Anda di halaman 1dari 14

DESKRIPSI DIRI

TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL (TKS)


Pendamping PKH

PUSAT PENGEMBANGAN PROFESI PEKERJA SOSIAL DAN PENYULUH SOSIAL


BADAN PENDIDIKAN PENELITIAN DAN PENYULUHAN SOSIAL
KEMENTERIAN SOSIAL RI
2020
DESKRIPSI DIRI TKS PENDAMPING SOSIAL PKH

PETUNJUK UMUM
• Deskripsi diri dibuat berdasarkan tugas sebagai pendamping sosial PKH terkait dengan
penanganan kasus/masalah
• Kasus/permasalahann yang disajikan merupakan kasus/permasalahan nyata dan bukan
hasil rekaan.
• Jelaskan 2 Kasus/permasalahan yang berbeda (masing masing disajikan pada bagian A dan
B).
• Kasus yang diangkat harus terkait dengan upaya anda melakukan perubahan perilaku
KPM atau pihak yang terkait dengan aktifitas pendampingan anda kearah keberfungsian
sosial
• Deskripsi dibuat dengan jelas sesuai dengan perintah pada setiap bagian.

A. Deskripsi kasus 1

1. Uraikan kasus/permasalahan yang anda tangani sesuai dengan tugas dan fungsi
sebagai Pendamping PKH. Gambaran kasus/permasalahan yang dijelaskan sekurang
kurangnya 150 kata dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:
a. Apa masalahnya
b. Kapan dan dimana masalah itu terjadi
c. Siapa pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan
d. Mengapa masalah itu terjadi
Deskripsi Kasus 1:

KPM SY di desa Laksana Jaya tidak pernah hadir dalam 3 pertemuan yang telah
dilaksanakan. Pada saat itu KPM telah hamper 2 bulan menjadi peserta PKH. Kemudian
saya melakukan kunjungan rumah dan KPM menceritakan bahwa ia malu untuk
menghadiri pertemuan karena hampir semua peserta PKH menceritakan tentang
kebanggaan mereka terhadap anak-anaknya. Sementara dirinya merasa malu dan sedih
melihat anaknya (BS) yang nakal dan tidak mau ke sekolah. KPM lain sudah mengetahui
tentang keadaan anaknya itu. Mereka juga sering bergunjing tentang suaminya (TD) yang
sering memukul anaknya dan sering menganggur daripada bekerja mencari nafkah. BS
sudah 2 minggu sulit bangun pagi dan tidak mau ke sekolah dengan alas an capek. Saya
sebagai pendamping melakukan kunjungan ke sekolah dan memahami bahw BS sering
dibuli oleh teman-temannya. Guru wali kelas mengatakan bahwa prestasi BS sangat
rendah dan ia sering membolos dan tidak mengerjakan PR. Di sekolah selalu menyendiri.
Setelah memahami situasi KPM SY, saya melakukan : 1).edukasi kepada SY tentang
kriteria peserta PKH dan sanksinya bila tidak memenuhi persyaratan FASDIK dan
FASKESOS, 2) Motivasi kepada BS untuk kembali ke sekolah, 3) diskusi dengan wali kelas
tentang perlindungan sosial bagi anak dan hak Pendidikan anak

2. Berdasarkan kasus tersebut, uraikan langkah langkah penanganannya. Masing


masing aspek sekurang kurangnya 100 kata.

