Anda di halaman 1dari 20

EKSTRAKSI DAUN DALUMAN (Cyclea Barbata L.

Miers) METODE MASERASI


DAN INFUDASI MENGGUNAKAN AIR, ARAK, DAN AIR MENDIDIH SEBAGAI
PELARUT

OLEH :

PUTRI NABILLAH JAKARIA

(P07134019083)

SEMESTER III B

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya sehingga penullis dapat menyelesaikan laporan praktikum ekstraksi bahan
alam yang berjudul “Ekstraksi Daun Daluman (Cyclea Barbata L.Miers) Metode Maserasi
dan Infudasi Menggunakan Air, Arak, dan Air Mendidih sebagai Pelarut” ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Teknologi Bahan Alam. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang ekstraksi metode maserasi dan infudasi pada daun daluman dan maanfaat
atau khasiat yang bisa digunakan pada hasil ekstraksi daun daluman bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu Dosen Teknologi Bahan
Alam yang telah memberikan tugas dan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
membantu pembuatan laporan ini sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tepat waktu.

Penulis menyadari, laporan yang dibuat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis butuhkan demi kesempurnaan laporan
ini.

Denpasar, 25 Agustus 2020


Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
1.3. Tujuan........................................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................2
2.1. Daun Daluman.......................................................................................................2
2.1.1. Taksonomi Cincau Hijau...............................................................................................2
2.1.2. Morfologi Cincau Hijau.................................................................................................2
2.1.3. Kandungan Senyawa Kimia Daun Daluman..................................................................3
2.1.4. Manfaat Daun Daluman.................................................................................................4
2.2. Ekstraksi................................................................................................................5
2.2.1. Ekstraksi Maserasi.........................................................................................................5
2.2.2. Ekstraksi Infudasi..........................................................................................................6
BAB III METODOLOGI......................................................................................................................7
3.1. Tempat dan Waktu................................................................................................7
3.1.1. Tempat...........................................................................................................................7
3.1.2. Waktu............................................................................................................................7
3.2. Alat dan Bahan......................................................................................................7
3.2.1. Alat................................................................................................................................7
3.2.2. Bahan.............................................................................................................................7
3.3. Prosedur Kerja.......................................................................................................7
3.3.1. Ektraksi Maserasi dengan Air........................................................................................7
3.3.2. Ekstraksi Maserasi dengan Arak....................................................................................8
3.3.3. Ekstraksi Infudasi dengan Air Mendidih........................................................................8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................................................9
4.1. Hasil......................................................................................................................9
4.2. Pembahasan.........................................................................................................10
BAB V KESIMPULAN......................................................................................................................12
4.1. Kesimpulan.........................................................................................................12
LAMPIRAN........................................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Ekstraksi adalah penyarian atau pengambilan zat-zat berkhasiat atau
zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan atau berbagai jenis bioata
laut, dengan tujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam
bahan alam. Proses ekstraksi didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi dari
lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.

