Anda di halaman 1dari 45

GANGGUAN PSIKOLOGI PADA MASA NIFAS

DAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI (KISTA OVARIUM)

Disusun oleh :

Agustia Ayu Lestari 181440102

Arensy Aprillia 181440106

Bella Dwi Nopita 181440108

Farah Devianti 181440114

Fikrie Miliansya Ramadhon 181440115

Husna Dayanti 181440118

Iin Savera 181440119

Sinta Rusmana 181440137

j Wela Apriyani 181440139

Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan maternitas

Dosen pengampuh : Erni Chaerani, MKM

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


PANGKALPINANG PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa terjadinya perubahan fisik dan psikologis yang
terjadi setelah proses kehamilan dan melahirkan. Apabila dalam proses perubahan
pada masa nifas tersebut tidak normal, maka akan menimbulkan suatu gejala yang
dapat dilihat dari fisik, perilaku maupun emosional. Secara umum gangguan
perubahan psikologis ini disebabkan beberapa faktor, antara lain yaitu perubahan
hormon yang fluktuatif, kurangnya persiapan mental dalam menghadapi peran sebagai
ibu dan orangtua yang akan dialami setelah melahirkan, serta perasaan yang
cenderung belum siap menerima kelahiran bayinya (Yetti, 2010). Gangguan
perubahan psikologis yang dialami ini akan berakibat pada perubahan sikap saat masa
nifas.
Ovarium mempunyai fungsi dan peranan yang penting sebagai organ
reproduksi khususnya bagi wanita , namun dalam fungsi dan peranannya terdapat
masalah yang patut untuk diperhatikan. Masalah tersebut adalah kista ovarium,
potensinya dapat menyerang kaum wanita pada umumnya. Namun pada hegemoni
sekarang ini kaum wanita kurang atau bahkan tidak memperhatikan hal-hal yang
berkaitan sehingga resiko timbul kista ovarium menjadi tinggi. Demikian juga etiologi
dari kista ovarium juga sangat erat dengan aktifitas sehari-hari menjadi faktor
pendukung kerentanan individu terkena kista ovarium.
Tahun 2008 WHO (World Health Organization) telah memaparkan bahwa
kista ovarium merupakan penyebab kematian utama pada kasus keganasa ginekologi.
Kista ovarium juga merupakan kanker kelima yang sering menjadi penyebab kematian
pada wanita setelah setelah kanker paru-paru, kolorental, payudara dan pankreas.
Angka insiden pada wanita di bawah 50 tahun sebanyak 5,3/100.000 dan meningkat
menjadi 41,4/100 pada wanita di atas 50 tahun. Resiko yang paling ditakuti dari kista
ovarium yaitu mengalami degenerasi keganasan, disamping itu bisa juga mengalami
torsi atau terpuntir sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan, atau infeksi.
Begitu tingginya resiko terjadi kista ovarium mengharuskan setiap kaum
wanita meningkatkan perhatian dan kewaspadaan terhadap segala yang berkaitan
mengenai kista ovarium. Sehingga peran perawat dalam health educator sangat
diperlukan yaitu menjelaskan, mengajarkan, memberi arahan serta memberi asuhan
keperawatan yang sesuai terhadap penanganan klien dengan kista ovarium.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian gangguan psikologi pada nifas?
2. Etiologi gangguan psikologi pada nifas?
3. Patofisiologi gangguan psikologi pada nifas?
4. Manifestasi gangguan psikologi pada nifas?
5. Pemeriksaan diagnostik gangguan psikologi pada nifas?
6. Pathway
7. Asuhan keperawatan pada gangguan psikologi pada nifas?
8. Apa definisi dari kista ovari?
9. Apa klasifikasi dari kista ovari?
10. Bagaimana etiologi dari kista ovari?
11. Bagaimana komplikasi dari kista ovari?
12. Bagaimana patofisiologi dari kista ovari?
13. Bagaimana asuhan keperawatan keperawatan yang harus dilakukan untuk pasien
dengan kista ovari?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Pengertian gangguan psikologi pada nifas
2. Mengetahui Etiologi gangguan psikologi pada nifas
3. Mengetahui Patofisiologi gangguan psikologi pada nifas
4. Mengetahui Manifestasi gangguan psikologi pada nifas
5. Mengetahui Pemeriksaan diagnostik gangguan psikologi pada nifas
6. Mengetahui Pathway
7. Mengetahui Asuhan keperawatan pada gangguan psikologi pada nifas
8. Mengetahui definisi dari kista ovary
9. Mengetahui etiologi dan faktor penyebab terjadinya kista ovari
10. Mengetahui patofisiologi dari kista ovary
11. Mengetahui manifestasi klinis yang muncul pada klien dengan kista ovary
12. Menjelaskan patofisiologi dan Web of Caution terjadinya kista ovary
13. Mengetahui pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk mendiagnosa kista
ovary
14. Menjelaskan penatalaksanaan pada klien dengan kista ovary
15. Menjelaskan proses asuhan keperawatan pada klien dengan kista ovari.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Teori


Masa nifas (puerperium) dimulai sejak kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan saat sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung kira-kira selama 6 minggu. Pengawasan dan asuhan post partum masa
nifas sangat diperlukan yang tujuannya adalah menjaga kesehatan ibu dan bayinya,
baik fisik maupun psikologis, melaksanakan sekrining yang komprehensif,
mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian immunisasi pada saat bayi sehat, memberikan
pelayanan KB. Reaksi emosional yang biasanya muncul pada perempuan di masa
nifas pasca melahirkan yaitu:
a. ‘Maternity Blues’ atau ‘Post Partum Blues’ atau ‘Blues’
b. Psikois pasca persalinan
c. Depresi pasca persalinan.

B. Fase –Fase Perubahan Psikologis


Seorang ibu yang berada pada periode pascapartum mengalami banyak
perubahan baik perubahan fisik maupun psikologi. Perubahan psikologi pascapartum
pada seorang ibu yang baru melahirkan terbagi dalam tiga fase:
a. taking in dimana pada fase ini ibu ingin merawat dirinya sendiri, banyak bertanya
dan bercerita tentang pengalamannya selama persalinan yang berlangsung 1 sampai
2 hari.
b. taking hold dimana pada fase ini ibu mulai fokus dengan bayinya yang berlangsung
4 sampai 5 minggu.

c. fase letting-go dimana ibu mempunyai persepsi bahwa bayinya adalah perluasan
dari dirinya, mulai fokus kembali pada pasangannya dan kembali bekerja mengurus
hal-hal lain.