a. Mengapa masalah itu terjadi

..
1. Pendekatanan awal yang dilakukan

Melakukan kunjungan ke rumah SY


Pada kunjungan awal terkait kasus ini, saya berjumpa dengan BS yang
tidak pergi ke sekolah. Lalu saya bertanya kepadanya mengapa tidak ke
sekolah dan ia menjawab ‘capek’. Terlihat bahwa BS malas menjelaskan
tentang sekolahnya karena ia berusaha menjawab singkat seraya
berlalu dengan cepat dan mempersilahkan saya untuk datang kembali
di saat ibunya sudah berada di rumah. Saya menduga bahwa situasi
yang dihadapi BS tentunya sulit karena ia tidak mau berkomunikasi,
pasti ada hal yang disembunyikannya. Disamping itu, ia tidak
mempersilahkan saya untuk menemui ayahnya yang sedang berada di
rumah. Pada hal ketika saya tiba, saya mengatakan bahwa saya ingin
berjumpa dengan ibu,bila ibu tidak ada saya juga ingin mengobrol
dengan BS, karena sebelumnya saya sudah berjumpa dan berkenalan
dengan BS sebagai salah seorang anggota peserta PKH dari KPM ini.
Selanjutnya, saya kembali mengunjungi KPM SY, saat ini saya berjumpa
dan mengobrol dengan SY diawali dengan percakapan sekitar
perubahan yang dialami keluarga SY pada saat ini ketika menjadi
peserta PKH.

2. Mengidentifikasi masalah dan potensi/sumber yang dapat dimanfaatkan untuk


mengatasi masalah

1) Identifikasi masalah:

Pada kunjungan kedua saya berjumpa dengan SY dan melakukan dialog.


Informasi yang saya peroleh adalah bahwa BS sudah 2 minggu tidak ke
sekolah dengan alasan capek. SY juga mengatakan bahwa sang ayah
(TD) sering memukul dan berbicara kasar pada BS . TD juga tidak peduli
ketika anaknya tidak ke sekolah.

Melakukan kunjungan ke sekolah BS dan berdialog dengan guru wali


kelas BS. Pada kunjungan pertama, saya berjumpa dengan guru wali
kelas. Kemudian pada kunjungan kedua, saya mendampingi BS untuk ke
sekolah dan mempertemukannya dengan wali kelas. Beberapa saat
saya mengamati bahwa memang BS tidak berbaur dengan teman-
temannya saat jam istirahat. Satu hari setelah itu, saya menjumpai BS
dan mengobrol sekitar pengalamannya bertemu dengan wali kelas, ia
mengatakan bahwa wali kelas sangat penuh perhatian dan
membangkitkan semangatnya untuk ke kembali bersekolah, ia percaya
bahwa ibu guru wali kelas bias menolongnya untuk mengatasi kesulitan.

2) Potensi/sumber yang dapat dimanfaatkan:


Berdasarkan hasil identifikasi masalah maka saya
mengidentifikasikasikan pihak-pihak berikut sebagai potensi/sumber
pemecahanmasalah, yakni:
• SY, sebagai pengurus dalam KPM ini ia adalah orang kunci yang
tentunya tidak ingin kepersertaan PKHnya di hentikan. Ia juga
mau berkomunikasi secara terbuka dengan saya sebagai
pendamping dalam pengungkapan masalah dan
keterbatasannya. Hal ini sangat memungkinkan SY untuk belajar
keterampilan baru dalam mendampingi anaknya BS dalam
mengelola kesulitan yang dialaminya baik di rumah maupun di
sekolah.
• Guru wali kelas, kesan yang saya dapatkan saat berbicara
dengan guru wali kelas adalah ia bersikap lemah lembut dan
terbuka untuk menolong muridnya yang mengalami kesulitan
tanpa membedakan status sosial dan ekonomi.
• BS sendiri memiliki kemauan untuk bersekolah agar dapat
memperbaiki nasibnya. Salah satu faktor yang menyebabkan ia
dibuli adalah karena ia miskin.

