Anda di halaman 1dari 8

a.

       Standar Isi Kurikulum SD/Mi

Di SD, IPS dan IPA direncanakan menjadi materi ajar (tema) atau diintegrasikan pada mata pelajaran
lain, melalui pembelajaran tematik integratif. Sehingga jumlah mata pelajaran berkurang dari 10
matapelajaran menjadi 8 matapelajaran. Kebijakan ini diikuti peraturan bagian inti RPP memuat (1)
sikap, (2) pengetahuan, (3) keterampilan.
Di satu sisi, rencana ini meringankan beban belajar siswa. Namun di sisi lain, akan menyulitkan siswa,
khususnya pengintegrasian IPA. Tidak ada masalah jika matapelajaran IPS dijadikan tema pembelajaran
PPKn, dalam Bahasa Indonesia, Seni Budaya dan Prakarya, atau Agama, atau mata pelajaran lainnya. Hal
ini akan mendukung terciptanya kompetensi secara utuh antara sikap, keterampilan dan pengetahuan.
Dasar pemikirannya sebagai berikut:

1)      Pengintegrasian IPS ke dalam PPKn [atau mata pelajaran lainnya] membuka peluang agar siswa
belajar PPKn [atau mata pelajaran lain ] secara kontekstual.

Pancasila --sebagai jiwa mata pelajaran PPKn-- adalah manifestasi nilai-nilai sosio-kultural dan ekonomi
Indonesia yang dapat diterima secara universal. Tema-tema sosial berada dalam jangkauan aplikasi nilai-
nilai Pancasila. Kehadiran IPS dan PPKn sebagai mata pelajaran terpisah dalam KTSP 2006 sebenarnya
menimbulkan ketumpangtindihan materi ajar. Ada materi IPS yang dibicarakan lagi di PPKn. Sebaliknya
materi PPKn ada yang dibahas lagi dalam IPS. Di Indonesia, tidak mungkin dilakukan kebijakan
mengintegrasian mata pelajaran PPKn, sebab Pancasila sebagai dasar negara harus menjadi entitas
tersendiri dalam dunia pendidikan Indonesia.
Demikian juga, tema-tema sosial dapat dengan mudah diintegrasikan dalam matematika, Bahasa
Indonesia, Seni Budaya dan Prakarya, atau matapelajaran lainnya. Kenyataan misalnya, matematika
selalu menjadikan tema sosial sebagai bidang terapannya. Demikian juga, dalam pelajaran Bahasa
Indonesia, selain wacana IPA, pembelajaran Bahasa Indonesia juga sering menggunakan kutipan
wacana/teks bertema sosial sebagai materi pelajaran. Dengan demikian, pengintegrasian IPS akan
mendorong pembelajaran realistik atau pembelajaran kontekstual.
Pengintegrasian ini tidak mengurangi kesempatan siswa untuk memeroleh kajian ilmu sosial. Materi IPS
yang tidak tercakup dalam tematik Matematika atau Bahasa Indonesia, atau mata pelajaran lainnya
dapat dikosentrasikan di PPKn.
2)      Pengintegrasian IPA akan menyulitkan siswa dalam memahami materi pelajaran