C. Definisi
Monks dkk (1988), menyatakan bahwa depresi postpartum merupakan problem
psikis sesudah melahirkan seperti labilitas afek, kecemasan dan depresi pada ibu yang
dapat berlangsung berbulan – bulan.
Sloane dan Bennedict (1997) menyatakan bahwa depresi postpartum biasanya
terjadi pada 4 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus 1 – 2
minggu.
Llewellyn–Jones (1994), menyatakan bahwa wanita yang didiagnosa secara klinis
pada masa postpartum mengalami depresi dalam 3 bulan pertama setelah
melahirkan.Wanita yang menderita depresi postpartum adalah mereka yang secara
sosial dan emosional merasa terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian
hidupnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi postpartum adalah
gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama
masa setelah melahirkan dan berlangsung terus – menerus sampai 6 bulan bahkan
sampai satu tahun.

D. Etiologi

Pitt (Regina dkk, 2001), mengemukakan 4 faktor penyebeb depresi postpartum


sebagai berikut :
a. Faktor konstitusional.
Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri
pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada komplikasi
dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita
primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues karena setelah
melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu hanya
memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan
menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.
b. Faktor fisik.
Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental
selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan
kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis
setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara kelahiran dan
munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada keseimbangan.Kadang
progesteron naik dan estrogen yang menurun secara cepat setelah melahirkan
merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.

c. Faktor psikologis.
Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir kehamilan
menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis
individu. Klaus dan Kennel (Regina dkk, 2001), mengindikasikan pentingnya
cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai hubungan baik
antara ibu dan anak..
d. Faktor sosial. Paykel (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa pemukiman
yang tidak memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu – ibu, selain
kurangnya dukungan dalam perkawinan.

E. Patofisiologi

Para wanita lebih mungkin mengembangkan depresi post partum jika mereka
terisolasi secara sosial dan emosional serta baru saja mengalami peristiwa kehidupan
yang menekan. Post partum blues tidak berhubungan dengan perubahan hormonal,
bikimia atau kekurangan gizi. Antara 8% sampai 12% wanita tidak dapat
menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi sangat tertekan sehingga mencari
bantuan dokter.
Beberapa dugaan kemunculan ini disebabkan oleh beberapa faktor dari dalam dan
luar individu. Penelitian dari Dirksen dan De Jonge Andriaansen (1985) menunjukkan
bahwa depresi tersebut membawa kondisi yang berbahaya bagi perkembangan anak di
kemudian hari. De Jonge Andriaansen juga meneliti beberapa teknologi medis
(penggunaan alat-alat obstetrical) dalam pertolongan melahirkan dapat memicu
depresi ini. Misalnya saja pada pembedahan caesar, penggunaan tang, tusuk
punggung, episiotomi dan sebagainya.
Perubahan hormon dan perubahan hidup ibu pasca melahirkan juga dapat dianggap
pemicu depresi ini. Diperikiran sekitar 50-70% ibu melahirkan menunjukkan gejala-
gejala awal kemunculan depresi post partum blues, walau demikian gejala tersebut
dapat hilang secara perlahan karena proses adaptasi dan dukungan keluarga yang
tepat.
Faktor biologis yang paling banyak terlibat adalah factor hormonal. Perubahan
kadar hormone pada wanita memegang peran penting ; perubahan suasana hati biasa
terjadi sesaaat sebelum menstruasi sesaat sebelum menstruasi (ketegangan
pramenstruasi) dan setelah persalinan (depresi post partum). Perubahan hormone
serupa biasa terjadi pada wanita pemakai pil KB yang mengalami depresi.
Kelainan fungsi tiroid yang sering terjadi pada wanita, juga merupakan factor
factor yang berperan dalam terjadinya depresi. Depresi juga bias terjadi karena atau
bersamaan dengan sejumlah penyakit atau kelainan fisik. Kelainan fisik bias
menyebabkan terjadinya depresi secara ; langsung, misalnya ketika penyakit tiroid
menyebabkan berubahnya kadar hormone. Yang bias menyebabkan terjadinya depresi
tidak langsung, misalnya ketika penyakit atritis rematoid menyebabkan nyeri dan
cacat, yang bias menyebabkan depresi.
Ada pula kelainan fisik menyebabkan depresi secara langsung dan tidak langsung.
Misalnya AIDS; secara langsung menyebabkan depresi jika virus penyebabnya
merusak otak; secara tidak langsung menyebabkan depresi jika menimbulkan dampak
negative terhadap kehidupan penderitanya
Secara umum sebagaian besar wanita mengalami gangguan emosional setelah
melahirkan. Clydde (Regina dkk, 2001), bentuk gangguan postpartum yang umum
adalah depresi, mudah marah dan terutama mudah frustasi serta emosional. Gangguan
mood selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan yang paling sering
terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara. Menurut DSM-IV, gangguan
pascasalin diklasifikasikan dalam gangguan mood dan onset gejala adalah dalam 4
minggu pascapersalinan. ada 3 tipe gangguan mood pascasalin, diantaranya adalah
maternity blues, postpartum depression dan postpartum psychosis (Ling dan Duff,
2001).

F. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang
ibu. Gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau 6 hari setelah melahirkan.
Beberapa perubahan sikap tersebut diantaranya, yaitu :
a. Sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia,
b. Tidak sabar,
c. Penakut,
d. Tidak mau makan,
e. Tidak mau bicara,
f. Sakit kepala sering berganti mood,
g. Mudah tersinggung ( iritabilitas),
h. Merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan,
i. Tidak bergairah,
j. Tidak percaya diri,
k. Khususnya terhadap hal yang semula sangat diminati,
l. Tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan,
m. Merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja
dilahirkan,
n. Merasa tidak menyayangi bayinya,
o. Insomnia yang berlebihan.
Gejala – gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan
menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika
masih berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat disebut
postpartum depression.

