Anda di halaman 1dari 6

© 2017 Ghaida Mastura

PEMBAHASAN SOAL UTS KODE ETIK


Magister Kenotariatan UI
17 Oktober 2017

I. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena dilengkapi oleh
penciptanya dengan akal, perasaan, dan kehendak. (hlm. 1)
Pertanyaannya:
1. a) Akal adalah alat untuk apa?
 Akal adalah alat berpikir.
b) Sebagai sumber apa?
 Sebagai sumber ilmu dan teknologi.
c) Dengan akal manusia menilai apa? Sebagai sumber nilai apa?
 Dengan akal manusia menilai mana yang benar dan mana yang salah, sebagai
sumber nilai kebenaran.
2. a) Perasaan adalah alat untuk apa?
 Perasaan adalah alat untuk menyatakan keindahan.
b) Sebagai sumber apa?
 Sebagai sumber seni.
c) Dengan perasaan manusia menilai apa? Sebagai sumber nilai apa?
 Dengan perasaan manusia menilai mana yang indah (estetis) dan yang jelek, sebagai
sumber nilai keindahan.
3. a) Kehendak adalah alat untuk apa?
 Kehendak adalah alat untuk menyatakan pilihan.
b) Sebagai sumber apa?
 Sebagai sumber kebaikan.
c) Dengan kehendak manusia menilai apa? Sebagai sumber nilai apa?
 Dengan kehendak manusia menilai mana yang baik dan yang buruk, sebagai sumber
nilai moral.

II. Etika, Moral, dan Agama


Pertanyaannya:
1. Sebutkan pengertian/arti/definisi dari Etika, Moral, dan Agama.
1) Etika (hlm. 17-18)
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno, “ethos” yang berarti adat kebiasaan, adat istiadat,
akhlak yang baik.

1
© 2017 Ghaida Mastura

 ARISTOTELES
Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
 KBBI
Etika dirumuskan dalam tiga arti, yaitu:
1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak);
2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
 BERTENS
Tiga arti Etika dirumuskan sebagai berikut:
1) Etika dipakai dalam arti: nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Arti ini disebut juga sebagai “sistem nilai” dalam hidup manusia perseorangan
atau hidup bermasyarakat. Misalnya Etika orang jawa, Etika agama Budha.
2) Etika dipakai dalam arti: kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud di sini
adalah kode etik, misalnya Kode Etik Advokat Indonesia, Kode Etik Notaris
Indonesia.
3) Etika dipakai dalam arti: ilmu tentang yang baik atau yang buruk. Arti etik di sini
sama dengan filsafat moral.
 SUMARYONO
Etika berarti adat istiadat atau kebiasaan yang baik. Etika berkembang menjadi studi
tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang
berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya.
Selain itu, Etika juga berkembang menjadi studi tentang kebenaran dan
ketidakbenaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak
manusia. (hlm. 18)
2) Moral berasal dari bahasa Latin, “mos” jamaknya “mores” yang berarti adat kebiasaan.
Moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. (hlm. 21)
3) Agama (hlm. 26-27)
 Rumusan Pertama
Agama berarti hubungan antara manusia dan suatu kekuasaan luar yang lain dan lebih
daripada apa yang dialami oleh manusia.
 Rumusan Kedua

2
© 2017 Ghaida Mastura

Agama adalah apa yang diisyaratkan Allah dengan perantaraan Nabi-nabi-Nya,


berupa perintah dan larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan di
akhirat.

