Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL

1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2018).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2019). 
Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang diterima
sebagai perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif atau mengancam
(Wilkinson, 2017).
2. Rentang respon
Adapun rentang sosial dari adaptif sampai terjadi respon yang maladaptif (Stuart &
Sundeen, 2012), yaitu :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri Manipulasi

Otonomi Menarik diri Impulsif

Bekerjasama Tergantung Narcissisme

Saling tergantung

3. Faktor penyebab
Menurut Stuart dan Sundeen, perilaku menarik diri dipengaruhi oleh faktor
predisposisi atau faktor yang mungkin mempengaruhi terjadinya gangguan jiwa.
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yaitu faktor yang bisa menimbulkan respon sosial
yang maladaptif. Faktor yang mungkin mempengaruhi termasuk :
1) Perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan
mencetuskan seseorang akan mempunyai masalah respon maladaptif.
2) Biologik
Adanya keterlibatan faktor genetik, status gizi, kesehatan
umum yang lalu dan sekarang.Ada bukti terdahulu tentang terlibatnya
neurotransmiter dalam perkembangan gangguan ini, tetepi masih perlu
penelitian.
3) Sosiokultural
Isolasi karena mengadopsi norma, prilaku dan sistem nilai yang
berbeda dari kelompok budaya mayoritas, seperti tingkat
perkembangan usia, kecacatan, penyakit kronik, pendidikan, pekerjaan
dan lain-lain.

b. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh stress yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan
dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1) Stressor sosiokultural
Menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah dari orang yang
berarti, misalnya perceraian, kematian, perpisahan kemiskinan, konflik
sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) dan sebagainya.
2) Stressor Psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan dan bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya, misalnya perasaan
cemas yang mengambang, merasa terancam.

4. Tanda dan gejala


Observasi yang ditemukan pada klien dengan perilaku menarik diri akan
ditemukan (data objektif), yaitu apatis, ekspresi sedih, afeks tumpul, menghindari dari
orang lain (menyendiri), klien tampak memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada
saat makan, komunikasi kurang/tidak ada, klien tidak tampak bercakap-cakap dengan
klien atau perawat, tidak ada kontak mata, klien lebih suka menunduk, berdiam diri di
kamar/tempat terpisah, klien kurang mobilitas, menolak berhubungan dengan orang
lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap, tidak
melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga
sehari-hari tidak dilakukan, posisi janin pada saat tidur. Data subjektif sukar didapat
jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah menjawab dengan
kata-kata singkat dengan kata-kata “tidak”, “ya”, atau “tidak tahu”.
Menurut buku panduan diagnosa keperawatan NANDA (2010) isolasi sosial
memiliki batasan karakteristik meliputi:
Data Obyektif :
a. Tidak ada dukungan dari orang yang penting (keluarga, teman, kelompok)
b. Perilaku permusuhan
c. Menarik diri
d. Tidak komunikatif
e. Menunjukan perilaku tidak diterima oleh kelompok kultural dominant
f. Mencari kesendirian atau merasa diakui di dalam sub kultur
g. Senang dengan pikirannya sendiri
h. Aktivitas berulang atau aktivitas yang kurang berarti
i. Kontak mata tidak ada
j. Aktivitas tidak sesuai dengan umur perkembangan
k. Keterbatasan mental/fisik/perubahan keadaan sejahtera
l. Sedih, afek tumpul

Data Subyektif:

a. Mengekpresikan perasaan kesendirian


b. Mengekpresikan perasaan penolakan
c. Minat tidak sesuai dengan umur perkembangan
d. Tujuan hidup tidak ada atau tidak adekuat
e. Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
f. Ekspresi nilai sesuai dengan sub kultur tetapi tidak sesuai dengan kelompok
kultur dominant
g. Ekspresi peminatan tidak sesuai dengan umur perkembangan
h. Mengekpresikan perasaan berbeda dari orang lain
i. Tidak merasa aman di masyarakat
5. Proses terjadinya
Gangguan ini terjadi karena adanya faktor predisposisi dan faktor prespitasi.
Kegagalan pada gangguan ini akan menimbulkan ketidakpercayaan individu,
menimbulkan rasa pesimis, ragu, takut salah, tidak percaya pada orang lain, merasa
tertekan, keadaan yang seperti ini akan menimbulkan dampak seseorang tidak ingin
untuk berkomunikasi dengan orang lain,suka menyendiri, lebih suka berdiam diri dan
tidak mementingkan kegiatan sehari-hari(Direja,2011).
6. Mekanisme koping
Kaji koping adaptif ataupun maladaptif yang biasa digunakan klien dengan
menarik diri, seperti regresi (kemunduran ke tingkat perkembangan yang lebih rendah
dengan respon yang kurang matang), represi (koping yang menekan keadaan yang
tidak menyenangkan ke alam bawah sadar), isolasi (respon memisahkan diri dari
lingkungan sosial).
7. Penatalaksanaan
1. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik
diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi.
Gangguan perasaan  dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya
berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan
sosial dan melakukan kegiatan rutin. Mempunyai efek samping gangguan
otonomi (hypotensi) antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan
dalam miksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia
sindrom parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe). Metabolic (Soundiee).
Hematologik, agranulosis. Biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan
jantung (Andrey, 2019).
b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental
serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti
gangguan miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur ,
tekanan infra meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap
penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2019).
c. Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan
idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine.
Memiliki efek samping diantaranya mulut kering, penglihatan kabur, pusing,
mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi
urine. Kontraindikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP),
glaukoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2019).

2. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan
strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi
pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi penyebab
isolasi social, berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan kerugian
apabila berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara
berkenalan, dan memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang
lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada pasien mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu orang, dan membantu pasien memasukkan kegiatan
berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian. Pada SP
tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan
untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih dan menganjurkan pasien
memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya (Purba, dkk. 2018)
3. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2018), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan
bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari yang meliputi:
I. Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien
sewaktu bangun tidur.
II. Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua
bentuk tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB
dan BAK.
III. Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam
kegiatan mandi dan sesudah mandi.
IV. Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
keperluan berganti pakaian.
V. Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada
waktu, sedang dan setelah makan dan minum.
VI. Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan
dengan kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan
dengan kebersihan pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.
VII. Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti
dan dapat menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak
menggunakan/menaruh benda tajam sembarangan, tidak
merokok sambil tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya
tanpa tujuan yang positif.
VIII. Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien
untuk pergi tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi
tidur ini perlu diperhatikan karena sering merupakan gejala
primer yang muncul padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang
dinilai bukan gejala insomnia (gangguan tidur) tetapi
bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.
b. Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial
pasien dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
I. Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk
melakukan hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya
menegur kawannya, berbicara dengan kawannya dan sebagainya.
II. Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk
melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa,
menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan
dan sebagainya.
III. Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara
dengan orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap
sebagai tanda adanya kesungguhan dalam berkomunikasi.
IV. Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan
bergaul dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
V. Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
VI. Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata
krama atau sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun
orang lain.
Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang
bersifat mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti
tidak meludah sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan
dan sebagainya.
8. Prinsip tindakan keperawatan
Menerapkan teknik therapeutik, melibatkan keluarga, kontak seringtetapi
singkat, peduli, empati, jujur, menepati janji, memenuhi kebutuhansehari ; hari,
libatkan klien TAK

Asuhan teoritis keperawatan


A. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi,
penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian ,tulis
tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :
1. Identitas klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama,
tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
2. Keluhan utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi
kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang
lain ,tidak melakukan kegiatan sehari – hari , dependen.
3. Factor predisposisi
kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak
realistis ,kegagalan / fru stasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan
struktur sosial.Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan
dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi
( korban perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang
tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung
lama.
4. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhafisik yang dialami oleh klien.
5. Aspek Psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri
1) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan
terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang
tubuh . Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan
keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
2) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan
dan tidak mampu mengambil keputusan .
3) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit ,
proses menua , putus sekolah, PHK.
4) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
5) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri
sendiri , gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat ,
mencederai diri, dan kurang percaya diri.
a. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan
hubunga social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan,
kelempok yang diikuti dalam masyarakat.
b. Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah
( spritual)

