PANTAI RANDUSANGA
MAKALAH
DISUSUN OLEH :
XI IPS 1
SMA N 2 BREBES
Tahun Pelajaran 2017/2018
Jalan Ahmad Yani No.77 Brebes
KATA PENGANTAR
Assalamualikum Wr.Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan
inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah selalu meridhai segala
usaha kita.
Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR…………………………………………………...............i
DAFTAR ISI……………………………………………………………...........ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang………………………………………………......1-2
2. Rumusan masalah……………………………………………........3
3. Tujuan penilitian……………………………………………..........3
4. Manfaat penulisan……………………………………………........3
BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................4-9
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................10-11
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan…………………………………………………........12
2. Saran………………………………………………………..........12
3. Daftar Pustaka...............................................................................13
LAMPIRAN......................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Obyek wisata yang ada di Indonesia merupakan salah satu dari kekayaan alam
yang patut untuk dibanggakan. Setiap daerah di Indonesia memiliki keunikan baik
dari segi keindahannya maupun adat istiadat yang ada di daerah tersebut sehingga
menarik minat wisatawan untuk mengunjunginya.
Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan dan
prioritas pengembangan bagi sejumlah Negara, terlebih bagi Negara berkembang
seperti Indonesia yang memiliki potensi wilayah yang luas dengan adanya daya tarik
wisata cukup besar, banyaknya keindahan alam, aneka warisan sejarah budaya dan
kehidupan masyarakat.
Kabupaten Brebes memiliki potensi pariwisata yang besar untuk
dikembangkan. Hal tersebut mengingat beragamnya potensi pariwisata baik jenis dan
bentuknya yang dapat ditawarkan kepada wisatawan. Jenis wisata 6 tersebut berupa
wisata alam, budaya, ziarah sampai dengan wisata kuliner. Beragam jenis wisata
tersebut telah dikelola dengan baik namun sebagian masih berupa potensi yang dapat
dikembangkan lebih lanjut.
Selain potensi dan jenis pariwisata yang beragam, secara geografis letak
Kabupaten Brebes berada pada jalur pantura yang menghubungkan dua kota besar
yaitu Semarang dan Jakarta serta di wilayah Kabupaten Brebes bagian selatan
terdapat akses menuju jalur selatan yang menghubungkan kota-kota di selatan Pulau
Jawa. Dengan demikian mobilitas masyarakat akan selalu melalui Kabupaten Brebes
termasuk mobilitas masyarakat yang hendak berwisata.
Pembangunan destinasi pariwisata berdasarkan prioritas terdiri dari kawasan
unggulan, kawasan andalan, kawasan pembangunan dan kawasan potensial. Kawasan
pembangunan yang masuk dalam pembangunan pariwisata di Kabupaten Brebes
berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Kabupaten Brebes adalah
pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dengan pengembangan potensi wisata
dan sekaligus konservasi perlindungan alam pesisir.
1
Salah satu pembangungan pariwisata yang berkelanjutan di kab.Brebes adalah
pembangunan Obyek wisata Pantai Randusanga Indah. Obyek wisata Obyek wisata
Pantai Randusanga Indah adalah salah satu dari beberapa obyek wisata alam yang ada
di Kabupaten Brebes. Lokasi obyek wisata ini berada di Desa Randusanga Kecamatan
Brebes. Meskipun dalam pembangunannya menggunakan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD), namun 7 pengelolaannya masih dilakukan secara tradisional.
Tidak mengherankan apabila sarana prasarana penunjang di lokasi wisata masih
memprihatinkan.
Kenyataan menunjukan bahwa kondisi pembangunan kepariwisataan yang
berkelanjutan di Kabupaten Brebes itu sendiri dalam perkembangannya masih belum
optimal. Hal ini berkaitan dengan pengelolaan di sektor ini belum dilakukan secara
profesional. Berbagai permasalahan seperti pembangunan industri pariwisata,
kelembagaan dan pemasaran pariwisata menjadi kendala tersendiri dalam
pembangunan pariwisata yang berkelanjutan di Kabupaten Brebes.