3. Rencana pemecahan masalah


• Edukasi KPM dengan tema Kriteria kepersertaan PKH
dan resiko dari tidak melaksanakan kewajiban Fasdik dan
Faskes. Sebenarnya KPM sudah diberi informasi
sebelumnya tentang kriteria ini, akan tetapi SY tidak
menghadiri pertemuan 3 kali maka kemungkinan besar
ia lupa atau belum merasa bahwa kealpaannya bisa
menyebabkan ia terdesak keluar dari keanggotaan PKH
karena kewajiban hadir di kegiatan pendampingan.
Selain itu, SY sebenarnya adalah pribadi yang tidak sulit
untuk ajak bekerja sama dalam memperbaiki keadaan
diri dan anaknya terkait kasus tersebut.
• Diskusi dengan guru wali kelas mengenai masalah BS.
Wali kelas memiliki posisi strategis di sekolah dalam
meraih dan mempengaruhi BS untuk kembali ke sekolah
karena ia memiliki peluang besar untuk mempengaruhi
murid-murid yang membuli BS. Disamping itu, BS juga
merasa bahwa wali kelasnya adalah orang yang bisa
memberi semangat kepadanya untuk bersekolah
• Motivasi kepada BS tentang cara menghadapi buli. BS
telah memiliki semangat untuk kembali bersekolah dan
memercayai wali kelasnya. Ini adalah kesempatan baik
untuk membangun motivasi yang lebih besar agar ia ma
uterus ke sekoah. Namun, tidak mudah baginya untuk
berurusan dengan murid-murid yang pernah
membulinya. Sebab itu, perlu beberapa pertemuan
khusus secara singkat untuk berbicara fokus pada
perasaan, dan menampilkan diri agar murid lain
menghargainya.

4. Melaksanakan pemecahan masalah

1. Edukasi
Pada sesi pertemuan edukasi pertama terkait kasus di atas, saya
bediskusi dengan SY tentang kriteria kepertsertaan PKH dan resiko dari
kelalaian melaksanakan kewajiban FASDIK dan FASKES. Pada
kesempatan ini dialog berlangsung sebagai berikut:
saya : apakah ibu masih ingat tentang syarat menjadi peserta PK?
SY : anak yang menjadi anggota PKH wajib hadir di sekolah 85 % bila
tidak maka akan dikeluarkan dari kepersertaan PKH.
Saya : saying khan kalau BS dikeluarkan dari PKH, berapa rupiah yang
ibu tidak terima dari bantuan PKH. Apakah selama ini jumlah itu
menolong keadaan ekonomi keluarga ibu.
SY : Memang uang sebanyak itu cukup menolong, tapi saya tidak tahu
cara membuat BS mau ke sekolah. Bapaknya aja tidak peduli. Kalau ada
yang membantu bicara dengan BS mungkin lebih baik
Saya: Bagaimana kalau saya berbicara dengan BS? Atau saya menemui
guru wali kelasnya mencari tahu mungkin ada hal lain yang
menyebabkan BS takut atau malas ke sekolah?
SY: Kalau neng bisa bantu, alhamdulilah.
Saya: baik bu, saya usahakan

Pertemuan edukasi yang kedua, setelah pertemuan dengan wali kelas.


SY: bagaimana neng, apakah guru wali kelas bisa membantu?
Saya: begini bu, BS sering diolok teman-temannya karena BS kelihatan
kurang bersih, dan menyendiri. Guru walinya bersedia menolong
mengawasi dan mencegah murid-muridnya untuk mengolok BS. Jadi
kelihatannya BS bisa dilindungi oleh wali kelasnya. Sekarang, ibu bisa
menolong BS untuk membersihkan diri dan berpakaian rapih sebelum
berangkat ke sekolah. Lalu ibu sesering mungkin mengobrol dengan BS
agar ia bisa curhat ke ibu. Kalau ada hal yang sulit kita bisa tukar
pendapat.
SY: baik neng, ibu usahakan memperhatikan pakaian sekolah BS
Saya: ibu bisa tolong ngobrol dengan BS kalau ada yang mau
membantunya ?
SY: bisa neng, nanti setelah itu ibu kasih tahu neng dan neng tolong
bicara langsung dengan BS ya?
Saya: baik bu, saya akan kembali kesini besok ya?

