kedepannya:
Salah satu yang menjadi masalah pada infeksi SARS-CoV2 saat menyerang
tubuh manusia adalah terjadinya badai sitokin (cytokine storm) pada kasus COVID-
19 yang berat atau kritis, badai sitokin adalah suatu kondisi diproduksinya berbagai
sitokin inflamasi secara masif karena adanya hiperaktivasi sel imun dan respons
inflamasi sistemik yang tidak terkontrol akibat pelepasan sitokin proinflamasi dalam
jumlah besar ( IFN-α, IFN-γ, IL-1β, IL-2, IL-6, IL-7, IL-10 IL-12, IL-18, IL-33,
TNF-α, dan TGFβ) serta kemokin dalam jumlah besar (CCL2, CCL3, CCL5,
CXCL8, CXCL9, dan CXCL10) yang dapat mengakibatkan terjadinya ARDS, gagal
napas, kegagalan multi organ, bahkan mengakibatkan kematian.1
IL-6 adalah interleukin yang bertindak sebagai sitokin proinflamasi dan miokin
anti-inflamasi, IL-6 dapat berikatan dengan transmembrane IL-6 reseptors (mIL6R)
dan soluble IL-6 receptors (sIL-6R), lalu kompleks yang dihasilkan dapat bergabung
dengan komponen transduksi sinyal gp130 untuk mengaktifkan respons peradangan. 3
Berdasarkan pemahaman tentang kemungkinan kontribusi sindrom badai sitokin
terhadap peningkatan mortalitas pada ARDS terkait COVID-19, blokade IL-6
dianggap bermanfaat, anti IL-6 berperan sebagai penghambat IL-6 dengan cara
menghambat ikatan IL-6 terhadap reseptornya, mencegah aktivasi reseptor IL-6, dan
menghambat atau memblokir sinyal IL-6.4 Tocilizumab (anti IL-6) berikatan dengan
cell-related IL-6R dan IL-6R solubel, sehingga dapat menghambat proses
pensinyalan IL-6 klasik dan trans. Maka, tocilizumab dapat menghambat Cytokine
Release Syndrome atau cytokine storm. Tocilizumab adalah antibodi monoklonal
rekombinan terhadap reseptor interleukin 6 (IL-6) dari subtipe imunoglobulin IgG1.
Tocilizumab secara spesifik mengikat reseptor IL-6 solubel dan membran reseptor
IL-6 (sIL-6R dan mIL-6R) serta menghambat transduksi sinyal oleh sIL-6R dan mIL-
6R5.
Anti IL-6 dapat dijadikan intervensi untuk mencegah perkembangan pneumonia
COVID-19 yang dapat mencegah masuknya pasien ke ICU dan mencegah pasien
dilakukannya ventilasi mekanik.6 Pemberian anti IL-6 pada akhirnya diharapkan
dapat menurunkan mortalitas dari kasus COVID-19 berat. Pengaturan waktu dalam
pemberian terapi anti IL-6 penting untuk efektivitas potensialnya. Anti IL-6 diberikan
untuk ARDS pada COVID-19 dan direkomendasikan bahwa pengobatan harus
dipertimbangkan pada saat awal penyakit mulai parah.6
Sejumlah kasus pasien kritis COVID-19 yang melaporkan penggunaan anti IL-
6 atau tepatnya tocilizumab, menunjukkan perbaikan yang signifikan9,10,11. Namun,
tocilizumab diketahui memiliki efek samping kerentanan pada infeksi saluran napas
atas, hipertensi dan kerusakan liver, sehingga masih sangat diperlukan penelitian uji
klinis terkontrol terkait rasionalisasinya12.
Saat ini belum ada juga bukti klinis yang dipublikasikan yang mengevaluasi
efektifitas dan keamanan penggunaan anti IL-6 pada pasien COVID-19, sehingga
Indonesian Rheumatology Association (IRA) merekomendasikan penggunaan
tocilizumab pada kasus COVID-19 harus dilakukan pengumpulan data dan kajian
pada pasien COVID-19 yang menerima terapi tocilizumab secara nasional, dilakukan
pemeriksaan skrining pra pemberian dan pasca pemberian tocilizumab dan evaluasi
efek samping secara hati-hati (terutama terhadap risiko reaktivasi TB atau koinfeksi
lain), dilakukan pemberian infus tocilizumab sesuai protokol yang baku, dan
keputusan klinis terkait pemberian tocilizumab pada kasus COVID-19 perlu
didiskusikan dalam tim multidisplin dan perlu kolaborasi dengan dokter spesialis
penyakit dalam atau dokter spesialis penyakit dalam konsultan reumatologi.13
DAFTAR PUSTAKA