Bagaimana pun, konsep IPA adalah suatu konsep fisik alam. Domain konsep IPA adalah tubuh manusia,
tumbuhan, hewan, zat-zat kimia, gejala-gejala alam, dan antariksa. Walaupun sering ada tema-tema IPA
dijadikan materi kajian Bahasa Indonesia, namun ada istilah IPA yang membingungkan siswa SD karena
memiliki makna berbeda dalam Bahasa Indonesia. Contoh: gaya dan daya. Berbeda dengan IPS, materi
IPA cenderung lebih rumit. Ada sebagian materi IPA yang sulit ditematikkan ke Bahasa Indonesia atau
mata pelajaran lain.
Merupakan hal yang sangat sulit jika harus melakukan percobaan IPA/eksperimen IPA sekaligus
berusaha memahami materi Bahasa Indonesia atau materi pelajaran lainnya. Contoh: eksperimen
rangkaian listrik, gejala kemagnetan, pelarutan zat, dan sebagainya. Perlu konsentrasi khusus bagi siswa
untuk mempelajarinya. Dapat diduga bahwa siswa SD sulit memahami konsep IPA sekaligus konsep
Bahasa Indonesia [atau konsep mata pelajaran lain] dalam satu pembelajaran yang sama.
Apalagi jika konsep IPA dijadikan tema dalam matematika. Sementara materi matematika itu sendiri
sangat abstrak dan dianggap sulit. Walaupun ada sebagian materi IPA yang selama ini merupakan tema
dalam pelajaran matematika. Misalnya teori kecepatan dan debit. Jadi pada kurikulum 2013, IPA
sebaiknya tetap berdiri sendiri.
Untuk sementara, rancangan perubahan kurikulum SD sebagai berikut:
 
Sumber: Bahan Uji Publik Kurikulum 2013 halaman 14
b.      Struktur Kurikulum SMP/MTs

Di SMP direncanakan pengurangan dari 12 mata pelajaran menjadi 10 mata pelajaran. Dalam hal ini,
mata pelajaran TIK dihapus. Kebijakan menjadikan TIK sebagai sarana pembelajaran adalah kebijakan
yang tepat. Hal ini akan mendorong kemajuan penggunaan teknologi oleh siswa dan guru. TIK tidak
efektif sebagai mata pelajaran tersendiri, sebab peredaran produk-produk teknologi sudah menyentuh
hingga penduduk di pelosok. Siswa SMP dengan mudah belajar memahami istilah dan belajar
mengoperasikan produk-produk teknologi canggih. Siswa hanya perlu dibekali dengan pengetahuan
bahasa Inggris yang selalu menjadi bahasa perintah produk teknologi.
Pengintegrasian Muatan Lokal juga merupakan kebijakan tepat. Sebab, seni dan budaya merupakan
kearifan lokal yang cenderung dijadikan materi Muatan Lokal. Walaupun ada daerah lain yang
menjadikan bahasa asing atau pertanian sebagai muatan lokal. Tetapi yang terbaik, tetaplah kebudayaan
lokal yang menjadi materi mata pelajaran Seni Budaya.

Sumber: Bahan Uji Publik Kurikulum 2013 halaman 47

c.       Struktur Kurikulum SMA/SMK/MA


Pada KTSP 2006, penjurusan dimulai dari kelas II. Kelas I menempuh beban belajar sebanyak 18 mata
pelajaran. Sedangkan masing-masing jurusan IPA, Bahasa, atau IPS menempuh 15 mata pelajaran. Ini
merupakan beban belajar yang cukup berat dan siswa dianggap memiliki kemampuan yang sama dalam
belajar. Sistem penjurusan memaksa kemampuan dan cenderung tidak menghargai minat pribadi siswa.
Maka pemerintah mengupayakan di tingkat SMA/SMK dirancang 9 mata pelajaran wajib dan ditambah
kelompok mata pelajaran peminatan akademik (untuk SMA) dan tambahan kelompok mata pelajaran
peminatan akademik dan vokasi (untuk SMK).
Sedangkan pada Kurikulum 2013, sejak kelas I siswa SMA/SMK dapat memilih mata pelajaran
peminatannya. Beban belajar siswa menjadi lebih ringan atau siswa dapat mengambil beban belajar
sesuai kemampuannya. Standar isi kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut (Bahan Uji Publik
Kurikulum 2013: 59):
1)         Untuk SMA dan SMK
·               mata pelajaran wajib: kelompok A dan kelompok B (total 18 JP per pekan).
·               Pramuka menjadi ekstra kurikuler wajib demi keterlibatan siswa dalam kegiatan
kemasyarakatan dan lingkungan.
2)         Sistem jurusan diganti dengan peminatan
·               Mata pelajaran peminatan (IPA, IPS, Bahasa: 16 JP)
·               Mata pelajaran pilihan (6JP) dapat diambil dari:
a)      matapelajaran pilihan lintas minat (dari kelompok matapelajaran peminatan lain), atau
b)      matapelajaran pendalaman minat; dan/atau
c)      mata pelajaran pilihan
d)      sekolah dapat menawarkan mata pelajaran pilihan tambahan (maksimum 4 JP)