2. Pertemuan dan dialog dengan BS (motivasi)


Pada pertemuan ini, terjadi percakapan pendek sebagai berikut:
Saya: saya memahami kesulitan kamu yang menghalangi kamu ke
sekolah. Kamu anak yang baik dan bisa sukses tapi kesulitanmu perlu
diatasi terlebih dahulu.
BS: dari mana mbak tahu?
Saya: kamu khan sudah sekolah sampai kelas 5 khan? Itu berarti kamu
sudah berusaha belajar pelajaran dari guru, belajar berurusan dengan
teman-teman dan juga mengikuti aturan sekolah. Sayang khan kalau
tinggal 1 tahun lagi tamat tapi kamu gagal. Satu tahun lagi tidak lama,
kalau Selama 5 tahun kamu berhasil maka 1 tahun ini terlalu pendek.
Apalagi kalau ada orang penting yang mau membantumu.
BS: Memangnya siapa yang mau membantu aku?
Saya: ibu guru wali kelas. Ia sangat perhatian dan bisa membuat murid-
murid di sekolahmu menghargai sesamanya. Saya bisa
mendampingimu untuk bertemu dengan ibu wali kelas.
BS : aku malu dan takut karena sudah lama membolos.
Saya: Itu wajar, tetapi kalau kamu tidak kembali ke sekolah maka
resikonya adalah kamu tidak bisa lagi menjadi peserta PKH, sebab
syarat menjadi anggota PKH adalah bila keluarga yang bersangkutan
memiliki anak usia sekolah dan bersekolah. Artinya kalau anaknya tidak
ma uke sekolah berarti keluarga tersebut tidak lagi mendapat bantuan
PKH. Tugas saya sebagai pendamping adalah menolong anak tersebut
kembali ke sekolah supaya ia dan keluarga tidak dikeluarkan dari
kepesertaan PKH.
BS: aku mau ke sekolah.
Saya: baik, saya akan membantumu, bagaimana kalau besok saya
mendampingimu ke sekolah?

Satu hari setelah saya mengantar BS ke sekolah. saya mengunjunginya


dan berdialog tentang pengalamannya di sekolah. Ia merasa bahwa
guru wali kelas memberi perhatian yang menyejukkan hatinya sehingga
ia memiliki semangat untuk ke sekolah.

3. Pertemuan diskusi dengan guru wali kelas BS. Pada kesempatan ini saya
menjelaskan maksud dan tujuan saya dating ke sekolah ini adal untuk
melakukan validasi data kehadiran anak KPM PKH di sekolah. Saya
berusaha mengarahkan percakapan pada situasi BS di sekolah dan
menemukan fakta bahwa BS sering menyendiri, bolos, mendapat nilai
rendah dan diolok oleh beberapa orang temannya. Ini adalah
kesempatan baik bagi saya untuk berdiskusi tentang perlindungan anak
dan hak anak KPM PKH terhadap Pendidikan yang bebas dari kekerasan.
Meskipun ini adalah waktu untuk melakukan identifikasi masalah BS
tetapi menjadi kesempatan penting yang tidak boleh terlewatkan untuk
mengarahkan pembicaraan pada diskusi tentang perlindungan anak.
Berikut ini adalah penggalan diskusi kami:
Saya : Tadi menurut ibu, BS sering menyendiri, bolos,mendapat nilai
rendah dan diolok temannya. Berarti BS mengalami kesulitan belajar ya
bu? Ini berarti peran guru wali kelas sangat berarti dan besar untuk
menyelamatkan murid-murid seperti ini.
Guru: Betul… guru wali memang tidak hanya mengajarkan pelajaran
akademik tetapi juga harus bisa membuat anak-anaknya semangat
belajar dan mampu mengatasi kesulitannya terlebih yang berkaitan
dengan penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah.
Saya : kalau begitu berarti ibu dan sekolah ini sudah berperan aktif
dalam memberikan perlindungan kepada anak sesuai undang-undang
perlindungan anak ya.
Guru: ya, itu sudah menjadi tugas kami, bayangkan kalau anak kita
sendiri yang dibuli. Barangkali BS takut ke sekolah karena teman-
temannya sering mengolok-olok dia lantaran penmapilannya yang
kurang bersih dan berbau tidak sedap. Anak seperti itu memerlukan
pertolongan.
Saya: kalau begitu berarti peran ibu sangat berarti bagi BS ya bu. Saya
yakin bahwa dari percakapan ini, ibu juga paham kalau olok-olok yang
dialami BS adalah salah satu bentuk kekerasan pada anak yang dapat
menghancurkan karakter dan masa depan BS. Kalimat ibu menunjukkan
bahwa ibu paham cara mencegah terjadinya buli oleh murid-murid di
sekolah ini . Ibu juga memiliki empati yang bisa memberi semangat
kepada BS untuk kembali ke sekolah.