6. Hubungan sosial (di rumah dan di rumah sakit)


a. Tanyakan pada klien / keluarga siapa orang yang paling berarti dalam
kehidupannya, tempat mengadu, tempat bicara, minta bantuan atau
sokongan.
b. Tanyakan pada klien / keluarga, kelompok apa saja yang diikuti dalam
masyarakat.
c. Tanyakan pada klien / keluarga pada klien sejauh mana klien terlibat dalam
kelompok di masyarakat.
7. Spiritual, meliputi pandangan, nilai dan keyakinan klien terhadap gangguan jiwa
sesuai dengan agama yang dianut, kegiatan ibadah yang biasa dilakukan di rumah.
8. Status mental
Nilai aspek-aspek meliputi :
a. Penampilan (rapi / tidak) , penggunaan dan cara berpakaian.
b. Pembicaraan; cepat, keras, gagap, membisu, apatis, lambat, inkoheren,
atau tidak dapat memulai pembicaraan.
c. Aktifitas motorik; tampak adanya kelesuan, ketegangan, kegelisahan,
agitasi, tik (gerakan involunter pada otot), grimasen (gerakan otot muka
yang berubah-ubah yang tidak dapat dikontrol klien), tremor atau
kompulsif.
d. Alam perasaan; sedih, gembira, putus asa, ketakutan, atau khawatir.
e. Afek; datar, tumpul, labil, tidak sesuai.
f. Interaksi selama wawancara; bermusuhan, tidak kooperatif, kontak mata
kurang, defensif, curiga atau mudah tersinggung.
g. Persepsi; menentukan adanya halusinasi dan jenisnya.
h. Proses pikir; sirkumstansial (pembicaraan berbelit-belit, tapi sampai pada
tujuan pembicaraan), tangensial (pembicaraan berbelit-belit tidak sampai
pada tujuan pembicaraan), kehilangan asosiasi (pembicaraan yang tidak
ada hubungan satu dengan yang lainnya), flight of ideas (pembicaraan
yang meloncat-loncat), blocking (pembicaraan terhenti sejenak tanpa
gangguan eksternal, kemudian dilanjutkan kembali), perseverasi
(pembicaraan yang diulang berkali-kali).
i. Isi pikir; obsesi (pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha
menghilangkannya), phobia (ketakutan patologis pada objek / situasi
tertentu), hipokondria (keyakinan terhadap adanya gangguan organ di
dalam tubuh yang sebenarnya tidak ada), depersonalisasi (merasa asing
terhadap diri sendiri, orang lain atau lingkungan), ide yang terkait
(keyakinan klien terhadap kejadian yang banyak di lingkungan yang
bermakna dan terkait pada dirinya), pikiran magis dan waham.
j. Tingkat kesadaran; bingung, sedasi, stupor, orientasi waktu, tempat dan
orang.
k. Memori; adanya gangguan daya ingat jangka panjang, gangguan daya
ingat jangka pendek, gangguan daya ingat saat ini, konfabulasi.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung; perhatian klien yang mudah dialihkan,
tidak mampu memperbaiki, tidak mampu berhitung.
m. Kemampuan penilaian; gangguan penilaian ringan dan gangguan
kemampuan penilaian bermakna.
n. Daya tilik diri; pengingkaran terhadap penyakit yang diderita,
menyalahkan hal-hal di luar dirinya.
9. Kebutuhan persiapan pulang
Observasi kemampuan klien akan; makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian,
istirahat dan tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktifitas di dalam
dan di luar rumah.
10. Mekanisme koping
Kaji koping adaptif ataupun maladaptif yang biasa digunakan klien dengan
menarik diri, seperti regresi (kemunduran ke tingkat perkembangan yang lebih
rendah dengan respon yang kurang matang), represi (koping yang menekan
keadaan yang tidak menyenangkan ke alam bawah sadar), isolasi (respon
memisahkan diri dari lingkungan sosial).
11. Masalah psikososial
Masalah psikososial dapat didapat melalui wawancara dengan pasien atau
keluarga. Pada tiap masalah yang dimiliki klien, beri uraian spesifik, singkat dan
jelas.
12. Pengetahuan
Aspek pengetahuan biasanya berisi tentang kurangnya kesadaran klien untuk
bersosialisasi dan pentingnya kemampuan berhubungan sosial klien yang masih
kurang.
13. Aspek medis
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor,
therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.
14. Daftar masalah
1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah
3. Halusinasi

15. Pohon masalah

Sumber: (Keliat, 2016)

16. Kemungkinan diagnosa keperawatan


1. Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri.
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya
koping individu : koping defensif
17. Rencana keperawatan
RENCANA TINDAKAN

DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN

Isolasi Sosial Setelah dilakukan tindakan TINDAKAN


keperawatan selama 3 x 24 PSIKOTERAPEUTIK
jam Klien dapat berinteraksi dengan
§  Klien
orang lain baik secara individu
maupun secara berkelompok SP 1                                             
dengan kriteria hasil :
o  Bina hubungan saling percaya
§  Klien dapat membina hubungan
o  Identifikasi penyebab isolasi
saling percaya.
sosial
§  Dapat menyebutkan penyebab
SP 2            
isolasi sosial.
o  Diskusikan bersama Klien
§  Dapat menyebutkan keuntungan
keuntungan berinteraksi dengan
berhubungan dengan orang lain.
orang lain dan kerugian tidak
§  Dapat menyebutkan kerugian berinteraksi dengan orang lain
tidak berhubungan dengan orang
o  Ajarkan kepada Klien cara
lain.
berkenalan dengan satu orang
§  Dapat berkenalan dan bercakap-
o  Anjurkan kepada Klien untuk
cakap dengan orang lain secara
memasukan kegiatan berkenalan
bertahap.
dengan orang lain
§  Terlibat dalam aktivitas sehari- dalam jadwal kegiatan harian
hari dirumah

SP 3

o  Evaluasi pelaksanaan dari


jadwal kegiatan harian Klien

o  Beri kesempatan pada Klien


mempraktekan cara berkenalan
dengan dua orang

o  Ajarkan Klien berbincang-


bincang dengan dua orang tetang
topik tertentu

o  Anjurkan kepada Klien untuk


memasukan kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain
dalam jadwal kegiatan harian
dirumah