Berkaitan dengan hal tersebut maka Perda Nomor 6 Tahun 2013 tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan di Kabupaten Brebes diharapkan dapat
memberikan arah pembangunan kepariwisataan sesuai dengan kebijakaan
pembangunan destinasi pariwisata dengan memperhatikan berbagai faktor
keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia
untuk berwisata. Selain itu, Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan di
Kabupaten Brebes diharapkan dapat menjadi bagian integral dari rencana induk
pembangunan kepariwisataan nasional, rencana induk pembangunan kepariwisataan
provinsi sehingga terjadi pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
2
b. Rumusan Masalah
1. Apakah pembangunan Pariwisata di Kabupaten Brebes telah dilaksanakan
berdasarkan prinsip Berkelanjutan?
2. Langkah-langkah apa yang dilakukan agar pembangunan Pariwisata di Kabupaten
Brebes dilaksanakan berdasarkan Prinsip Berkelanjutan?
c. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kebijakan pembangunan pariwisata yanga telah dilaksanakan berdasarkan
prinsip berkelanjutan.
2. Mengetahui langkah-langkah pembangunan pariwisata di Kabupaten Brebes berdasarkan
prinsip berkelanjutan.
d. Manfaat Penelitian
1. Dapat memberikan pemahaman dan masukan kepada para pihak pengambil kebijakan
terhadap pembangunan pariwisata yang berkelanjutan di Kabupaten Brebes.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pariwisata
Menurut Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar (2000:46-47) menjelaskan
definisi pariwisata sebagai berikut : Pariwisata adalah suatu perjalanan yang
dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke
tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan
maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi
semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamsyaan dan rekreasi atau untuk
memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Menurut H.Kodhyat (1983:4) adalah sebagai berikut : Pariwisata adalah
perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan
perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian
dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan
ilmu.
Menurut pendapat Anonymous (1986) Pariwisata adalah kegiatan seseorang
dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan perbedaan pada waktu
kunjungan dan motivasi kunjungan.
B. Prinsip Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
Pariwisata apapun jenis dan namanya, hendaknya dapat dibangun dan
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Menurut
United Nation (2002) prinsip-prinsip tersebut adalah:
Prinsip pertama adalah pembangunan pariwisata harus dapat dibangun dengan
melibatkan masyarakat lokal , visi pembangunan pariwisata mestinya dirancang
berdasarkan ide masyarakat lokal dan untuk kesejahteraan masyarakat lokal .
Pengelolaan kepariwisataan yang telah dibangun mestinya juga melibatkan
masyarakat lokal sehingga masyarakat lokal akan merasa memiliki rasa memiliki
untuk perduli terhadap keberlanjutan pariwisata. Masyarakat lokal harusnya menjadi
pelaku bukan menjadi penonton.
4
Prinsip kedua adalah menciptakan keseimbangan antara kebutuhan wisatawan
dan masyarakat. Kepentingan pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah tujuan yang
didasarkan atas kerelaan untuk membentuk kualitas destinasi yang diharapkan oleh
wisatawan. Keseimbangan tersebut akan dapat terwujud jika semua pihak dapat
bekerjasama dalam satu tujuan sebagai sebuah komunitas yang solid. Komunitas yang
dimaksud adalah masyarakat lokal , pemerintah lokal , industri pariwisata, dan
organisasi kemasyarakat yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat di mana
destinasi pariwisata dikembangkan.
Lebih lanjut dapat dijabarkan, dari perspektif filsafat manajemen
pertumbuhan, pembagunan adalah sebagian besar merupakan pertanyaan tentang apa
diinginkan oleh masyarakat yang terlihat pada visi masyarakat, tujuan, dan
kemampuan untuk mengelola dampak pertumbuhan itu. Sesuai dengan pandangan
ini, Whistler berpendapat, pemimpin harus berhati-hati dalam mengadopsi filosofi
manajemen pertumbuhan. Kebijakan yang dirancang untuk mendorong program-
program lingkungan yang berfokus pada: Suatu pendekatan berbasis ekosistem
terhadap penggunaan lahan, termasuk area yang dilindungi, perkotaan yang desain
secara efisien; Lingkungan transportasi yang berkelanjutan, termasuk strategi yang
komprehensif untuk mendorong efesiensi penggunaan kendaraan bermotor; Pasokan
air bawah tanah dan program pengelolaan air limbah; Pengurangan limbah padat dan
inisiatif penggunaan kembali, dan Praktek Konservasi energi (Waldron, Godfrey, dan
Williams, 1999).