4. Megevaluasi hasil yang dicapai dan yang belum dicapai

Hasil yang dicapai:

1. Ibu SY sudah menghadiri pertemuan pendampingan meski tidak banyak


bicara dalam pertemuan
2. Ibu SY memperhatikan kebersihan BS dan seragam sekolahnya
3. Ibu SY telah satu kali menemui guru wali kelas BS disekolah
4. BS sudah kembali ke sekolah dengan penampilan yang lebih bersih dan
rapih dibawah pengawasan SY,Guru wali kelas dan saya sebagai
pendamping
5. BS bisa mengobrol secara terbuka dengan ibunya dan saya
6. BS mendapat semangat dan motivasi dari guru wali kelas
7. BS tidak dikeluarkan dari kepesertaan PKH

Hasil yang belum dicapai

1. Prestasi belajar BS belum maksimal


2. BS belum banyak berbaur dengan teman-temannyta
3. SY belum banyak berbicara (mengajukan pertanyaan dan menanggapi)
dalam pertemuan pendampingan

5. Terminasi atau pengakhiran penanganan masalah

Setelah pencapaian hasil yang disebutkan diatas, maka urusan pada kasus ini
diakhiri dengan cara:
1. BS diberi pengertian bahwa ia sudah bisa ke sekolah sendiri dan sudah
mampu mengatasi kesulitannya. Sehingga pendamping PKH tidak harus
mendampinginya, namun bila ada situasi sulit lagi ia boleh minta
bantuan pendamping PKH, ibunya atau wali kelas
2. Ibu SY sudah menghadiri pertemuan pendampingan yang menunjukkan
ia paham tentang pengaruh kehadirannya di kegiatan pertemuan
terhadap keberlanjutannya sebagai peerta PKH sehingga saya sebagai
pendamping tidak perlu memberikan edukasi kepadanya tentang
kriteria kepesertaan PKH dan resiko ketidak hadiran dalam pertemuan
3. Guru wali kelas telah melaksanakan perannya untuk membuar BS rajin
ke sekolah sehingga tidak perlu lagi diskusi dengannya mengenai
perlindungan anak

3. Berdasarkan penanganan kasus tersebut, jelaskan masing-masing aspek dibawah ini


sekurang-kurangnya 100 kata.

a. Pengetahuan/konsep yang digunakan (sekurang kurangnya 3 pengetahuan/


konsep yang relevan).
Pengetahuan yang saya gunakan dalam penanganan masalah BS adalah

• Kepesertaan PKH. Saya telah menjelaskan kepada ibu SY bahwa ketidak


hadirannya di pertemuan pendampingan dan kehadiran BS di sekolah
yang sesuai target akan menyebabkan kepesertaannya dalam program
PKH dihentikan. Bilasaya kurang memiliki pengetahuan ini maka
tentunya saya akan mengalami kesulitan untuk mengubah perilaku ibu
SY dan BS.
• Perlindungan anak
Pengetahuan tentang perlindungan anak sangat menolong saya untuk
mengarahkan percakapan dengan guru wali kelas ketika saya
melakukan identifikasi masalah. Bila saat itu saya tidak mengarahkan
percakapan yang sebetulnya bertujuan untuk validasi dara kehadiran
sekolah BS maka saya sudah kehilangan kesempatan berdiskusi yang
efektif. Diskusi ini telah menghasilkan kemauan guru wali kelas untuk
membantu BS
• Motivasi. Pengetahuan tentang cara melakukan motivasi menolong
saya untuk melakukan dialog yang efektif dengan BS sehingga ia mau
kembali bersekolah. Karena dengan pengetahuan ini saya bisa
berdialog sesuai dengan alur pikir dan perasaan BS.