Daun cincau hijau yang lebih dikenal sebagai daun daluman memiliki
banyak khasiat yang dapat digunakan sebgai bahan obat-obatan. Secara
umum daun Cyclea barbata L. Miers mengandung karbohidrat, lemak,
protein dan senyawa-senyawa lainnya seperti polifenol dan flavonoid yang
mengandung aktivitas antioksidan, mineralmineral dan vitamin-vitamin, serta
serat pektin. Pemanfaatan daun daluman sebagai alternatif pengobatan sangat
dibutuhkan. Sehingga untuk mendapatkan manfaat dari daun daluman dapat
dilakukan ekstraksi dengan metode ekstraksi yang paling sederhana yaitu
ekstraksi maserasi dan infudasi.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa saja potensi daun daluman sebagai alternatif bahan obat?
1.2.2. Bagaimana prinsip dan proses ekstraksi maserasi dan infudasi?
1.2.3. Bagaimana prosedur pembuatan ekstraksi secara maserasi dan infudasi
pada daun daluman?
1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui potensi daun daluman sebagai alternatif bahan obat.
1.3.2. Mampu memahami prinsip dan proses ekstraksi maserasi dan infudasi.
1.3.3. Mampu melakukan ekstraksi secara maserasi dan infudasi pada daun
daluman.
1.3.4. Memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Bahan Alam.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Daun Daluman
Daun cincau hijau atau yang lebih dikenal sebagai daun daluman yang
bernama latin Cyclea barbata L. Miers banyak ditemui di berbagai tempat di
Indonesia, mulai dari pasar tradisional sampai supermarket. Ada empat jenis
cincau yang dikenal masyarakat yaitu cincau hijau, cincau hitam dan cincau
minyak serta cincau perdu. Bentuk fisik keempat tanaman ini sangat berbeda
satu sama lainnya. Namun masyarakat Indonesia lebih menggemari jenis
cincau hijau, hal ini karena fisik daun cincau hijau tipis dan lemas sehingga
lebih mudah diremas untuk dijadikan gelatin atau agar-agar. Aroma cincau
hijau tidak langu.
2.1.1. Taksonomi Cincau Hijau
Taksonomi Cincau hijau diklasifikasikan sebagai berikut :

Regnum Plantae
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Subkelas Dialypetalae
Bangsa Ranales
Suku Menispermae
Marga Cyclea
Jenis Cyclea barbata Miers