 Berdasarkan dua rumusan tersebut, maka unsur-unsur penting dalam agama yaitu:
a) Percaya kepada Tuhan YME;
b) Mengabdi kepadaNya;
c) Berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang diwahyukan kepada dan
dituntunkan oleh utusan-utusanNya;
d) Untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

2. Sebutkan persamaannya dan perbedaan-perbedaannya antara Etika, Moral, dan Agama.


Persamaan
 Persamaan Etika dan Moral (hlm. 21)
Secara etimologis, keduanya berarti adat kebiasaan.
 Persamaan Agama, Etika, dan Moral (hlm. 28-29)
Etika sama dengan moral. Selanjutnya, setiap agama mengandung ajaran moral. Moral
memperoleh daya ikat dari agama. Agama menguatkan moral, makin tebal keyakinan
agama dan kesempurnaan taqwa seseorang, makin baik moralnya diwujudkan dalam
bentuk dan perilaku, walaupun itu tidak mutlak.
Perbedaan
 Perbedaan Etika dan Moral (hlm. 21)
Perbedaanya pada bahasa asalnya, Etika berasal dari bahasa Yunani, sedangkan moral
berasal dari bahasa Latin.
 Perbedaan Agama dan Moral & Etika (hlm. 29)
Perbedaannya pada sumber penilaian terhadap suatu perbuatan; nilai moral dan etika
berasal dari akal pikiran, suara hati nurani, dan kodrat manusia, serta kesepakatan
masyarakat berdasarkan hasil penilaian perilaku, sedangkan nilai-nilai dan norma-norma
dalam agama berasal dari Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang menentukan
Orang beragama sudah pasti bermoral, tetapi orang bermoral belum tentu mengamalkan
agamanya.

3. Di samping itu, BERTENS mengemukakan empat perbedaan. Sebutkan empat perbedaan


itu. (hlm. 20)
1) Etika menetapkan norma perbuatan, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak,
misalnya masuk rumah orang lain tanpa izin. Bagaimana cara masuknya, bukan soal.
 Etiket menetapkan cara melakukan perbuatan, menunjukkan cara yang tepat, baik,
dan benar sesuai dengan diharapkan.

3
© 2017 Ghaida Mastura

2) Etika berlaku tidak bergantung pada ada tidaknya orang lain, misalnya larangan mencuri
selalu berlaku, baik ada atau tidak adanya orang lain.
 Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, jika tidak ada orang lain hadir, etiket tidak
berlaku, misalnya makan tanpa baju. Jika makan sendiri tanpa orang lain, sambil
telanjang pun tidak masalah.
3) Etika bersifat absolut, tidak dapat ditawar-tawar, misalnya jangan mencuri, jangan
membunuh.
 Etiket berfisat relatif, yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan dapat saja
dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Contohnya memegang kepala orang lain, di
Indonesia tidak sopan, tetapi di Amerika biasa saja.
4) Etika memandang manusia dari segi dalam (batiniah), orang yang bersikap etis adalah
orang yang benar-benar baik, sifatnya tidak bersikap munafik.
 Etiket memandang manusia dari segi luar (lahiriah), tampaknya dari luar sangat sopan
dan halus, tetapi di dalam dirinya penuh kebusukan dan kemunafikan, musang
berbulu ayam. Penipu berhasil dengan niat jahatnya karena penampilannya begitu
halus dan menawan hati, sehingga mudah meyakinkan korbannya.

No Etika Etiket
.
1. Etika menetapkan norma perbuatan, Etiket menetapkan cara melakukan
apakah perbuatan itu boleh dilakukan perbuatan, menunjukkan cara yang tepat,
atau tidak, misalnya masuk rumah baik, dan benar sesuai dengan diharapkan.
orang lain tanpa izin. Bagaimana cara
masuknya, bukan soal.
2. Etika berlaku tidak bergantung pada Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, jika
ada tidaknya orang lain, misalnya tidak ada orang lain hadir, etiket tidak
larangan mencuri selalu berlaku, baik berlaku. Misalnya makan tanpa baju. Jika
ada atau tidak adanya orang lain. makan sendiri tanpa orang lain, sambil
telanjang pun tidak masalah.
3. Etika bersifat absolut, tidak dapat Etiket berfisat relatif, yang dianggap tidak
ditawar-tawar, misalnya jangan sopan dalam suatu kebudayaan dapat saja
mencuri, jangan membunuh. dianggap sopan dalam kebudayaan lain.
Contohnya memegang kepala orang lain, di
Indonesia tidak sopan, tetapi di Amerika
biasa saja.
4. Etika memandang manusia dari segi Etiket memandang manusia dari segi luar
dalam (batiniah), orang yang bersikap (lahiriah), tampaknya dari luar sangat sopan

4
© 2017 Ghaida Mastura

etis adalah orang yang benar-benar dan halus, tetapi di dalam dirinya penuh
baik, sifatnya tidak bersikap munafik. kebusukan dan kemunafikan, musang
berbulu ayam. Penipu berhasil dengan niat
jahatnya karena penampilannya begitu halus
dan menawan hati, sehingga mudah
meyakinkan korbannya.