Perbandingan (perubahan) standar isi kurikulum sebagai berikut (Bahan Uji Publik Kurikulum 2013:50).
      Muatan Kurikulum SMA pada KTSP 2006
Jumlah Kelas IPA Bahasa IPS Keagamaan
IIIII II III III II II III
I
Mata Pel (MP) 18 MP 15 MP 15 MP 15 MP 15 MP 15 MP 15 MP 15 MP 15 MP
Jam Pel (JP) 38JP 39JP 39JP 39JP 39JP 39JP 39JP 38 JP 38 JP

      Struktur Kurikulum SMK/MAK pada KTSP 2006


   Struktur Kurikulum SMA/SMK pada Kurikulum 2013

Sumber: Bahan Uji Publik Kurikulum 2013 halaman 57


   Daftar matapelajaran kelompok peminatan akademik (SMA)
   Contoh daftar matapelajaran kelompok peminatan akademik dan vokasi (SMK/MAK)

Sumber: Bahan Uji Publik Kurikulum 2013 halaman 58

2.      Dari segi penyusun Kurikulum

KTSP disusun oleh Pihak Sekolah sebagai satuan pendidikan dengan acuan Standar Isi (dari Delapan
Standar Pendidikan) yang dibuat oleh BSNP. Dalam KTSP, kegiatan pengembangan silabus merupakan
kewenangan satuan pendidikan. Pada kuriulum 2013 kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi
kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus dikembangkan di
satuan pendidikan yang bersangkutan. Dengan demikan isi dari materi pelajaran yang bersifat nasional
akan identik di seluruh Indonesia sesuai Standar Isi pendidikan nasional.
Untuk menghindari pengembangan bahan ajar yang tidak sesuai psikologi perkembangan siswa,
pemerintah mengadakan buku-buku pelajaran. Dengan demikian kontrol pemerintah terhadap kasus
materi ajar yang salah dapat dihindari.

3.      Pengembangan Kompetensi dan Mata Pelajaran kurikulum 2013

Pada KTSP 2006, tiap mata pelajaran memiliki beberapa Pokok Bahasan. Pada tiap pokok bahasan ini
ditentukan Standar Kompetensi Lulusan nasional yang hendak dicapai siswa. Dari pokok bahasan akan
dipilah-pilah oleh pihak sekolah menjadi beberapa Standar Kompetensi/ Kompetensi Dasar. Inilah yang
menjadi standar isi kurikulum di tingkat satuan pendidikan. Jadi, kompetensi dasar siswa diturunkan dari
materi pelajaran. Pendekatan dalam penyusunan SKL, SK/KD pada KTSP 2006 dapat digambarkan
sebagai berikut:

Sumber: Das Salirawati (2013:6)

Sedangkan Pengembangan Kompetensi dan Mata Pelajaran pada kurikulum 2013 dimulai dari analisis
kebutuhan. Selengkapnya digambarkan sebagai berikut:
Analisis kebutuhan meliputi:
•          Individu
•          Masyarakat, Bangsa, Negara, Dunia
•          Peradaban
SKL membentuk Kompetensi Inti (KI):
(1)     sikap
(2)     keterampilan
(3)     pengetahuan

SK/KD dijabarkan dengan menjaga keseimbangan antara soft skill dengan hard skill yang mengacu pada
kompetensi inti

Semua mata pelajaran ‘diikat’ oleh kompetensi inti yang ingin dicapai.

Anda mungkin juga menyukai