SANITASI INDUSTRI
Dosen Pengampu :
IKA GUSRIANI S.TP., M.P
DISUSUN OLEH :
NAMAN : HERNITA ALIFVIA
NIM : J1A117050
KELAS : THP R-002
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI MIKROORGANISME PENYEBAB
KONTAMINAN
Klasifikasi Ilmiah
Domain : Bacteria
Filum : firmicutes
Kelas : clostridia
Ordo : clostridiales
Family : clostridiacea Clostridium
Genus : prazmoski 1880
Morfologi
Bakteri yang termasuk dalam genus ini adalah basiler, memanjang, dengan tepi yang dapat
membulat atau lurus. Mereka menyajikan pengukuran rata-rata lebar 0,5-2 mikron dan
panjang 2-8 mikron. Tergantung pada spesiesnya, ada sel yang lebih panjang dari yang
lain. Misalnya, C. tetani memiliki panjang 2 mikron, sedangkan C. perfringes dapat
mengukur 8 mikron. Beberapa spesies menghasilkan spora yang terlihat jelas dan bahkan
merusak morfologi bakteri. Contoh dari ini adalah Clostridium tetani. Di tempat lain,
keberadaan spora tidak begitu jelas (C. perfringes). Sel bakteri dikelilingi oleh dinding sel
yang mengandung lapisan peptidoglikan yang tebal dan komponen lain seperti asam
teichoic dan lipoteichoic.
Kultur membentuk bakteri dari genus Clostridium Mereka berbeda menurut spesies.
Mereka mungkin tepi tidak teratur, keabu-abuan, terselubung. Ada spesies yang bahkan
memiliki halo ganda hemolisis (C. perfringes) atau lingkaran cahaya yang lemah (C.
tetani).
D. STAPHYLOCOCCUS AUREUS
SUMBER KONTAMINAN
Kontaminasi / cemaran dapat diartikan semua benda asing yang terdapat pada suatu bahan
makanan yaitu seperti debu ,pasir , mikroorganisme yang tidak dikehendaki dll. Kontaminan
ada yang terlihat wujudnya dan ada yang tidak terlihat wujudnya, yang terlihat wujudnya
dapat dilihat secara langsung tetapi jika kontaminasi yang tidak terlihat wujudnya memiliki
uji khusus.
1. Kontaminasi Pekerja
Sumber kontaminasi dapat berasal dari pekerja yang melakukan proses pengolahan.
Kesehatan dan kebersihan saat pengolahan adalah hal yng terpenting dalam kontaminasi
makanan oleh pekerja. Biasanya pekerja pemanen, penyembelih, mengangkut mengolah
sering terjadi kontaminasi pada makanan. Untuk itu pemeliharaan para pekerja sangatlah
penting bagi suatu perusahan khusunya perusahaan pengolahan makanan.
Jenis-jenis Kontaminasi Pekerja
Tangan Pekerja
- Kulit, Jari, Kuku dan Perhiasan
- Jari dan Kulit :
a. Tempat singgahan jasad renik. Kulit bersih terdapat jasad renik dan jika kulit
tidak bersih , sejumlah besar dan bermacam macam jasad renik ada padanya
termasuk bakteri, protozoa, jamur lendir, jamur ragi. kontak dengan sumber
kontaminasi, Kuku salah satu sumber kontaminasi. Tumbuhan yang bisa
berada di kulit manusia stapylococcus aureus, dapat membentuk racun dan
jika makanan tersebut dicerna , menyebabkan ketakutan keracunan makanan.
b. Adanya infeksi pada jaringan kulit yang terdapat nanah, funrunkolusis,
impetio contagiosa, paromychia. Penyebaran kulit yang terinfeksi dilakuakan
oleh staphylococus ke tangan , khusunya kuku.
Rambut
- Rambut pekerja yang terkontainasi pada bahan pangan
- Sumber : Staphylococcus
Mata
- Mata sebenarnya bebas dari bakteri, tapi infeksi di mata dapat terjadi, kontak dengan
bulu mata. Jasad renik staphylococcus aureus dapat terdapat pada mata pekerja produksi.
- Pekerja yang memegang mata, mungkin terkontaminasi.
Hidung
- Hindarkan bersin dan hindari tangan dari sentuhan hidung pada pernapasan terdapat
jasad renik
- Penyakit sinusitis atau radang pada rongga rongga (orang yang sembuh mungkin
pembawa penyakit selama beberapa waktu
Mulut
- Berbagai jenis bakteri, kontaminasi melalui ludah
- Gosok gigi mencegah akumulasi bakteri dan mengurangi kemungkinan kontaminasi
2. Kontaminasi Hewan
Kontaminasi hewan terdapat berbagai macam jenisnya, kontaminasi hewan pengerat,
kontaminasi hewan peliharaan dan kontaminasi serangga.