2.1.2. Morfologi Cincau Hijau


Batang tanaman cincau hijau berbentuk bulat, berdiameter ± 1 cm
dengan tinggi ± 5-16 m. Bentuk daunnya seperti perisai atau jantung,
berwarna hijau, bagian pangkalnya berlekuk dan bagian tengah melebar
serta ujungnya meruncing. Tepi daun berombak dan permukaan
bawahnya berbulu halus, sedang permukaan atasnya berbulu kasar.
Panjang daun bervariasi ± 5-16 cm dan bertulang daun menjari. Bunga
cincau hijau berbentuk kecil dan berkelompok, bunga jantan berwarna
hijau muda dengan panjang 30-40 mm dan mempunyai kelopak bunga
sebanyak 4-5 kelopak, sedangkan bunga betina berukuran lebih kecil
dengan panjang ± 0,7-1,0 mm dan mempunyai kelopak bunga sebanyak
1-2 kelopak serta sebuah kelopak yang berbulu. Benang sari pada bunga
memiliki satu tangkai dengan kepala sari bergerombol di bagian
ujungnya. Buah tanaman cincau hijau berbentuk bulat agak berbulu.
Setiap buah mengandung 1-2 biji yang keras berbentuk bulat. Akar
cincau hijau dapat tumbuh membesar seperti umbi dengan bentuk yang
tidak teratur.
2.1.3. Kandungan Senyawa Kimia Daun Daluman
Secara umum kandungan daun cincau hijau adalah karbohidrat,
lemak, protein dan senyawa-senyawa lainnya seperti polifenol,
flavonoid serta mineral_mineral seperti kalsium, fosfor, vitamin A, dan
vitamin B. Daun cincau hijau memiliki senyawa metabolit sekunder
seperti flavonoid, alkaloid, saponin, tanin dan steroid.
Flavonoid merupakan senyawa polar yang umumnya mudah larut
dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol dan aseton.
Flavonoid bekerja sebagai antibakteri dengan cara menghambat sintesis
asam nukleat bakteri dan mampu menghambat motilitas bakteri.
Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri dengan cara
menganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri,
sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan
menyebabkan kematian sel. Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri
adalah mampu mengerutkan dinding sel bakteri sehingga dapat
mengganggu permeabilitas sel. Terganggunya permeabilitas sel bakteri
menyebabkan pertumbuhan sel terhambat dan akhirnya dapat
menyebabkan kematian sel.
Saponin merupakan zat aktif yang dapat meningkatkan
permeabilitas membran sehingga terjadi hemolisis sel. Apabila saponin
berinteraksi dengan sel bakteri atau sel jamur, maka bakteri tersebut
akan rusak atau lisis. Mekanisme steroid sebagai antibakteri
berhubungan dengan membran lipid. Steroid dapat berinteraksi dengan
membran fosfolipid sel yang bersifat permeabel terhadap senyawa-
senyawa lipofilik sehingga menyebabkan integritas membran menurun
serta membran sel berubah yang menyebabkan sel rapuh dan lisis.
2.1.4. Manfaat Daun Daluman
Daun daluman telah dikenal sejak lama dalam pengobatan
tradisional untuk mengatasi berbagai penyakit seperti peradangan, nyeri
lambung, demam, dan menurunkan tekanan darah tinggi.
Beberapa manfaat daun daluman bagi kesehatah, yaitu sebagai obat
anti-inflamasi dikarenakan memiliki zat klorofil yang mampu
meredakan peradangan yang umumnya terjadi di tenggorokan akibat
bakteri dan kuman. Sebagai obat demam karena mengandung nutrisi
seperti saponin dan zat antioksidan yang memiliki fungsi menurunkan
demam, selain juga daun cincau dapat menghangat badan. Sebagai obat
diabetes mellitus karena zat bisbenzilsokuinolin yang dimana kedua zat
tersebut mampu menstabilkan kadar gula dalam darah, sehingga dapat
memperbaiki kinerja hormon insulin pancreas dalam mengatur kadar
gula dalam darah. Sebagai obat penyakit hipertensi karena mengandung
senyawa S-S tetandrin yang memiliki peran yang penting dalam
melebarkan saluran pembuluh darah sehingga darah dapat mengalir
dengan lancar. Sebagai obat radang lambung karena mengandung
vitamin C dan antioksidan yang dapat membunuh bakteri dan
memperkuat dinding lambung, sehingga lambung tidak akan
mengalami peradangan lagi. Sebagai obat sakit tipes karena kandungan
senyawa mineral fosfor, antioksidan dan tokoferol pada daun cincau
juga sangat bermanfaat dapat menyembuhkan sakit tipes dan juga dapat
meningkatkan sistem kekebalam tubuh seseorang sehingga terhindar
dari radikal bebas yang dapat menyebabkan penyakit. Dapat mengobati
diare karena kandungan senyawa alkaloid pada daun cincau serta
vitamin C dan vitamin B. Efektif untuk kanker karena mengandung
senyawa isokandrodendrin dan S-S tentadrin yang dapat membunuh sel
tumor yang dapat menyebabkan kanker.
2.2. Ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian atau pengambilan zat-zat berkhasiat atau
zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan atau berbagai jenis bioata
laut. Proses ekstraksi bahan alam dilakukan dengan tujuan untuk menarik
komponen kimia yang terdapat dalam bahan alam. Proses ekstraksi
didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut,
dimana perpindahan mulai terjadi dari lapisan antar muka, kemudian
berdifusi masuk ke dalam pelarut. Berdasarkan wujud bahannya, ekstraksi
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ekstraksi padat cair dan ekstraksi cair
cair.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil ekstraksi,
antara lain ukuran bahan, suhu ekstraksi, dan jenis pelarut. Sebelum
dilakukan proses ekstraksi, biasanya bahan alam yang telah dikeringkan
dihaluskan terlebih dahulu memperbesar luas permukaan, sehingga dapat
mempercepat proses penetrasi pelarut ke dalam bahan dan waktu ekstraksi.
Ekstraksi sebaiknya dilakukan pada suhu dibawah 50 °C, sehingga komponen
senyawa kimia yang terdapat di dalam bahan tidak mengalami kerusakan.
Pada dasarnya, proses pengambilan senyawa kimia yang ada di dalam bahan
alam melalui proses ekstraksi menggunakan prinsip ‘like dissolve like’,
sehingga pemilihan jenis pelarut yang digunakan merupakan faktor yang
paling penting. Beberapa faktor yang harus diperatikan saat memilih pelarut
untuk proses ekstraksi antara lain adalah selektivitas pelarut, kelarutan
senyawa kimia, reaktivitas pelarut, titik didih, stabilitas dan toksisitas pelarut.
Beberapa pelarut organik yang banyak digunakan untuk proses ekstraksi
antara lain adalah metanol, etanol, aseton, kloroform dietil eter, sikloheksana,
n-heksana, dan lain-lain.
Beberapa jenis metode ekstraksi yang dapat digunakan untuk sampel
bahan alam, antara lain maserasi, infusdasi, digesti, perkolasi, dan sokletasi.
2.2.1. Ekstraksi Maserasi
Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya
merendam). Cara ini merupakan salah satu cara ekstraksi, dimana
sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu
direndam menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau
setengah air. Maserasi adalah salah satu jenis metode ekstraksi dengan
sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin.
Sehingga maserasi merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan
untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan panas. Jadi,
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana dengan cara
merendam serbuk simplisia menggunakan pelarut yang sesuai dan tanpa
pemanasan.
Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif
berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like),
penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada
temperatur kamar, terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke
dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.
Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti
oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa
tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara
larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan
pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang
diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. Maserasi merupakan
cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur
kamar dan terlindung dari cahaya.
2.2.2. Ekstraksi Infudasi
Infusdasi merupakan metode ekstraksi dengan menggunakan
pelarut air. Pada saat proses infusdasi berlangsung, temperatur pelarut
air harus mencapai suu 90 °C selama 15 menit. Rasio berat bahan
kering dan air yang digunakan adalah 1:10. proses infusdasi dilakukan
dengan cara memanaskan campuran air dengan bahan kering selama 15
menit terhitung mulai suhu mencapai 90 °C. Kemudian campuran
disaring selagi suhu masih panas untuk memperoleh ekstraknya
BAB III

METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
3.1.1. Tempat
Pelaksanaan praktikum dilakukan di rumah penulis yang berada
di Kecamatan Denpasar Utara, Kabupaten Denpasar, Bali.
3.1.2. Waktu
Waktu pelaksanaan praktikum dimulai dari tanggal 15 Agustus –
21 Agustus 2020.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat-alat yang dibutuhkan, yaitu :
3.2.1.1. Botol plastik sebanyak 3 buah
3.2.1.2. Takaran (sendok)
3.2.1.3. Saringan
3.2.2. Bahan
Bahan-bahan yang dibutuhkan, yaitu :
3.2.2.1. Simplisia kering daun daluman
3.2.2.2. Air
3.2.2.3. Arak
3.2.2.4. Air mendidih
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1. Ektraksi Maserasi dengan Air
3.3.1.1. Dimasukkan 3 sdm simplisia daun daluman kedalam botol
3 yang telah berisi 300 ml air,
3.3.1.2. Botol 1 diletakkan dan didiamkan ditempat bersuhu ruang,
3.3.1.3. Setiap hari botol 1 dikocok sebanyak 10 kali dalam 7 hari,
3.3.1.4. Kemudian diamati dan didokumentasikan setiap selesai
dikocok
3.3.1.5. Botol 1 disaring setelah hari ke-7 kemudian diamati dan
didokumentasikan.
3.3.2. Ekstraksi Maserasi dengan Arak
3.3.2.1. Dimasukkan 3 sdm simplisia daun daluman kedalam botol
3 yang telah berisi 300 ml air,
3.3.2.2. Botol 1 diletakkan dan didiamkan ditempat bersuhu ruang,
3.3.2.3. Setiap hari botol 1 dikocok sebanyak 10 kali dalam 7 hari,
3.3.2.4. Kemudian diamati dan didokumentasikan setiap selesai
dikocok
3.3.2.5. Botol 1 disaring setelah hari ke-7 kemudian diamati dan
didokumentasikan.
3.3.3. Ekstraksi Infudasi dengan Air Mendidih
3.3.3.1. Dimasukkan 3 sdm simplisia daun daluman ke wadah yang
telah berisi 300ml air mendidih,
3.3.3.2. Campuran simplisia dan air mendidih disaring dengan
saringan lalu hasil saringan dimasukkan kedalam botol 3,
3.3.3.3. Botol 3 diletakkan dan didiamkan ditempat bersuhu ruang,
3.3.3.4. Setiap hari botol 3 dikocok sebanyak 10 kali dalam 7 hari,
3.3.3.5. Kemudian diamati dan didokumentasikan setiap selesai
dikocok
3.3.3.6. Menyaring kembali dihari ke-7 kemudian diamati dan
didokumentasikan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil

Hasil
Perlakuan
Botol 1 Botol 2 Botol 3
Pengocokan Berwarna merah Berwarna merah Berwarna cokelat
hari ke-1 kecokelatan seperti teh kemerahan
Berwarna merah Berwarna cokelat
kecokelatan dan kemerahan
Pengocokan Berwarna merah
terbentuk warna terbentuk bekuan
hari ke-2 seperti teh
kehitaman simplisia dibagian
dibagian atas atas
Pengocokan Berwarna merah Berwarna merah Berwarna cokelat
hari ke-3 kecokelatan seperti teh kemerahan
Pengocokan Berwarna merah Berwarna merah Berwarna cokelat
hari ke-4 kecokelatan seperti teh kemerahan
Pengocokan Berwarna merah Berwarna merah Berwarna cokelat
hari ke-5 kecokelatan seperti teh kemerahan
Pengocokan Berwarna merah Berwarna merah Berwarna cokelat
hari ke-6 kecokelatan seperti teh kemerahan
Pengocokan Berwarna merah Berwarna merah Berwarna cokelat
hari ke-7 kecokelatan seperti teh kemerahan
Setelah Warna yang Warna yang
Penyaringa terbentuk lebih terbentuk lebih _
n muda muda
Botol 1 merupakan ekstraksi maserasi dengan air, botol 2 1 merupakan
ekstraksi maserasi dengan arak, botol 3 merupakan ekstraksi infudasi dengan
air mendidih.
Ekstraksi Infudasi tidak disaring setelah hari ke-7.
4.2. Pembahasan
Praktikum yang dilakukan adalah mengekstraksi daun cicau hijau atau
yang lebih dikenal dengan daun daluman (Cyclea barbata L. Miers).
Praktikum dilaksanakan di rumah penulis yang berada di Kecamatan
Denpasar Utara, Kabupaten Denpasar, Bali. Proses ekstraksi dilakukan
selama 7 hari dari tanggal 15-21 Agustus 2020.
Tanaman cincau hijau berasal dari Asia Tenggara, termasuk tanaman
rambat dari famili sirawan-sirawanan (Menispermaceae), sering ditemukan
tumbuh sebagai tanaman liar. Secara umum, daun daluman merupakan
tanaman yang digemari masyarakat untuk kepentingan konsumsi dengan
proses pengolahan secara mudah yaitu dengan daunnya yang diremas dan
dicampur dengan air matang. Air campuran itu akan berwarna hijau dan
setelah disaring dibiarkan mengendap akan menghasilkan lapisan agar-agar
berwarna hijau.
Daun daluman mengandung karbohidrat, lemak, protein dan senyawa-
senyawa lainnya seperti polifenol, flavonoid serta mineral_mineral seperti
kalsium, fosfor, vitamin A, dan vitamin B. Daun cincau hijau memiliki
senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid, alkaloid, saponin, tanin dan
steroid. Sehingga sangat bermanfaat bagi penyembuhan penyakit dan
kesehatan tubuh.
Ekstraksi daun daluman menggunakan metode ekstraksi maserasi dan
infudasi. Dimana pelarut yang digunakan adalah air dan arak untuk ekstraksi
maserasi, serta air mendidih untuk ekstraksi infudasi. Pelarut yang digunakan
sebanyak 300 ml dan simplisia yang dicampurkan sebanyak 3 sendok makan.
Ketiga ekstraksi disimpan ditempat bersuhu ruagan dan dikocok 10x setiap
harinya. Untuk ekstraksi infudasi, campuran air mendidih dan simplisia
disaring setelah air mendidih dan simplisia dicampurkan. Sedangkan, untuk
ekstraksi maserasi kedua pelarut yang berbeda di saring setelah hari ke-7.
Pengamatan warna yang didapat selama 7 hari setelah dikocok adalah
botol 1 (ekstraksi maserasi dengan pelarut air) mengasilkan warna merah
kecokelatan, dimana pada hari kedua terbentuk warna kehitaman diatas
campuran dan tidak terbentuk dihari selanjutnya. Botol 2 (ekstraksi maserasi
dengan pelarut arak) mengasilkan warna merah seperti teh. Botol 3 (ekstraksi
infudasi dengan pelarut air mendidih) mengasilkan warna cokelat kemerahan,
dimana pada hari kedua terbentuk bekuan simplisia diatas campuran dan tidak
terbentuk dihari selanjutnya.
Setelah hari ke-7 dilakukan penyaringan pada metode ekstraksi
maserasi. Setelah disaring warna yang dihasilkan pada kedua jenis pelarut
bahwa warna terlihat lebih jernih karna tidak ada endapan dari simplisia.
Pada ekstraksi yang menggunakan pelarut air dan air mendidih
menghasilkan aroma sangat menyengat, dikarenakan komponen senyawa
karbon yang dihasilkan.
BAB V

KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan praktikum “Ekstraksi Daun Daluman (Cyclea
Barbata L.Miers) Metode Maserasi dan Infudasi Menggunakan Air, Arak,
dan Air Mendidih sebagai Pelarut”, dapat disimpulkan sebagai berikut :
4.1.1. Praktikum yang dilakukan adalah mengekstraksi daun daluman (Cyclea
barbata L. Miers).
4.1.2. Metode yang digunakan adalah ekstraksi maserasi dan infudasi.
4.1.3. Pelarut yang digunakan adalah air dan arak untuk ekstraksi maserasi,
serta air mendidih untuk ekstraksi infudasi.
4.1.4. Perlakuan untuk ketiga botol adalah dikocok sebanyak 10x per hari
selama 7 hari. Untuk ekstraksi masersi, dilakukan penyaringan setelah
hari ketujuh.
4.1.5. Warna yang dihasilkan untuk ekstraksi maserasi dengan pelarut air
adalah merah kecokelatan, ekstraksi maserasi dengan pelarut arak
berwarna merah seperti the, dan ekstraksi infudasi dengan pelarut air
mendidih adalah cokelat kemerahan.
4.1.6. Ekstraksi yang menggunakan pelarut air dan air mendidih
menghasilkan aroma yang sangat menyengat dikarenakan komponen
senyawa karbon yang dihasilkan.
LAMPIRAN

Alat dan Bahan

Sendok makan sebagai Saringan


3 botol kosong ukuran 600
takaran simplisia
mL

Air (pelarut) Arak (pelarut) Air mendidih (pelarut)

Ekstraksi
maserasi
dengan pelarut
air

Penyaringan setelah hari ke-7


Ekstraksi
maserasi
dengan pelarut
arak

Penyaringan setelah hari ke-7

Ekstraksi
maserasi
dengan pelarut
air mendidih
Penyaringan setelah
pencampuran

Ekstraksi maserasi
Ekstraksi maserasi dengan Ekstraksi maserasi dengan
Hari dengan pelarut air
pelarut air pelarut arak
mendidih

1.

2.
3.

4.

5.

6.

7.

- Setelah disaring Setelah disaring -

Anda mungkin juga menyukai