G. Pemeriksaan Diagnostik

Skrining untuk mendeteksi gangguan mood / depresi sudah merupakan acuan


pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan
beberapa kuesioner dengan sebagai alat bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale
(EPDS) merupakan kuesioner dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur
intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-
pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah
serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-partum blues .Kuesioner ini
terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan memiliki 4 (empat)
pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan
gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat itu.Pertanyaan harus dijawab
sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit. Cox et. Al.,
mendapati bahwa nilai skoring lebih besar dari 12 (dua belas) memiliki sensitifitas
86% dan nilai prediksi positif 73% untuk mendiagnosis kejadian post-partum blues
.EPDS juga telah teruji validitasnya di beberapa negara seperti Belanda, Swedia,
Australia, Italia, dan Indonesia.EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama
pasca salin dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 (dua) minggu
kemudian.
H. Penatalaksanaan

Penanganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak berbeda dengan


penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu yang mengalami
post-partum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini
membutuhkan dukungan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan
dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi.
Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan
mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan
pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat
pertolongan yang praktis.
Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk
mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin
menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang
keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan, dapat diberikan pertolongan
dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor yang berpengalaman
dalam bidang tersebut.
Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita
untuk kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera memberikan
penanganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli
psikologi/konseling bila memang diperlukan. Dukungan yang memadai dari para
petugas obstetri, yaitu: dokter dan bidan/perawat sangat diperlukan, misalnya dengan
cara memberikan informasi yang memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan
persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam masa-masa
tersebut serta penanganannya.
Post-partum blues juga dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dengan menarik
nafas panjang dan meditasi, tidur ketika bayi tidur, berolahraga ringan, ikhlas dan
tulus dengan peran baru sebagai ibu, tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi,
membicarakan rasa cemas dan mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung
dengan kelompok ibu-ibu baru. Dalam penanganan para ibu yang mengalami post-
partum blues dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik. Pengobatan medis,
konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual
tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada saat-saat tertentu.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat
perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama,  dengan
melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues yaitu :
Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara
bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
a. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
b. Dapat memahami dirinya

c. Dapat mendukung tindakan konstruktif.

d. Dengan cara peningkatan support mental

Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga


diantaranya :
a. Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan
rumah seperti : membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.
b. Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi
kesibukan merawat bayi

c. Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian
terhadap istrinya

d. Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir

e. Memperbanyak dukungan dari suami

f. Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan

g. Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan

h. Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu

i. mengganti suasana, dengan bersosialisasi

j. Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya


Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat dilakukan
pada diri klien sendiri, diantaranya dengan cara :
a. Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi
b. Tidurlah ketika bayi tidur

c. Berolahraga ringan

d. Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu

e. Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi

f. Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan

g. Bersikap fleksibel

h. Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x

i. Bergabung dengan kelompok ibu

I. Pencegahan Post Partum Blues

Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko Postpartum
Blues yaitu:

a.Pelajari diri sendiri


Pelajari dan mencari informasi mengenai Postpartum Blues, sehingga Anda sadar
terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka Anda akan segera mendapatkan bantuan
secepatnya.
b.Tidur dan makan yang cukup
Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan
makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode postpartum dan
kehamilan.
c.Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan peregangan selama
15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat Anda merasa lebih baik
dan menguasai emosi berlebihan dalam diri Anda.
d.Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau
pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara sederhana dan
menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan
postpartum yang diderita.
e. Beritahukan perasaan
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang Anda inginkan
dan butuhkan demi kenyamanan Anda sendiri. Jika memiliki masalah dan merasa
tidak nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan atau orang
terdekat.
f. Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan
Dukungan dari keluarga atau orang yang Anda cintai selama melahirkan, sangat
diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau  orangtua Anda, atau siapa saja yang
bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri Anda, bahwa mereka akan
selalu berada di sisi Anda setiap mengalami kesulitan.
g.Persiapkan diri dengan baik
Persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan.
h.Senam Hamil
Kelas senam hamil akan sangat membantu Anda dalam mengetahui berbagai
informasi yang diperlukan, sehingga nantinya Anda tak akan terkejut setelah keluar
dari kamar bersalin. Jika Anda tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat
melahirkan akan dapat dihindari.
i. Lakukan pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu Anda melupakan golakan
perasaan yang terjadi selama periode postpartum. Kondisi Anda yang belum stabil,
bisa Anda curahkan dengan memasak atau membersihkan rumah. Mintalah
dukungan dari keluarga dan lingkungan Anda, meski pembantu rumah tangga Anda
telah melakukan segalanya.
j. Dukungan emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu Anda dalam
mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana
perasaan serta perubahan kehidupan Anda, hingga Anda merasa lebih baik
setelahnya.
k.Dukungan kelompok Postpartum Blues
Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan merasakan hal
yang sama dengan Anda. Carilah informasi mengenai adanya kelompok Postpartum
Blues yang bisa Anda ikuti, sehingga Anda tidak merasa sendirian menghadapi
persoalan ini.

9. Pathway

 Faktor psikologi ibu


 Faktor keluarga
 Faktor sosek rendah
 Konflik peran
 Faktor Hormonal
 Faktor Bayi
 Faktor penyakit psikologis
Post partum blues