Kontaminasi hewan pengerat adalah kontaminasi makanan yang disebabkan adanya
hewan pengerat yang dapat menurunkan kualitas pangan, hewan pengerat dapat
mengkontaminasi bakteri karena hewan tersebut membawa jasad renik dan memproduksi
penyakit pada kakinya atau daerah ususnya. Contoh: Tikus sangat merugikan karena
jumlah bahan yang dimakan, juga kotoran, rambut dan urine tikus merupakan media untuk
bakteri serta menimbulkan bau yang tidak enak.
Kontaminasi serangga adalah kontaminasi makanan yang disebabkan oleh gzigitan
serangga, gigitan serangga akan kelukai perkukaan bahan pangan sehingga menyebabkan
kontaminasi oleh mikroba. Contoh: Kecoak mencemarkan makanan karena kecoak senang
sekali pada makanan yang berkanji, keju, dan bir. Tapi mereka juga memakan bangkai
binatang, kulit kertas tembok dan sebagainya. Jasad renik pada kaki kecoak dapat
mencemari makanan yang akan diproduksi maupun yang siap disajikan.
Kontaminasi hewan peliharaan adalah kontaminasi makanan yang disebabkan oleh
adanya bakteri pada hewan peliharaan seperti anjing dan kucing.
3. Kontaminasi Lingkungan
Kontaminasi lingkungan adalah kontaminasi bahan pangan yang diakibatkan oleh keadaan
lingkungan sekitar yang kurang terjaga.
Lingkungan
- Udara : medium sementara virus & bakteri influenza
- Tanah : C. botulinum & C. Perfringens
- Air limbah Salmonella, Shigella, Streptococci fekal,
Sumber Lainnya:
- Peralatan : selama digunakan atau disimpan
- Kontaminasi peralatan dari bahan, pekerja dan udara
- Atasi dengan: desain yang higienis dan pembersihan yang efektif
Air
- Air sebagai medium pembersih Perlu pengamanan khusus. Misal ultra violet
- Sampah bekas cucian mengandung air yang memiliki flora sampah
- Comberan tempat yang baik bagi jasad renik bakterinya adalah clostridium batulinum
dan clostridium perfingens.
Udara
- Udara mencemari ditempat pengolahan, pengemasan, penyimpanan dan persiapan
- Udara yang tercemar akibat beberapa faktor. Tetes embun saat berbicara, bersin, batuk
bisa menjadi pusat jasad renik
Limbah
- Penanganan limbah yang buruk: sumber kontaminasi
- Dapat mencemari sumber air, sungai, danau, laut sehingga pangan yang berasal dari
perairan tersebut dapat tercemar
Tempat Produksi
- Dilihat pada kebersihan lantai yang dipakai, jika ada genangan air dapat menjadi sumber
kontaminasi dalam makanan.
- Handel pintu yg terkontaminasi tangan pekerja, permukaan alat pengolahan yg
terkontaminasi mikroba, dapat mencemari produk yang diolah.
- Pada dinding yang kotor dan tidak dibrsihkan sebagai sarang berkembangbiaknya
mikroba
- Pada alat yang digunakan dalam proses pemasakan
4. Bahan baku produk
Kontaminasi yang terdapat pada produk pangana mentah itu sendiri. Sebelum dilakukan
proses pengolahan produk tersebut sudah terkontaminasi oleh bakteri hal ini dapat
diakibatkan oleh keadaan lingkungan yang kurang baik , bakteri yang ada pada hewan
tersebut (misal sapi yang terkena antrak), penjamah bahan mentah yang kurang higiennya
(adanya kontaminasi silang)
Kontaminan asal Bahan mentah :
- Mikroba dari tanah, air, residu pestisida
- Hewani : mikrobiologi, antibiotika,hormon
Daging
- salmonella
- Pisau dan alat waktu penyembelihan
- Bulu, kulit, saluran pencernaan, pernafasan.
- Kontaminasi selama: penyembelihan, pemotongan, pengolahan, penyimpanan dan
Distribusi
- Karkas kontak dengan debu atau kotoran lain
Susu
- Sapi, alat pemerah
- Kontaminasi silang: pekerja, wadah
Analisis bahaya (Hazard Analysis) dan penetapan resiko beserta cara pencegahannya.
Identifikasi dan penentuan titik kendali kritis (CCP) di dalam proses produksi.
Penetapan batas kritis (Critical Limits) terhadap setiap CCP yang telah teridentifikasi.
Penyusunan prosedur pemantauan dan persyaratan untuk memonitor CCP.
