Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

Aktivitas ekonomi dapat dikatakan sama tuanya dengan sejarah manusia itu
sendiri. ia telah ada semenjak diturunkannya nenek moyang manusia, Adam dan
hawakepermukaan bumi. Perkembangan ekonomi berjalan seiring dengan
perkembangan pertumbuhan manusia itu sendiri dan pengetahuan teknologi yang
dimiliki. Pembagian kerja sebagai sebuah aktivitas ekonomi telah ditemui sejak
generasi pertama keturunan Adam dan Haawa. Pembagian kerja paling tua dalam
sejarah umat manusia adalah antara melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan
binatang (peternak) dan orang yang bekerja dengan pertanian (petani). Peternak
diwakili oleh Habil dan petani diwakili oleh Qabil.

Sistem ekonomi dunia saat ini bersifat sekuler, dimana terjadi dikotomi antara
agama dengan kehidupan duniawi termasuk di dalamnya aktivitas ekonomi telah
mulai terkikis. terjadinya dikotomi ini terjadi pada masa kegelapan (dark ages) yang
terjadi di Eropa, dimana pada masa tersebut kekuasaan gereja Katolik sangat
dominan, sehingga hal ini menimbulkan pergerakan yang berupaya untuk mengikis
kekuasaan gereja yang terlalu besar pada masa itu. Pergerakan inilah ya akhirnya
memunculkan suatu aliran pemikiran bahwa harus terng padjadi suatu pembedaan
atau pembatasan antara aktivitas agama dengan aktivitas dunia, sebab munculnya
pemikiran keilmuan pemikiran keilmuan seringkali dianggap bertentangan dengan
doktrin gereja pada waktu itu.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ekonomi Islam
Dawam Rahardjo dalam bukunya Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi,
memilah istilah ekonomi islam kedalam tiga kemungkinan pemaknaan, pertama
yang dimaksud ekonomi Islam adalah ilmu ekonomi yang berdasarkan nilai atau
ajaran islam. Kedua, yang dimaksud ekonomi Islam adalah sebuah sistem.Sistem
menyangkut peraturan yaitu pengaturan kegiatan ekonomi dalam suatu
masyarakat atau negara berdasarkan suatu cara atau metode tertentu. Sedangkan
pilihan ketiga adalah ekonomi islam dalam pengertian perekonomian umat
Islam. Ketiga wilayah tersebut, yakni teori, sistem dan kegiatan ekonomi umat
islam merupakan tiga pilar yang harus membentuk sebuah sinergi.
Pendefinisian tentang apakah ekonomi islam itu akan berbeda antara
ekonomi yang satu dengan ekonomi yang lainnya. Hasanuz Zaman dalam
bukunya Economic Function of an Islamic State (1984) memberikan definisi:
“Islamic Economic is the knoeledge and applications and rules of the shariah
that prevent injusice in the requisition and disposal of material resources in
order to provide satisfaction to human being and anable them to perform they
abligations to Allah and the society.”
Monzer Khaf dalam bukunya The Islamic Economy menjelaskan bahwa
ekonomi adalah subset dari agama. Menurut Kahf pula, ekonomi islam adalah
bagian dari ilmu ekonomi ysng memiliki sifat interdisipliner dalam arti kajian
ekonomi Islam tidak dapat berdiri sendiri tetapi perlu penguasaan yang baik
dalam mendalam terhadap ilmu-ilmu syariah dan ilmu pendukungnya yang lintas
keilmuan termasuk di dalamnya terhadap ilmu – ilmu yang berfungsi sebagai tool
of analysis seperti matematika, statistik, logika ushul fiqh dan sebagainya.
Sedangkan M N Siddiqi dalam bukunya “Role of state in the Economy
(1992)” memberikan definisi: “Islamic economics is the moslem thinker’
response to the economic challenges of their times. In this endeavor they were
aided by the Qur’an adn the Sunnah as well as by reason and axperience.”
Masih banyak lagi para ahli yang memberikan definisi tentang apa itu
ekonomi Islam. Secara umum ekonomi islam dapat didefenisikan sebagai suatu
perilaku individu muslim dalam setiap aktivitas ekonomi syariahnya harus sesuai
dengan tuntunan syariat Islam dalam rangka mewujudkan dan menjaga maqashid
syariah (agama, jiwa, akal, nasab, dan harta).
Ditinjau dari aspek Ontologi, ekonomi konvensional menggunakan filsafat
positisvismyang berdasarkan pada pengalaman dan kejadian emperis saja (hanya
mengandalkan ayat - ayat kauniyah saja), dan tidak percaya kepada petunjuk
Tuhan (sekuler). Dalam ekonomi sekuler, kesenangan atau kebahagiaan yang