Perubahan psikologi

Sensitivitas
Penambahan keluarga baru

Perubahan emosi

Kebutuhan bertambah

menangis

Penambahan pola peran

Gangguan Pola Tidur

Ansietas
Kurang Pengetahuan
J. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh
perawat perinatal. Rencana keperawatan harus merefleksikan respons perilaku
yang diharapkan dari gangguan tertentu. Rencan individu didasarkan pada
karakteristik wanita dan keadaannya yang spesifik. Suami atau pasangan wanita
tersebut juga dapat mengalami gangguan emosional akibat perilaku wanita
tersebut.
Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat
dilakukan pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru. Pengkajiannya
meliputi ;
a. Identitas klien.
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
record dan lain-lain
b. Keluhan Utama
Mudah marah, cemas, melukai diri
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang nafsu makan,
sedih – murung, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa
terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu serta kesehatan
pasien
3) Riwayat kesehatan keluarga
Berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap keadaan pasien
d. Riwayat Persalinan
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses
kelahiran itu sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam
upaya retrospeksi diri (Konrad, 1987). Selama hamil, ibu dan pasangannya
mungkin telah membuat suatu rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka,
hal-hal yang mencakup kelahiran pervagina dan beberapa intervensi medis.
Apabila pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang
diharapkan (misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran sesar), orang tua
bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah direncanakan
sebelumnya.
Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti
akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.
e. Citra Diri Ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas
ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas
dapat mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang tua.
Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya.
Perasaan-perasaan yang berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual
setelah melahirkan seringkali menimbulkan kekhawatiran pada orang tua baru.
Ibu yang baru melahirkan bisa merasa enggan untuk memulai hubungan
seksual karena takut merasa nyeri atau takut bahwa hubungan seksual akan
mengganggu penyembuhan jaringan perineum.
f. Interaksi Orang Tua-Bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi
orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak
meliputi perilaku adaptif dan perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah
menunjukkan kedua jenis perilaku maupun saat ini kebanyakan riset hanya
berfokus pada ibu. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk menjadi
orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik. Kualitas keibuan
atau kebapaan pada perilaku orang tua membantu perawatan dan perlindungan
anak. Tanda-tanda yang menunjukkan ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat
segera setelah ibu melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir
dan melanjutkan proses untuk menegakkan hubungan mereka.
g. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua
terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan
mereka, respon social yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua
menunjukkan perilaku yang adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena
kehadiran bayinya dan karena tugas-tugas yang diselesaikan untuk dan
bersama anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya melalui
ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian menenangkan
bayinya, dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa
tingkat kelelahan bayi. Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang tua
tidak sesuai dengan kebutuhan bayinya. Mereka tidak dapat merasakan
kesenangan dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi-bayi ini cenderung
akan dapat diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa tertarik untuk melihat
anaknya. Tugas merawat anak seperti memandikan atau mengganti pakaian,
dipandang sebagai sesuatu yang menyebalkan. Orang tua tidak mampu
membedakan cara berespon terhadap tanda yang disampaikan oleh bayi,
seperti rasa lapar, lelah keinginan untuk berbicara dan kebutuhan untuk
dipeluk dan melakukan kontak mata. Tampaknya sukar bagi mereka untuk
menerima anaknya sebagai anak yang sehat dan gembira.
h. Struktur dan Fungsi Keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah
melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap
perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan
pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan anak-anak lain. Perawat dapat
membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji
kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan
membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut
sebelum keluar dari rumah sakit
i. Perubahan Mood.
Kurang nafsu makan, sedih – murung, perasaan tidak berharga, mudah marah,
kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit
konsentrasi, melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam
kehendak, tidak mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau
berhubungan dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel dan sulit untuk
mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus serta mengotori
kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan dan perasaan
bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang benar–benar memusuhi
bayinya.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas
b. Gangguan Pola Tidur
c. Kurang Pengetahuan
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1. Ansietas NOC : NIC :
Definisi :  Anxiety control Anxiety Reduction
Perasaan gelisah yang  Coping (penurunan
tak jelas dari  Impulse control kecemasan)
ketidaknyamanan atau Kriteria Hasil : - Gunakan
ketakutan yang disertai  Klien mampu pendekatan
respon autonom (sumner mengidentifikasi yang
tidak spesifik atau tidak dan menenangkan
diketahui oleh individu); mengungkapkan - Nyatakan
perasaan keprihatinan gejala cemas dengan jelas
disebabkan dari  Mengidentifikasi, harapan
antisipasi terhadap mengungkapkan terhadap pelaku
bahaya. Sinyal ini dan menunjukkan pasien
merupakan peringatan tehnik untuk - Jelaskan semua
adanya ancaman yang mengontol cemas prosedur dan
akan datang dan  Vital sign dalam apa yang
memungkinkan individu batas normal dirasakan
untuk mengambil  Postur tubuh, selama
langkah untuk ekspresi wajah, prosedur
menyetujui terhadap bahasa tubuh dan - Pahami
tindakan tingkat aktivitas prespektif
Ditandai dengan menunjukkan pasien terhdap
 Gelisah berkurangnya situasi stres
 Insomnia kecemasan - Temani pasien

 Resah untuk

 Ketakutan memberikan
keamanan dan
 Sedih
mengurangi
 Fokus pada diri
takut
 Kekhawatiran
- Berikan
 Cemas
informasi
faktual
mengenai
diagnosis,
tindakan
prognosis
- Dorong
keluarga untuk
menemani anak
- Lakukan back /
neck rub
- Dengarkan
dengan penuh
perhatian
- Identifikasi
tingkat
kecemasan
- Bantu pasien
mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien
untuk
mengungkapka
n perasaan,
ketakutan,
persepsi
- Instruksikan
pasien
menggunakan
teknik relaksasi
- Barikan obat
untuk
mengurangi
kecemasan

2. Gangguan pola tidur NOC: NIC :


berhubungan dengan:  Anxiety Control Sleep
- Psikologis : usia tua,  Comfort Level Enhancement
kecemasan, agen  Pain Level - Determinasi
biokimia, suhu tubuh,  Rest : Extent and efek-efek
pola aktivitas, depresi, Pattern medikasi
kelelahan, takut,  Sleep : Extent and terhadap pola
kesendirian. Pattern tidur
- Lingkungan : Gangguan pola tidur - Jelaskan
kelembaban, pasien teratasi dengan pentingnya
kurangnya kriteria hasil: tidur yang
privacy/kontrol tidur,  Jumlah jam tidur adekuat
pencahayaan, medikasi dalam batas normal - Fasilitasi untuk
(depresan,  Pola tidur,kualitas mempertahank
stimulan),kebisingan. dalam batas normal an aktivitas
 Perasaan fresh sesudah sebelum tidur
tidur/istirahat (membaca)
 Mampu - Ciptakan
mengidentifikasi hal- lingkungan
hal yang meningkatkan yang nyaman
tidur - Kolaborasi
pemberian
obat tidur

3. Kurang pengetahuan NOC NIC


(keluarga) tentang Pengetahuan: perawatan Pengajaran:
perawatan bayi dan bayi Perawatan Bayi
pemulihan diri Indikator: Aktivitas:
berhungan dengan  Mendeskripsikan - Demonstarikan
kurang terpaparnya karakteristik bayi dan jelaskan
keluarga terhadap normal tentang
informasi yang adekuat  Mendeskripsikan perawatan bayi
perkembangan bayi kepada orang
normal tua dan keluarga
 Mendeskripsikan - Berikan
posisi bayi yang tepat panduan tentang
 Mendeskripsikan perkembangan
isapan ASI bayi yang selama 1 tahun
nutritive dan yang kehidupan
tidak - Berikan
 Mendeskripsikan informasi
teknik menyusui bayi tentang
 Mendeskripsikan penambahan
cara memandikan makanan cairan
bayi selama 1 tahun
 Mendeskripsikan pertama
perawatan tali pusat - Berikan
 Mendeskripsikan informasi
pola tidur-bangun tentang
bayi perkembangan
 Mendeskripsikan gigi dan higien
komunikasi dengan oral selama 1
bayi tahun pertama
 Mendeskripsikan - Dorong orang
kebutuhan adanya tua untuk
perawatan khusus berbicara dan
bercerita kepada
bayi
- Berikan
panduan tentang
perubahan pola
tidur selama 1
tahun pertama
- Berikan
panduan tentang
perubahan pola
eliminasi
selama 1 tahun
pertama
- Dorong orang
tua untuk
memegang ,
menyentuh dan
masase bayi
- Dorong
keluarga untuk
memberikan
stimulasi
auditori,dan
visual untuk
meningkatkan
pertumbuhan
- Dorong orang
tua bermain
dengan bayi
- Demonstarsikan
cara orang tua
menstimulasi
perkembangan
bayi
- Informasikan
kepada orang
tua pentingnya
perawatan
kesehatan bayi
dan imunsasi
bayi secara
teratur
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi Ovarium


Sebuah ovarium terletak disetiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba
falopii. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian messovarium
ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-
kira setinggi spina illiaka anterior superior, dan ligamentum ovarii propium, yang
mengikat ovarium ke uterus. Pada palpasi,ovarium dapat digerakkan. Ovarium
memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pada pria.Ukuran dan
bentuk ovarium menyerupai sebuah almond berukuran besar. Saat ovulasi, ukuran
ovarium dapat berubah menjadi dua kali lipat untuk sementara. Ovarium yang
berbentuk oval ini memiliki konsistensi yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum
menarche, permukaan ovarium licin. Setelah maturasi seksual, luka parut akibat
ovulasi dan ruptur folikel yang berulang membuat permukaan nodular menjadi kasar.