Menetapkan/menentukan tindakan koreksi yang harus dilakukan bila terjadi
penyimpangan (diviasi) pada batas kritisnya.
Melaksanakan prosedur yang efektif untuk pencatatan dan penyimpanan datanya
(Record keeping).
Menetapkan prosedur untuk menguji kebenaran.
Bahaya (hazard) : Bahan biologi, kimia atau fisika, atau kondisi yang dapat
menimbulkan resiko kesehatan yang tidak diinginkan terhadap konsumen. Menurut
NACMCF (1992) mendefinisikan bahaya atau ”hazard” sebagai suatu sifat-sifat
biologis/mikrobiologis, kimia, fisika yang dapat menyebabkan bahan pangan
(makanan) menjadi tidak aman untuk dikonsumsi.
Titik Kendali (Control Point = CP) : Setiap titik, tahap atau prosedur pada suatu
sistem produksi makanan yang dapat mengendalikan faktor bahaya
biologi/mikrobiologi, kimia atau fisika
Titik Kendali Kritis (Critical Control Point = CCP) : Setiap titik, tahap atau
prosedur pada suatu sistem produksi makanan yang jika tidak terkendali dapat
mengakibatkan resiko kesehatan yang tidak diinginkan atau setiap titik, tahap atau
prosedur yang jika dikendalikan dengan baik dan benar dapat mencegah,
menghilangkan atau mengurangi adanya bahaya.
Batas Kritis (Ccritical Limits) : Batas toleransi yang harus dipenuhi/dicapai yang
menjamin bahwa CCP dapat mengendalikan secara efektif bahaya yang mungkin
timbul atau suatu nilai yang merupakan batas antara keadaan dapat diterima dan tidak
dapat diterima.
Resiko : Kemungkinan menimbulkan bahaya.
Penggolongan Resiko : Pengelompokkan prioritas resiko berdasarkan bahaya yang
mungkin timbul/ terdapat pada makanan.
Pemantauan (Monitoring) : Pengamanan atau pengukuran untuk menetapkan
apakah suatu CCP dapat dikendalikan dengan baik dan benar serta menghasilkan
catatan yang teliti untuk digunakan selanjutnya dalam verifikasi.
Pemantauan Kontinyu : Pengumpulan dan pencatatan data secara kontinyu,
misalnya pencatatan suhu pada tabel.
Tindakan Koreksi (Corrective Action) : Prosedur atau tatacara tindakan yang harus
dilakukan jika terjadi penyimpangan pada CCP.
Tim HACCP : Sekelompok orang/ahli yang bertanggung jawab untuk menyusun
rancangan HACCP.
Validasi Rancangan HACCP : Pemeriksaan awal oleh tim HACCP untuk
menjamin bahwa semua elemen dalam rancangan HACCP sudah benar.
Validasi : Metode, prosedur dan uji yang dilakukan selain pemantauan untuk
membuktikan bahwa sistem HACCP telah sesuai dengan rancangan HACCP, dan
untuk menentukan apakah rancangan HACCP memerlukan modifikasi dan revalidasi
DAFTAR PUSTAKA
Breed, R.S., Murray, E.G.D. ,Smith N.R. 1957. Bergey’s Manual of Determinative
Bacteriology. Seventh Edition.U.S.A : The williams and Wil kins Company.
Jawetz E., J. L. Melnick, E. A. Adelberg, G. F. Brooks, J. S. Butel, L. N. Ornston, 1995,
Mikrobiologi Kedokteran, ed. 20, University of California, San Francisco.
Jawetz ; Melnick; dan Adelberg’s. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta.
Julius, E.S. 1990. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Binarupa Aksara Latar.
Karsinah (et al). 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.
Purnawijayanti, Hiasinta, A. 2001.Sanitasi, Hygiene dan Keselamatan Kerjadalam
Pengolahan Makanan. Kanisius. Yogyakarta
Purwaningsih, S. 1995. Teknologi Pembekuan Udang. Penebar Swadaya. Jakarta
Saising, J.; Hiranrat, A.; Mahabusarakan, W.; Ongsakul, M. & Voravuthikunchai, S.P. 2008.
Rhodomythone from Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk. As a Natural
Antibiotic for Staphylococcus Cutaneous Infection. Journal of Health Science, 54(5)
589-595.
Susianawati, R. 2006. Kajian Penerapan GMP dan SSOP Pada produk Ikan Asin Kering
Susiwi, 2009. Handout Penilaian Organoleptik, FPMIPA Universita Pendidikan Indonesia.
Smith-Keary P. F., 1988, Genetic Elements in Escherichia coli, Macmillan Molecular biology
series, London, p. 1-9, 49-54
Thaheer, H. 2005. Sistem Manajemen HACCP. Bumi Aksara, Jakarta