SP 4

o  Evaluasi pelaksanaan dari


jadwal kegiatan harian Klien

o  Jelaskan tentang obat yang


diberikan (Jenis, dosis, waktu,
manfaat dan efek samping obat)

o  Anjurkan Klien memasukan


kegiatan
bersosialisasi dalam jadwal kegiat
an harian dirumah

o  Anjurkan Klien
untuk bersosialisasi dengan orang
lain

§  Keluraga

o  Diskusikan masalah yang


dirasakan kelura dalam merawat
Klien

o  Jelaskan pengertian, tanda dan


gejala isolasi sosial yang dialami
Klien dan proses terjadinya

o  Jelaskan dan latih keluarga


cara-cara merawat Klien

TINDAKAN PSIKOFARMAKA

§  Beri obat-obatan  sesuai


program

§  Pantau keefektifan dan efek


sampig obat yang diminum

§  Ukur vital sign secara periodik

TINDAKAN MANIPULASI
LINGKUNGAN

§  Libatkan dalam makan bersama

§  Perlihatkan sikap menerima


dengan cara melakukan kontak
singkat tapi sering

§  Berikan reinforcement positif 


setiap Klien berhasil melakukan
suatu tindakan

§  Orientasikan Klien pada waktu,


tempat, dan orang sesuai
kebutuhannya

Gangguan konsep diri: Setelah dilakukan tindakan asuhan TINDAKAN


harga diri rendah keperawatan selama 3 x pertemuan PSIKOTERAPEUTIK
berhubungan dengan klien mempunyai konsep diri yang
tidak efektifnya koping positif dengan criteria hasil: Pasien:
individu : koping
§ Dapat membina hubungan saling § Bina hubungan saling percaya
defensif.
percaya
§ Identifikasi kemampuan dan
§ Dapat mengidentifikasi aspek aspek positif yang dimiliki klien
positif yang dimiliki (individu, keluarga, dan
masyarakat)
§ Dapat mengembangkan
kemampuan yang telah diajarkan § Antu klien menilai kemampuan
klien yang dapat digunakan
§ Dapat terlibat dalam terapi
aktivitas kelompok orientasi realita § Bantu klien memilih kegiatan
dan stimulasi persepsi dan melatih sesuai dengan
kemampuan klien
§ Dapat mengikuti aktivitas di
rumah § Melatih kemampuan kedua

§ Dapat minum obat dengan § Anjurkan klien memasukan


bantuan minimal dalam jadwal kegiatan harian

Keluarga:

§  Diskusikan masalah yang


dirasakan keluargadalam merawat
klien

§  Jelaskan pengertian, tanda, dan


gejala harga diri rendah yang
dialami klien beserta proses
terjadinya

§  Jelaskan cara-cara merawat


klien harga diri rendah

§  Latih keluarga melakukan cara


merawat langsung kepada klien
harga diri rendah dirumah

§  Bantu keluarga membuat


jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat

§  Jelaskan follow up klien

TINDAKAN PSIKOFARMAKA

§  Berikan obat-obatan sesuai


program pengobatan klien

§  Pantau keefektifan dan efek


samping obat yang diminum

§  Ukur VS secara periodic

TINDAKAN MANIPULASI
LINGKUNGAN

§ Bersikap menerima klien dan


negativismenya

§ Libatkan klien dalam setiap


aktivitas dirumah dan di
lingkungan

§ Beri kesempatan pada klien


untuk mengerjakan tugas dan
tanggung jawabnya sendiri
misalnya merapikan tempat tidur,
membersihkan alat makan, dan
minum obat

§ Berikan umpan balik positif


untuk tugas-tugas yang dilakukan
secara mandiri
18. Implementasi
Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Fokus intervensi dalam mengatasi isolasi sosial antara lain:
1. Mengatasi masalah utama yaitu isolasi sosial
2. Mengatasi Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan tidak
efektifnya koping individu : koping defensif.

19. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada pasien. Evaluasi ini harus dilakukan terus menerus pada
respons pasien isolasi sosial terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.

Daftar pustaka
Anna Budi Keliat, SKp. (2016). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri,
Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Anonim. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial. Diakses pada tanggal 24
Juli 2012 pada http://nurse87.wordpress.com/2009/06/04/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan-isolasi-sosial/

Keliat Budi Ana. 2017. Proses  Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta : EGC

Kusumawati dan Hartono . 2013 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika

Nita Fitria. 2018. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta:
Salemba Medika.

Rasmun, (2014). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan


Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API). Jakarta :
fajar Interpratama.

Stuart dan Sundeen . 2015 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .

Anda mungkin juga menyukai