Gambar 1. Morfologi Ovarium

1. Margo Liberal ( margo yang bebas tanpa penggantung) dan Margo


Mesovaricus ( margo yang menempel pada mesovarium)
2. Ektremitas Uterina (superior) ujung yang yang dekat dengan uterus dan
Ekstremitas Tubaria (inferior) ujung yang dekat dengan Tubae Unterinae.
3. Facies Medialis ( Facies yang datar yang menghadap ke Tubae Uterinae) dan
Facies Latelaris ( facies yang lebih cembung yang menghadap ke Ligamentum
Suspensorium Ovarii)

A. Ligamen Ovarium terdiri dari:


1. Lig. Ovarii Propium : ligamentum yang membentang dari extremitas
uterina menuju ke corpus uteri disebelah dorsocaudal tempat masuknya
tuba uterina ke uterus.
2. Lig. Suspensorium Ovarii : ligamentum yang membentang dari extremitas
tubaria kearah cranial dan menghilang pada lapisan yang menutupi
Musculus Psoas Major
3. Lig. Mesovarium adalah ligamentum yg merupakan duplikat dari lapisan
mesenterica yang melebar ke arah dorsal.
B. Vaskularisasi dan Inervasi Ovarium:
Ovarium mendapatkan vaskularisasi dari a. ovarica dan v. ovarica.
Dimana v. ovarica dextra akan bermuara ke VCI. Sedangkan v. ovarica sinistra
akan bermuara ke v. renalis sinistra lalu akan bermuara ke VCI. Ovarium
dipersarafi oleh plexus hypogastricus

C. Fisiologi Ovarium
Ovarium adalah sepasang organ berbentuk kelenjer dan tempat
menghasilkan ovum. Kelenjer itu berbentuk biji buah kenari, terletak di kanan
dan kiri uterus, di bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh
ligamentum latum uteri. (Evelin, 200: 261)
Ovarium terdiri atas korteks di sebelah luar dan diliputi oleh epitelium
germinativum yang berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta
folikel primordiial dan medula sebelah dalam korteks tempat terdapatnya
stroma dengan pembuluh darah, serabut sara dan sedikit otot polos. (Bobak.
1995: 25)
D. Fungsi ovarium adalah:
1. Memproduksi ovum
Hormon gonodotrofik dari kelenjar hipofisis bagian anterior
mengendalikan (melalui aliran darah) produksi hormon ovarium. Hormon
perangsangfolikel (FSH) penting untuk awal pertumbuhan folikel de
graaf, hipofisis mengendalikan pertumbuhan ini melalui Lutenizing
Hormon (LH) dan sekresi luteotrofin dari korpus lutenum.
2. Memproduksi hormon estrogen
Hormon estrogen dikeluarkan oleh ovarium dari mulai anak-anak
sampai sesudah menopause (hormon folikuler) karena terus dihasilkan
oleh sejumlah besar folikel ovarium dan seperti hormon beredar dalam
aliran darah. Estrogen penting untuk pengembangan organ kelamin wanita
dan menyebabkan perubahan anak gadis pada masa pubertas dan penting
untuk tetap adanya sifat fisik dan mental yang menandakan wanita
normal. (Evelin, 2000: 262)
3. Memproduksi hormon progesterone
Hormon progesteron disekresi oleh luteum dan melanjutkan
pekerjaan yang dimulai oleh estrogen terhadap endometrium yaitu
menyebabkan endometrium menjadi tebal, lembut dan siap untuk
penerimaan ovum yang telah dibuahi. (Bobak, 1995: 28).

B. Definisi Kista Ovari

Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering
dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena
perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel
telur dari ovarium. Kista ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang
berisi cairan yang tumbuh di indung telur. Kista tersebut disebut juga kista fungsional
karena terbentuk selama siklus menstruasi normal atau setelah telur dilepaskan
sewaktu ovulasi. (Yatim, 2005).
Kista ovarium merupakan jenis yang paling sering terjadi terutama yang
bersifat non neoplastik, seperti kista retensi yang berasal dari korpus luteum. Tetapi
disamping itu ditemukan pula jenis yang merupakan neoplasma.

C. Klasifikasi Kista Ovarium


1. Kista ovarium Non neoplastik (fungsional)
a. Kista Folikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berevolusi,
namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer
yang setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami atresia yang
lazim, melainkan membesar menjadi kista. (Prawirohardjo, 2002). Kista folikel
adalah struktur normal, fisiologis, sementara dan seringkali multiple, yang
berasal dari kegagalan resorbsi cairan folikel dari yang tidak berkembang
sempurna. Paling sering terjadi pada wanita muda yang masih menstruasi dan
merupakan kista yang paling lazim dijumpai oleh ovarium normal.

b. Kista korpus Luteum


Dalam keadaan normal korpus luteum akan mengecil dan menjadi
korpus albikans. Terkadang korpus lutem akan mempertahankan diri ( korpus
luteum persistens), perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan
terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua.
Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum
yang berasal dari sel-sel teka. Kista korpus luteum dapat menimbulkan
gangguan haid, berupa amenore diikuti oleh perdarahan tidak teratur. Adanya
kista dapat juga menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan perdarahan
yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur.

Gambar : Kista korpus Luteum


c. Korpus Teka Lutein
Kista ini dapat terjadi pda kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan. Kista
lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum hematoma.
Kista teka lutein biasanya bilateral, kecil dan lebih jarang dibanding kista folikel
atau kista korpus luteum. Kista teka lutein diisi oleh cairan berwarna kekuning-
kuningan, seacar perlahan-lahan terjadi reabsorpsi dari unsur-unsur darah,
sehingga akhirnya tinggallah cairan yang jernih atau sedikit bercampur darah.
Pada saat yang sama dibentuklah jaringan fibroblast pada bagian lapisan lutein
sehingga pada kista teka ltein yang tua, sel-sel lutein terbenam dalam jaringan-
jaringan perut. (Wiknojosastro,2005).
4. Kista ovarium Neoplastik
a. Kistoma Ovarii Simpleks
Kistoma ovarii simpleks adalah kista yang permukaannya rata dan halus,
biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista
tipis berisi cairan jernih yang serosa dan berwarna kuning.
b. Kistadenoma Ovarii Muscinosum
Bentuk kista multilokular dan biasanya unilatelar, dapat tumbuh menjadi
sangat besar. Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan
degeneratif sehingga timbul perlengketan kista dengan omentum, usus, dan
peritonem parietale. Kista ini berasal dari teratoma. Selain itu, bisa terjadi ileus
karena perlekatan dan produksi musim yang terus bertambah akibat
pseudomiksoma peritonei.

