A. DIARE
Pengertian diare menurut WHO (1999) secara klinis didefinisikan sebagai
bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari,
disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah.
Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan
diare persisten. Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu
penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja,
yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya
tiga kali atau lebih dalam sehari.
1. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolik dan hypokalemia.
2. Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat
diare dengan atau tanpa disertai muntah.
3. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan
muntah (Soegijanto, 2002).
Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare
dan muntah, kadang-kadang orang tuanya menghentikan pemberian makanan karena
takut bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila makanan tetap diberikan
dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan lebih sering terjadi pada anak yang
sebelumnya telah menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal bertambah berat badan.
Sebagai akibat hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapat mengakibatkan
kejang dan koma (Suharyono, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
https://www.e-jurnal.com/2013/04/pengertian-diare.html
B. PNEUMONIA PADA ANAK
Pendahuluan
UNICEF memperkirakan bahwa pneumonia pediatrik membunuh 3 juta anak
di seluruh dunia setiap tahun. Kematian ini terjadi hampir secara eksklusif pada anak-
anak dengan kondisi yang mendasarinya, seperti penyakit paru kronis prematur,
penyakit jantung bawaan, dan imunosupresi. Meskipun sebagian besar kematian
terjadi di negara-negara berkembang, pneumonia tetap menjadi penyebab morbiditas
yang signifikan di negara-negara industri.
Diagnosis
Tanda dan gejala pneumonia sering tidak spesifik dan sangat bervariasi
berdasarkan usia pasien dan organisme patogen yang terlibat. Mengamati pernapasan
anak selama pemeriksaan fisik adalah langkah pertama yang penting dalam
mendiagnosis pneumonia. Ambang batas laju pernapasan Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) untuk mengidentifikasi anak-anak dengan pneumonia adalah sebagai berikut:
1. Anak-anak di bawah 2 bulan: Lebih besar atau sama dengan 60 napas / menit.
2. Anak-anak berusia 2-11 bulan: Lebih besar atau sama dengan 50 napas / menit.
3. Anak-anak berusia 12-59 bulan: Lebih besar atau sama dengan 40 napas / menit.
Penilaian saturasi oksigen dengan oksimetri nadi harus dilakukan pada awal
evaluasi ketika gejala pernapasan ada. Sianosis dapat terjadi pada kasus yang parah.
Kapnografi mungkin berguna dalam evaluasi anak-anak dengan gangguan pernapasan
potensial.
Tes diagnostik lain mungkin termasuk yang berikut:
1. Auskultasi dengan stetoskop
2. Kultur
3. Serologi
4. Hitung sel darah lengkap
5. Radiografi dada
6. Ultrasonografi
Tatalaksana
Antibiotik
Vaksin
Nicholas JB. 2018. Pediatric Pneumonia. New York: Medscape www.Jasa Jurnal.com
Layanan pencarian jurnal dan penerjemahan jurnal kedokteran bergaransi
http://www.jasajurnal.com/pneumonia-pada-anak/
C. DBD
Musim hujan seperti sekarang ini sangatlah rentan dengan penyakit Demam
berdarah. Demam berdarah dengue (DBD) atau biasa juga dikenal sebagai dengue
fever disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang berkembang di daerah tropis dan
subtropics.
Demam berdarah dengue (DBD) atau biasa juga dikenal sebagai dengue fever
disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang berkembang di daerah tropis dan
subtropis. DBD ringan dapat menyebabkan demam tinggi, ruam merah pada kulit dan
nyeri pada otot. DBD yang parah biasa disebut demam hemoragik dapat
menyebabkan pendarahan yang parah, tekanan darah menurun drastis, dan kematian.
Penanganan DBD
Tidak ada terapi yang spesifik untuk DBD, berikut beberapa terapi yang dapat
dillakukan untuk mencegah kondisi bertambah parah :
a. Mengkonsumsi banyak cairan untuk mencegah dehidrasi karena
muntah dan demam.
b. Berkonsutasi dengan dokter untuk mendapatkan terapi pengobatan
yang dapat menurunkan gejala seperti nyeri dan demam.
Jika kondisi semakin parah maka diperlukan perawatan intensif di rumah sakit.
Daftar pustaka
Achmadi U.F., 2009. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol 3. No. 4: 147-154.
Akhmadi., Ridha M.R., Marlinae L., Setyaningtyas D.E., 2012. Hubungan Pengetahuan,
Sikap, dan Perilaku Masyarakat Terhadap Demam Berdarah Dengue di Kota Banjarbaru,
Kalimantan Selatan. Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang. Vol. 4. No. 1: 7-
13.