dikejar adalah semata – mata kebahagiaan di dunia saja dan sangat materialistik.
Mereka tidak memandang bahwa apa-apa yang dikerjakan mempunyai dampak di
akhirat. Sedangkan ekonomi Islam, yang menjadi pedoman utama adalah
petunjuk Allah berupa wahyu (Al-Qur’an). As-Sunnah, Qiyas, Ijma’ dan Ijtihad
serta ayat – ayat kauniyah, umat islam harus hati – hati karena sering kali karena
doronganhawa nafs, manusia banyak tertipu oleh penglihatan, dan akal sehingga
jauh dari kebenaran wahyu.
Dengan demikian, dalm ilmu ekonomi konvensional yang mendorong untuk
melakukan kegiatan ekonomi adalah Self-Interest. Artinya, apa yang dilakukan
semata – mata untuk kepentingan pribad. sedangkan dalam Islamyang menjadi
pendorong adalah kehendak Allah (God-Interest) yang dalam rangka mengabdi
dan mencari ridha Allah SWT.
Secara Epistemologi, Ekonomi berasal dari oikonomia (Greek atau Yunani),
kata oikonomia berasal dari dua kata oikos yang berarti rumah tangga dan nomos
yang berarti aturan. jadi ilmu ekonomi adalah ilmu yang mengatur rumah tangga,
yang dalam bahasa inggrisnya disebut sebagai economics. kata economics ini,
tidak ditemukan dalam Al-Qur’an. menurut Hans Wehr, “A Dictionary of
Modern Written Arabic” (1961) yang diedit oleh J. Milton Cowan, dijumpai kata
dasar “Qa sha da”, yang melahirkan “qasd”(yang berarti; endeavor aspiration,
intentions, inten, design purpos, resolution, object, goal, aim, end; frugality;
thrift dan economy); “qasdan” (intensional; intended); “qasid” (aspires,
desired, aimed at, intended); “Masqid” atau “maqasid” (destination); dan
“iqtishad” (saving, economization, retrenchment;thriftiness, thrift, providence;
economy). Dari sini lahirlah istilah “ilm al iqtishadi’ (ilmu ekonomi); “ilm al-
iqtisad al-siyasi” (politik ekonomi), “iqtishadan fi al-waqf (in order to save
time) dan “al-iqtishadiyah” (the economy).
Secara terminologi, Samuelson merumuskan, “ilmu ekonomi didefinisikan
sebgai kajian tentang perilaku manusia dalam hubungan dengan pemanfaatan
sumber – sumber prospektik yang langka untuk memproduksi barang – barang
dan jasa – jasa serta mendistribusikannya untuk dikomsumsi.”
Dalam perkembangannya, kata rumah tangga tidak semata – mata dalam
keluarga yang beararti suami-istri dan anak-anaknya, tetapi rumah tangga
digunakan secara luas yaitu rumah tangga masyarakat dan rumah tangga negara.
Ini berarti bahwa kegiatan itu melibatkan anggota keluarga yang mampu
menghasilkan barang dan jasa, pada gilirannya seluruh anggota keluarga ikut
menikmati apa yang mereka peroleh. Kegiatan ini kemudian menyebar keseluruh
populasi rumah tangga yang kemudia menjadi kelompok yang diperintah oleh
pemerintahan suatu negara. Pengaturan rumah tangga ini mencakup tiga sub
sistem, yaitu memperbanyak kekayaan dan memelihara keberadaannya yang
disebut sub system komsumsi produksi, tata cara mengomsumsinkanya disebut
sub system komsumsi produksi, dan yang berhubungan dengan tata cara
pendistribusiannya yang mencakup dalam sub system distribusi. \
Berdasarkan istilah ruang lingkup ekonomi sebagaimana tersebut diatas,
maka islam sebagai sebuah agama yang mengatur segala aspek kehidupan, tentu
saja mempunyai cara untuk berekonomi. Dalam kegiatan ini Yusuf Halim Al-
A’lim mendifinisikan ilmu ekonomi Islam sebagai “ilmu tentang hukum-hukum
syariat aplikatif yang diambil dari dalil – dalil yang terperinci terkait dengan
mencari, membelanjakan, dan cara – cara membelanjakan harta”ty. Definisi ini
menunjukkan bahwa fokus kajian ekonomi islam adalah mempelajari perilaku
muamalah masyarakat islam yang mengikuti Al-Qur’an, as-Sunnah, Qiyas dan
ijma’ dalam memenuhi kebutuhan hidupnya untuk mencari ridha Allah.
Ditinjau dari aspek Aksiologi, tujuan ekonomi islam adalah bahwa setiap
kegiatan manusia didasarkan pada pengabdian kepada Allah dan dalam rangka
melaksanakan tugas dari Allah untuk memakmurkan bumi, maka berekonomi
umat islam harus mengutamakan keharmonisan dan pelestarian alam. Kebahagian
yang dikejar dalam Islam bukan semata – mata kebahagian di dunia saja, tetapi
juga kebahagian di akhirat kelak.

Anda mungkin juga menyukai