Gambar : Kistadenoma Ovarii Muscinosum


c. Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kistanya unilokular,
bila multilokular perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar,
tetapi tidak sebesar musinosum. Selain teraba massa intraabdominal juga dapat
timbul asites.
Gambar : Kistadenoma Ovarii Serosum
d. Kista Dermoid
Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal
berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol daripada mesoderm dan entoderm.
Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal
dan sebagian lagi padat. Dapat terjadi perubahan kearah keganasan, seperti
karsinoma epidermoid. Kista ini diduga berasal dari sel telut melalui proses
partenogenesis. (Smeltzer, 2002).

Gambar : Kista Dermoid

D. Etiologi Kista Ovari

Sampai sekarang ini penyebab dari kista ovarium belum sepenuhnya


dimengerti, tetapi beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam pembentukan
estrogen dan dalam mekanisme umpan balik ovarium-hipotalamus. Penyebab
terbentuknya kista pada ovarium adalah gagalnya sel telur atau folikel untuk
berovulasi.
Munculnya penyakit kista disebabkan beberapa hal, yaitu :
1. Adanya catatan kesehatan pernah mengalami kista ovarium sebelumnya
2. Siklus menstruasi yang tidak normal
3. Peningkatan distribusi lemak di bagian tubuh bagian atas
4. Peningkatan kesuburan pada wanita. Pada wanita yang tidak subur, resiko
tumbuhnya kista naik menjadi empat kali lipat.
5. Menstruasi dini, yang terjadi di usia 11 tahun atau lebih muda lagi
6. Hipotiroidsm tau ketidakseimbangan hormonal
7. Menderita kanker ovarium atau kanker metastatik. Pada penderita kanker ovarim,
biasanya ditemukan pula kista ovariumnya.
E. Manifestasi Klinis
Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala.
Namun kadang – kadang kista dapat menyebabkan beberapa masalah seperti :
a) Bermasalah dalam pengeluaran urin secara komplit
b) Nyeri selama hubungan seksual
c) Masa di perut bagian bawah dan biasanya bagian – bagian organ tubuh lainnya
sudah terkena.
d) Nyeri hebat saat menstruasi dan gangguan siklus menstruasi.
e) Wanita post monopouse : nyeri pada daerah pelvik, disuria, konstipasi atau diare,
obstruksi usus dan asietas.
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
1. Gangguan haid
2. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering
berkemih.
3. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri
spontan dan sakit diperut.
4. Nyeri saat bersenggama.
Pada stadium lanjut :
1. Asites
2. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut (usus
dan hati)
3. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
4. Gangguan buang air besar dan kecil.
5. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.

F. Patofisiologi
Ttumor tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium yang
kecil. Sebagian besar gejala dan tanda yaitu akibat dari pertumbuhan, aktivitas
endokrin dan komplikasi tumor.
1. Akibat pertumbuhan,
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat – alat disekitarnya disebabkan oleh
besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila tumor mendesak kandung
kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedangkan kista yang lebih besar
tetapi terletak bebas di ronggaperut kadang – kadang hanya menimbulkan rasa
berat dalam perutserta dapat juga mengakibatkan obstipasi edema pada tungkai.
2. Akibat aktivitas hormonal
Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itusendiri
mengeluarkan hormone akibat Komplikasi
a) Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur–angsur menyebabkan
pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala–gejala klinik yang minimal.
Akan tetapi kalau perdarahan terjadidalam jumlah yang banyak akan
menimbulkan nyeri di perut.
b) Putaran Tangkai
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih.Adanya
putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui ligament tumin fundibulo
pelvikum terhadap Peritoneum parietal dan ini menimbulkan rasa sakit.
c) Infeksi pada tumor
Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman pathogen. Kista dermoid
cenderung mengalami peradangan disusul penanahan.
d) Robek dinding Kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat trauma,
seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering padasaat persetubuhan.
Jika robekan kista disertai hemoragi yangtimbul secara akut, maka perdarahan
bebas berlangsung ke uteruske dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa
nyeri terusmenerus disertai tanda – tanda abdomen akut.
e) Perubahan keganasan
Kista dermoid adalah tumor yang diduga berasal dari bagian ovumyang
normalnya menghilang saat maturasi. Asalnya tidak teridentifikasi dan terdiri
atas sel – sel embrional yang tidakberdiferensiasi. Kista ini tumbuh dengan
lambat dan ditemukanselama pembedahan yang mengandung material sebasea
kental,berwarna kuning, yang timbul dari lapisan kulit. Kista dermoidhanya
merupakan satu tipe lesi yang dapat terjadi. Banyak tipelainnya dapat terjadi dan
pengobatannya tergantung pada tipenya.(Smeltzer and Bare, 2001)

WOC Kista Ovarium

Kista ovarium
Pre-Operasi

Luka Operasi Sirkulasi Darah Perubahan Nutrisi


Menurun
Pembesaran Kurang Diskontinuitas
ovarium informasi Jaringan Penurunan
Imunitas Tubuh Metabolisme
Menurun
Kurang Informasi
Gangguan Rasa
Tekanan saraf Nyaman : Hipolisis
Port de Entry
sel tumor Nyeri
Kurang
Pengetahuan
Gangguan Resiko Infeksi Peningkatan
Rasa Nyaman Asam Laktat
Kecemasan

Rasa sebah di Gangguan


perut Metabolisme

Mual, muntah Keletihan

Intake tidak
adekuat Defisit Perawatan Diri

Ketidakseimbangan
Nutrisi kurang dari
Kebutuhan Tubuh

G. Pemeriksaan diagnostik
1. Pap smear
Pap Smear untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan
adaya kanker / kista.
2. Ultrasound / scan CT
Memungkinkan visualisasi kista yang diameternya dapat berkisar dari 1-6 cm.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu mengindentifikasi ukuran / lokasi
massa, dan batas-batanya.
3. Laparoskopi
Laparoskopi dilakukan untuk melihat adanya tumor, perdarahan, perubahan
endometrial. Laparoskopi juga berguna untuk menentukan apakah kista berasal
dari ovary atau tidak dan juga untuk menentukan jenisnya.
4. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menununjukan anemia kronis sementara penurunan Ht
menduga kehilangan darah aktif, peningkatan SDP dapat mengindikasikan proses
inflamasi / infeksi. ( Doenges. 2000:743 ).
5. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya,
pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor.