5
Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan adalah kondisi yang diinginkan
dan mungkin menjadi elemen yang paling penting dari manajemen pertumbuhan.
Mengembangkan mekanisme yang tepat untuk menggabungkan pandangan berbeda
adalah penting untuk keberhasilan pembangunan yang menyesuaikan kepentingan
masyarakat dan wisatawan secara bersama-sama (Cleveland dan Hansen, 1994).
Prinsip kesembilan adalah harus ada monitoring dan evaluasi secara periodic
untuk memastikan pembangunan pariwisata tetap berjalan dalam konsep pembagunan
berkelanjutan. Mestinya pembagunan pariwisata dapat diletakkan pada prinsip
pengelolaan dengan manajemen kapasitas, baik kapasitas wilayah, kapasitas obyek
wisata tertentu, kapasitas ekonomi, kapasitas social, dan kapasitas sumberdaya yang
lainnya sehingga dengan penerapan manajemen kapasitas dapat memperpanjang daur
hidup pariwisata itu sendiri sehingga konsepsi konservasi dan preservasi serta
komodifikasi untuk kepentingan ekonomi dapat berjalan bersama-sama dan
pembangunan pariwisata berkelanjutan dapat diwujudkan.
7
Prinsip kesebelas adalah melakukan program peningkatan sumberdaya
manusia dalam bentuk pendidikan, pelatihan, dan sertifikasi untuk bidang keahlian
pariwisata sehingga dapat dipastikan bahwa para pekerja siap untuk bekerja sesuai
dengan uraian tugas yang telah ditetapkan sesuai dengan bidangnya masing-masing
sehingga program sertifikasi akan menjadi pilihan yang tepat. Sertifikasi sebagai
proses untuk meningkatkan standar industri memiliki pendukung dan dan nilai kritik.
Bagian ini sebenarnya meninjau kelayakan sertifikasi sebagai alat kebijakan untuk
melakukan perbaikan secara sukarela, di bawah lima aspek: keadilan, efektivitas,
efisiensi, kredibilitas, dan integrasi (Toth, 2002).
8
Dengan berlandaskan prinsip keunikan dan kelokalan, kepariwisataan
Indonesia didasari oleh falsafah hidup bangsa Indonesia sendiri, yaitu konsep
prikehidupan yang berkeseimbangan. Seimbangnya hubungan manusia dengan
Tuhan, seimbangnya hubungan manusia dengan sesamanya, seimbangnya hubungan
manusia dengan lingkungan alam. Konsep ini mengajarkan kepada kita untuk
menjunjung nilai-nilai luhur agama serta mampu mengaktualisasikannya, menghargai
nilai-nilai kemanusiaan, toleran, kesetaraan, kebersamaan, persaudaraan, memelihara
lingkungan alam. Kesadaran untuk menyeimbangkan kebutuhan materi dan rokhani,
seimbangnya pemanfaatan sumber daya dan pelestarian. Kita diajarkan untuk tidak
menjadi rakus.
9
BAB III
PEMBAHASAN
10
Berdasarkan berbagai kajian dapat disimpulkan bahwa sumbangan pariwisata
yang secara signifikan pada perkembangan ekonomi suatu daerah tampak dalam tiga
bentuk utama yaitu: perluasan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan, dan
pemerataan pembangunan antar wilayah. Besaran dampak tersebut bergantung kepada
tingkat perkembangan pariwisata. Sektor pariwisata juga terbukti telah memberikan
sumbangannya sebagai katup pengaman di saat krisis terjadi sekaligus memberikan
dampak ganda (multiplier effect) yang cukup besar pada pertumbuhan sektor-sektor
lain.
11
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
http://www.teluklove.com/2016/12/pesona-keindahan-destinasi-wisata_50.html
https://tourismbali.wordpress.com/2013/03/10/prinsip-prinsip-pembangunan-pariwisata-
berkelanjutan-2/
13
LAMPIRAN
14