b. Teknik teknik yang digunakan dalam penanganan kasus 1

Teknik- Teknik yang saya gunakan dalam penanganan kasus BS adalah:

• Edukasi
Saya yakin bahwa ibu SY mampu memahami resiko dari kelalainnya dalam
memenuhi kewajibannya sebagi peserta PKH. Karena itu, saya memulai edukasi
dari apa yang ia ketahui tentang kriteria kepersertaan PKH. Bila saya mulai
dengan cermah Panjang lebar, hal ini akan membosankan dan memberi kesan
menggurui yang pada akhirnya menimbulkan resistensi dari SY

• Diskusi
Diskusi yang baik apabila kedua belah pihak yang sedang berdiskusi mendapat
kesempatan untuk berbicara tentang apa yang ia ketahui dan pikirkan. Apabila
pemicaraan di dominasi oleh seseorang maka hasil percakapan tersebut tidak
menimbulkan kolaborasi dalam memecahkan masalah. Sebab itu, saya
berusaha untuk tidak menggurui guru wali kelas BS tapi memberikan
pertanyaan dan pernyataan yang menstimulasinya untuk menyatakan pikiran
dan sikapnya yang bisa saya jadikan sebagai referensi untuk berkolaborasi.
c. Nilai nilai/ kode etik yang diterapkan dalam penanganan kasus 1

Nilai partisipasi. Ibu SY dan anaknya BS turut serta dalam pengambilan


keputusan untuk menyelesaikan masalah mereka. SY berkoumnikasi dengan BS
tentang bantuan untuk mengatasi masalah dan ia sudah memperhatikan
kebersihan BS dan seragamnya, serta menemui guru wali kelas. Jadi dalam hal
ini saya sebagai pendamping tidak berperan dominan tetapi memberikan
pendampingan yang mereka butuhkan. Guru wali kelaspun memegang peran
penting untuk mengatasi murid-murid yang membuli BS.

Nilai kerja sama, setiap pihak dalam kasus ini yakni ibu SY,BS,guru wali kelas
dan saya sebagai pendamping saling membantu sesuai peran masing-masing
untuk menyelesaikan masalah ini. Apabila hanya satu pihak saja yang
mengambil porsi lebih besar maka beban masalah akan menumpuk pada orang
tersebut dan akan menjadi penghambat. Karena itu, kerjasama dalam kasus ini
telah menjadi nilai penting.

Nilai tanggung jawab. Saya sebagai pendamping memiliki tanggung jawab


professional untuk menolong KPM binaan saya tidak dikeluarkan dari
kepesertaannya di PKH. Karena itu, ketika melihat kelalainnya tidak menghadiri
pertemuan pendampingan maka saya melakukan kunjungan rumah. Ternyata,
masalah yang dihadapi KPM tidak hanya ketidakhadiran.

B. Deskripsi kasus 2

1. Uraikan kasus/permasalahan yang anda tangani sesuai dengan tugas dan fungsi
sebagai Pendamping PKH. Gambarkan kasus/permasalahan dengan memperhatikan
aspek-aspek:
a. Apa masalahnya
b. Kapan dan dimana masalah itu terjadi
c. Siapa pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan
d. Mengapa masalah itu terjadi
Deskripsi Kasus 1:

Ibu RN di desa Sukarjaya telah menjadi KPM selama 2 tahun lebih. Ia memiliki 2 orang
anak berusia sekolah yang menjadi komponen PKH. Anak pertama (TB) berusia 13 tahun
,SMP dan adiknya (LL) 9 tahun masih SD.Setelah 2 tahun salah seorang anaknya (TB)
mengalami putus sekolah atas kemauan sendiri. Ibu Rn mendorong TB untuk bekerja
mencari uang sebagai pengamen. RN tidak mau anak tersebut dikeluarkan dari
komponen PKH karena tidak mau jumlah bantuan yang diterima berkurang dari
biasanya. Saya melakukan pemuktahiran data, lalu memberi pengertian kepada ibu RN
tentang tujuan program PKH yaitu memutus rantai kemiskinan dengan cara menolong
keluarga miskin untuk mandiri dan bermartabat. Bantuan PKH adalah bantuan bersyarat
jadi apabila TB tidak memenuhi syarat dalam hal ini Fasdik maka ia tidak berhak menjadi
komponen PKH. Selanjutnya, saya melaporkan hal ini kepada supervisor kemudian
berlanjut kepada UPPKH. Jadi saya tidak tetap melakukan pemuktahiran data dan
melakukan terminasi terhadap TB meski saya merasa kasihan kepada ibu RN yang kuatir
bantuan yang akan diterima berkurang.

a. Mengapa masalah itu terjadi

2. Berdasarkan kasus tersebut, uraikan langkah langkah penanganannya. Masing masing


aspek sekurang kurangnya 100 kata.

a. Pendekatanan awal yang dilakukan

Pemuktahiran data
Pemuktahiran data saya lakukan ketika saya mengetahui bahwa TB sudah tidak
bersekolah. Saat saya bekunjung ke rumh KPM, TB tidak berada dirumah.
Menurut tetangganya TB sedang mengamen mencari uang. Saya melakukan
konfirmasi ke ibu RN dan ia mengakui bahwa TB bekerja sejak pagi sebagai
pengamen dan akan kembali ke rumah nanti malam. Saya mengingatkan
bahwa TB adalah satu komponen dalam kepesertaan PKH dari keluarganya
sehingga bila ia tidak bersekolah maka ia bisa dikeluarkan dari komponen PKH
KPM ini. Ibu RN mengatakan bahwa TB sendiri yang tidak ingin ke sekolah dan
daripada menganggur dirumah tidak jelas maka ibu RN mendorongnya untuk
bekerja. Kemudian saya menjumpai TB dan berusaha memotivasinya untuk
kembali bersekolah terkait persyaratan kepesertaan PKH. TB mengatakan
bahwa ia tidak mampu belajar lagi dan ingin cari uang agar tidak menyusahkan
orangtuanya. Ia kasihan kepada ibunya yang bekerja sebagai tukang cuci dan
menanggung dirinya dan adiknya (S) yang masih SD. Lebih baik ia bekerja agar
adiknya bisa sekolah.
b. Mengidentifikasi masalah dan potensi/sumber yang dapat dimanfaatkan untuk
mengatasi masalah

1. Identifikasi masalah:

Motivasi
kepada TB untuk kembali ke bangku sekolah
Edukasi ibu RN tentang hak anak terhadap Pendidikan dan syarat kepesertaan
PKH

2. Potensi/sumber yang dapat dimanfaatkan:

c. Rencana pemecahan masalah

d. Melaksanakan pemecahan masalah

e. Megevaluasi hasil yang dicapai dan yang belum dicapai

f. Terminasi atau pengakhiran penanganan masalah


3. Berdasarkan penanganan kasus tersebut, jelaskan masing-masing aspek dibawah ini
sekurang-kurangnya 100 kata.

a. Pengetahuan/konsep yang digunakan (sekurang kurangnya 3 pengetahuan/


konsep yang relevan).

b. Teknik teknik yang digunakan dalam penanganan kasus 1

c. Nilai nilai/ kode etik yang diterapkan dalam penanganan kasus 1

PERNYATAAN PENYUSUN
Saya yang membuat deskripsi diri ini menyatakan bahwa semua yang saya diskripsikan
adalah benar aktivitas saya dan saya sanggup menerima sanksi apapun apabila pernyataan
ini dikemudian hari terbukti tidak benar

……………………………..,……………………….......
_____________________
Nama Jelas

Anda mungkin juga menyukai