III. Notaris adalah Profesi Hukum


1. Sebutkan dan jelaskan lima kriteria nilai moral yang kuat yang mendasari kepribadian
profesional hukum menurut FRANZ MAGNIS SUSENO. (hlm. 40)
a. Kejujuran
Kejujuran adalah dasar utama. Tanpa kejujuran, maka profesional hukum mengingkari
misi profesinya, sehingga dia menjadi munafik, licik, penuh tipu diri. Ada 2 sikap yang
terdapat dalam kejujuran, yaitu:
1) Sikap terbuka. Ini berkenaan dengan pelayanan klien, kerelaan melayani secara
bayaran atau secara cuma-cuma.
2) Sikap wajar. Ini berkenaan dengan perbuatan yang tidak berlebihan, tidak otoriter,
tidak sok kuasa, tidak kasar, tidak menindas, tidak memeras.
b. Otentik
Otentik artinya menghayati dan menunjukkan diri sesuai dengan keasliannya, kepribadian
yang sebenarnya. Otentik pribadi profesional hukum antara lain:
1) Tidak menyalahgunakan wewenang;
2) Tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat (perbuatan tercela);
3) Mendahulukan kepentingan klien;
4) Berani berinisiatif dan berbuat sendiri dengan bijaksana, tidak semata-mata
menunggu perintah atasan;
5) Tidak mengisolasi diri dari pergaulan sosial.
c. Bertanggung jawab
Dalam menjalankan tugasnya, profesional hukum bertanggung jawab, artinya:
1) Kesediaan dengan melakukan sebaik mungkin tugas apa saja yang termaksud lingkup
profesinya;
2) Bertindak secara proporsional, tanpa membedakan perkara bayaran dan perkara
cuma-cuma (prodeo);
3) Kesediaan memberikan laporan pertanggungjawaban atau pelaksanaan kewajibannya.
d. Kemandirian moral
Kemandirian moral artinya tidak mudah terpengaruh atau tidak mudah mengikuti
pandangan moral yang terjadi di sekitarnya, melainkan membentuk penilaian dan
mempunyai pendirian sendiri. Mandiri secara moral berarti tidak dapat dibeli oleh

5
© 2017 Ghaida Mastura

pendapat mayoritas, tidak terpengaruh oleh pertimbangan untung rugi (pamrih),


menyesuaikan diri dengan nilai kesusilaan dan agama.
e. Keberanian moral
Keberanian moral adalah kesetiaan terhadap suara hati nurani yang menyatakan
kesediaan untuk menanggung resiko konflik. Keberanian tersebut antara lain:
1) Menolak segala bentuk korupsi, kolusi, suap, pungli;
2) Menolak tawaran damai di tempat atas tilang karena pelanggaran lalu lintas;
3) Menolak segala bentuk cara penyelesaian melalui jalan belakang yang tidak sah.

2. Menurut NOTOHAMIDJOJO dalam melaksanakan kewajibannya, profesional hukum perlu


memiliki apa saja? Sebutkan dan jelaskan. (hlm. 44)
1) Sikap manusiawi, artinya tidak menanggapi hukum secara formal belaka, melainkan
kebenaran yang sesuai dengan hati nurani;
2) Sikap adil, artinya mencari kelayakan yang sesuai dengan perasaan masyarakat;
3) Sikap patut, artinya mencari pertimbangan untuk menentukan keadilan dalam suatu
perkara konkret;
4) Sikap jujur, artinya menyatakan sesuatu itu benar menurut apa adanya, dan menjauhi
yang tidak benar dan tidak patut.

Anda mungkin juga menyukai