H. Penatalaksanaan dari Kista Ovari


1. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah,
missal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
2. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista.
3. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium
adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu
pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh
pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang
berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai
penyangga.
4. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan
pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan
seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam,
informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi,
perawatan insisi luka operasi.
( Lowdermilk.dkk. 2005:273 ).
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, bisanya disertai dengan pengangkatan tuba
(Salpingo-oovorektomi). (Wiknjosastro, et.all, 1999)
Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang
mencakup keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi.
Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan keluaran,
rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan analgesik biasanya
diresepkan. Intervensi mencakup tindakan pemberiaan rasa aman, perhatian
terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional
Ibu. (Hlamylton, 1995).

I. Komplikasi
Kista ovarium yang besar bisa mengakibatkan ketidaknyamanan pada
ovarium. Jika kista yang besar menekan kandung kemih akan mangakibatkan
seseorang menjadi sering berkemih karena kapasitas kandung kemih menjadi
berkurang. Beberapa wanita dengan kista ovarium tidak menimbulkan keluhan, tapi
dokterlah yang menemukan pada pemeriksaan pelvis. Masa kista ovarium yang
berkembang setelah menopause mungkin akan menjadi suatu keganasan (kanker).
Beberapa komplikasi dari kista ovarium antara lain:
1. Torsio Kista Ovarium. Komplikasi kista ovarium bisa berat. Komplikasi paling
sering dan paling berbahaya adalah torsio dari kista ovarium yang merupakan
kegawatdaruratan medis yang menyebabkan tuba falopi berotasi, situasi ini bisa
menyebabkan nekrosis. Kondisi ini sering menyebabkan infertilitas. Manifestasi
dari torsio kista ovarium adalah nyeri perut unilateral yang biasanya menyebar
turun ke kaki. Pada kondisi ini pasien harus segera di bawa ke rumah sakit. Jika
pembedahan selesai pada 6 jam pertama setelah onset krisis, intervensi pada kista
torsio bisa dilakukan. Jika torsio lebih dari 6 jam dan tuba falopi sudah nekrosis,
pasien akan kehilangan tuba falopinya.
2. Perdarahan dan ruptur kista. Komplikasi lain adalah perdarahan atau rupturnya
kista yang ditandai dengan ascites dan sering sulit untuk dibedakan dari
kehamilan ektopik. Situasi ini juga perlu pembedahan darurat. Gejala dominan
dari komplikasi ini adalah nyeri kuat yang berlokasi di salah satu sisi dari
abdomen (pada ovarium yang mengandung kista). Ruptur kista ovarium juga
mengakibatkan anemia. Ruptur kista ovarium sulit dikenali karena pada beberapa
kasus tidak ditemukan gejala. Tanda pertama yang bisa terjadi adalah terasa nyeri
di abdomen bagian bawah, mual, muntah dan demam.
3. Infeksi. Infeksi bisa mengikuti komplikasi dari kista ovarium. Kista ovarium yang
tidak terdeteksi dan susah untuk didiagnosis bisa mengakibatkan kematian akibat
septikemia. Gejala infeksi pertama adalah demam, malaise, menggigil dan nyeri
pelvis.

J. Prognosis
Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di
jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Kematian disebabkan karena
karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali
dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah dalam stadium akhir. Angka
harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%, bervariasi antara 86.9% untuk stadium
FIGO Ia dan 11.1% untuk stadium IV. Tumor sel granuloma memiliki angka bertahan
hidup 82% sedangakan karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista dermoid
berkaitan dengan prognosis yang buruk. Sebagian besar tumor sel germinal yang
terdiagnosis pada stadium awal memiliki prognosis yang sangat baik.(william, 2005)
Disgerminoma dengan stadium lanjut berkaitan dengan prognosis yang lebih baik
dibandingkan germinal sel tumor nondisgerminoma. Tumor yang lebih tidak agresif
dengan potensi keganasan yang rendah mempunyai sifat yang lebih jinak tetapi tetap
berhubungan dengan angka kematian yang tinggi. Secara keseluruhan angka bertahan
hidup selama 5 tahun adalah 86.2% (william, 2005)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Identitas pada pasien yang harus diketahui diantaranya : nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan.
2. Keluhan Utama
Terdapat benjolan di bawah perut. Ada yang terletak di depan uterus dapat
menekan kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan nmiksi.(Prawiroharjo,
2005:347)
3. Riwayat Kesehatan Lalu
Pernah menderita penyakit menular sex, penyakit yang berhubungan, (andiloma
akuminota, gonorea, adnexitis) (Hanifa, hal 382)
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Terdapat benjolan di bagian perut, nyeri abdomen, dismenorea
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya factor heredier, karena prematurias sering dijumpai pada suatu keluarga
tertentu
6. Pemeriksaan Fisik
a. Muka : Pada pasien pada Gynekologis dengan perdarahan banyak pada
konjungtiva.
b. Abdomen : Teraba adanya masa abnormal pada perut bagian bawah konsisten
keras, bentuk tidak teratur, gerakan bebas tidak sakit tapi kadang-kadang
ditemui nyeri, terdapat benjolan pada perut bagian bawah/ rongga panggul.
c. Genetalia : Dapat terjadi pengeluaran darah pervagina kadang
sebelumnya terdapat keputihan yang lama.
d. Anus : Akan timbul hemoroid, luka dan varises pecah karena keadaan
obstipasi akibat penekanan kista ovari pada rectum
e. Ekstremitas : Penekanan pada pembuluh darah dan pembuluh limfe dari
panggul dapat menyebabkan odem tungkai
7. Pemeriksaan Penunjang
- USG abdominal dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis
- Pemeriksaan Laboratorium
Hb akan terjadi penurunan apabila disertai perdarahan yang hebat
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri akut abdomen berhubungan dengan insisi abdomen
(00132)
2. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai diagnosis dan
pembedahan (00146)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat (00002)
4. Gangguan rasa nyaman nyeri akut abdomen berhubungan dengan insisi abdomen
(00132)
5. Resiko infeksi berhubungan dengan infeksi kuman sekunder terhadap
pembedahan (00004)
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobiilitas, kelemahan dan nyeri
pasca pembedahan (00108)

C. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Diagnosa 1 : Gangguan rasa nyaman nyeri akut abdomen berhubungan dengan
insisi abdomen (00132)
Domain : 12 Kelas : 1

NOC NIC

Pain Level (2102) Pain Management (1400)

Pain Control (1605) a. Lakukan pengkajian nyeri secara


komperhensif termasuk lokasi,
Comfort Level (2008)
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
dan factor presipitasi
b. Observasi reaksi nonverbal dari
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
ketidaknyamanan
selama 2x24 jam diharapkan nyeri pasien
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
berkurang dengan kriteria hasil:
untuk mengetahui pengalaman nyeri
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu d. Kontrol lingkungan yang dapat
penyebab nyeri, mampu menggunakan mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
tehnik nonfarmakologi untuk pencahayaan dan kebisingan
mengurangi nyeri, mencari bantuan) e. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang f. Tingkatkan istirahat
dengan menggunakan manajemen nyeri
c. Mampu menggali nyeri (skala, intensitas,
frekuensi, dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang
e. Tanda vital dalam rentang normal

2. Diagnosa 2
Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai diagnosis dan
pembedahan (00146)
Domai : 9 Kelas : 2

NOC NIC

Anxiety Self Control (1402) Anxiety Reduction (5820)


Setelah dilakukan asuhan keperawatan a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
selama 2x24 jam diharapkan cemas yang b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
dialami pasien dapat terkontrol dengan pasien
kriteria hasil: c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
a. Klien mampu mengidentifikasi dan dirasakan selama prosedur
mengungkapkan gejala cemas d. Libatkan keluarga untuk mendampingi
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan pasien
menunjukan tehnik untuk mengontrol e. Dengarkan dengan penuh perhatian
cemas f. Identifikasi tingkat kecemasan pasien
c. Vital sign dalam batas normal g. Kolaborasi pemberian obat untuk
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa mengurangi kecemasan
tubuh dan tingkat aktivitas menunjukan
berkurangnya kecemasan

3. Diagnosa 3
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat (00002)
Domain : 2 Kelas : 1

NOC NIC

Nutritional Status (1004) Nutrition Management (1100)


Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama a. Kaji nutrisi pasien
3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien b. Kaji adanya allergy atau toleransi makanan
dapat terpenuhi secara seimbang dengan c. Mingkatkan lingkungan yang nyaman saat
kriteria hasil: pasien makan
a. Intake nutrisi adekuat d. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
b. Intake makanan dan cairan adekuat kalori
c. BB pasien dalam batas normal e. Monitor BB
f. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
4. Diagnosa 4
Gangguan rasa nyaman nyeri akut abdomen berhubungan dengan insisi abdomen
(00132)
Domain : 12 Kelas : 1

NO NIC

Pain Level (2102) Pain Management (1400)


Pain Control (1605) a. Lakukan Pengkajian nyeri secara
Comfort Level (2008) komperhensif termasuk lokasi,
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama karakterisitik, durasi, frekuensi, kualitas,
3x24 jam diharapkan nyeri pasien berkurang dan factor presipitasi
dengan kriteria hasil : b. Observasi reaksi nonverbal dari
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab ketidaknyamanan
nyeri, mampu menggunakan tehnik c. Ajarkan tehnik nonfarmakologi (napas
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, dada, relaksasi, distraksi, kompres
mencari bantuan) hangat/dingin)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang d. Berikan analgetik untuk mengurangi
dengan menggunakan manajemen nyeri nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, e. Tingkatkan istirahat
frekuensi, dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah
berkurang
e. Tanda vital dalan rentang normal
5. Diagnosa 5
Resiko infeksi berhubungan dengan infeksi kuman sekunder terhadap
pembedahan (00004)
Domain : 11 Kelas : 1

NOC NIC

Infection Severty (0703) Infection Control (6540)


Risk Kontrol (1902) a. Bersikan Lingkungan setelah dipakai pasien
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama lain
3x24 jam diharapkan infeksi terkontrol dengan b. Pertahankan teknik isolasi
kriteria hasil: c. Batasi pengunjung bila perlu
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi d. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
b. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, tangan
factor yang mempengaruhi penularan serta e. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
penatalaksaannya tindakan keperawatan
c. Menunjukan kemampuan untuk mencegah f. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
timbulnya infeksi pelindung
d. Jumlah leukosit dalam batas normal g. Pertahankan lingkungan aseptic selama
e. Menunjukan perilaku hidup sehat pemasangan alat
h. Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
i. Tingkatkan intake nutrisi

Infection Protection (6550)

a. Monitor tanda gejala infeksi sistemik dan


local
b. Monitor hitung granulosit. WBC
c. Monitor kerentanan terhadap infeksi
d. Pertahankan teknik isolasi / batasi
pengunjung
e. Berikan perawatan kulit pada area epidema
f. Inspeksi kulit dan membrane mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
g. Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
h. Dorong masukan nutrisi yang cukup
i. Dorong masukan cairan
j. Dorong istirahat
k. Ajarkan cara menghindari infeksi
l. Laporkan kecurigaan infeksi
m. Laporkan kultur positif
6. Diagnosa 6
Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobiilitas, kelemahan dan nyeri
pasca pembedahan (00108)
Domain : 4 Kelas : 5

NOC NIC

Self Care : Activity of Daily Living (ADLs) Self Care Assistance : ADLs (1800)
(0300) a. Monitor kemampuan klien untuk perawatan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama diri yang mandiri
3x24 jam diharapkan pasien menunjukan b. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara
kebersihan diri dengan kriteria hasil: utuh untuk melakukan selfcare
a. Pasien bebas dari bau badan c. Dorong klien untuk melakukan aktivitas
b. Pasien tampak menunjukan kenyamanan sehari-hari yang normal sesuai kemampuan
terhadap kemampuan untuk melakukan yang dimiliki
ADLs d. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi
c. Pasien dapat melakukan ADLs dengan beri bantuan ketika klien tidak mampu
bantuan melakukannya
e. Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai
kemampuan
f. Pertimbangkan usia klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, Jensen. ( 2014 ). Buku Ajar : Keperawatan maternitas edisi - 4. Jakarta:
EGC.
Hadibroto, B.,R.,Laparoskopi pada kista Ovarium. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara
Herdman, Heather.2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
Morhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosby
Mc Closkey Dochterman, Joanne. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC).America:
Mosby
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C.Geissler ( 2000 ), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi3.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi.Edisi 2.
Jakarta: EGC hal :104
Wiknjosastro,Hanifa. dkk. 2007. IlmuKandungan. Edisi 2. Cetakan 5. Jakarta: Ya
yasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal : 346 – 362

Anda mungkin juga menyukai