NIM: 191001
Proses desinfeksi dan sterilisasi yang baik merupakan salah satu upaya untuk mencegah
terjadinya infeksi nosokomial yang disebabkan oleh peralatan medis yang tidak steril.
A. Desinfeksi
Menurut Jurnal (Riyadi, S. & Kurnianti, R., 2018) Desinfeksi berarti membunuh mikroorganisme
penyebab penyakit dengan bahan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan
terjadi infeksi dengan jalan membunuh mikroorganisme patogen. Jenis-jenis disinfeksi adalah disinfeksi
golongan aldehid, alkohol, pengoksidasi, halogen, fenol, garamamonium kuarterner, biguanida.
Teknik desinfeksi ada 2 yaitu, desinfeksi dengan cara fisik (pemanasan, penyinaran, mekanis) dan
desinfeksi dengan cara kimia (penambahan oksidator, penambahan asam/basa).
Proses desinfeksi ada 3 yaitu, Desinfeksi tingkat rendah, desinfeksi tingkat sedang, dan desinfeksi tingkat
tinggi.
B. Sterilisasi
Menurut jurnal (Dewi, N.K.R.K.,2018), Sterilisasi didefinisikan sebagai suatu proses penghilangan
semua jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fung,
bakteri,mycoplasma, virus) yang terdapat dalam suatu benda. Agen kimia untuk sterilisasi disebut
sterilan.
Proses sterilisasi ada 4 yaitu, pembersihan sebelum sterilisasi, pembungkusan, proses sterilisasi, dan
penyimpanan yang aseptik.
Metode sterilisasi menurut (Putri, C.Y., 2015) terdiri dari metode fisika dan kimia.
1. Sterilisasi metode fisika meliputi sterilisasi panas, autoklaf, pasteurisasi, ultra high temperature (UHT),
dan filter.
2. Sterilisasi metode kimia ada 2 macam:
- Dengan Senyawa Kimia yang digunakan sebagai desinfektan seperti CuSO4, AgNO3, HgCl2, ZnO, alkohol
50-75% (dapat menyebabkan koagulasi protein) dan beberapa larutan garam seperti NaCl (9%), KCl
(11%) dan KNO2 (10%) mikroba karena tekanan osmotiknya.
- Sterilisasi Gas
Dari hasil penelitian (Adjil, D., dkk., 2007), Penggunaan larutan kimia alkohol 70% tidak efektif
untuk mensterilkan peralatan operasi. Mungkin dibutuhkan waktu perendaman yang lebih lama untuk
dapat mendenaturasi protein membran sel bakteri maupun spora bakteri. Penggunaan ozon juga tidak
efektif karena peralatan disterilisasikan dalam kondisi tertutup, ozon sendiri dalam bekerjanya
memerluhan kontak langsung dengan bakteri. Dalam keadaan tertutup, ozon yang merupakan gas
dingin, tidak mampu menembus tabung sehingga sterilisasi tidak terjadi.
Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa sterilisator terbaik yang
dipergunakan untuk sterilisasi alat operasi adalah Infra red, kemudian diikuti oleh otoklaf. Sterilisasi
menggunakan alkohol 70% dan ozon tidak dianjurkan karena keduanya tidak mampu membunuh
Bacillus subtillis.
Dari hasil penelitian lain oleh (Maryani, M. & Cahyono, T, 2015), Analisis uji friedman menunjukan
hasil bahwa ada perbedaan angka kuman sebelum dan sesudah desinfeksi, sebelum desinfeksi dan
sesudah sterilisasi dan tidak ada perbedaan angka kuman sesudah desinfeksi dan sesudah sterilisasi.
Rata-rata efektifitas desinfeksi 96% dan sterilisasi 99,67%.
Referensi:
Maryani, M. & Cahyono, T.2015.STUDI EFEKTIFITAS DESINFEKSI DAN STERILISASI DALAM MENURUNKAN
ANGKA KUMAN ALAT SET MEDIKASI DI RUMAH SAKIT WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO.Jurusan
Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Semarang. Keslingmas Vol. 35 Hal. 1 – 85 Maret 2016 | 79.
Riyadi, S. & Kurnianti, R.2018. EFEKTIVITAS PENERAPAN CUCI TANGAN DISINFEKSI DALAM
MENINGKATKAN KEPATUHAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI SILANG DI LABORATORIUM
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT.Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Jambi.Jurnal
Bahan Kesehatan Masyarakat Vol 2 No 2 p-ISSN: 2085-1677 / e-ISSN: 2621-3801 2018 139.
Putri, C.Y., 2015.Toksikologi TSF Steril dan Pengantar Farmakologi. Mata Kuliah Teknologi Sediaan
Farmasi Steril.