak


diterbitkan.
Undang-undang Perlindungan Konsumen nomor 8 tahun 1999. Jakarta: Sinar Grafika.

Anda mungkin juga menyukai