Disusun oleh:
KELOMPOK 2
DENPASAR
2020
Judul Journal : Debt-Covenant Violations and Managers’ Accounting Responses
A. Ringkasan Journal
1. Ringkasan Latar Belakang
Pelanggaran atas perjanjian utang dapat memicu berbagai pinalti keuangan seperti
kemungkinan percepatan jatuh tempo utang, peningkatan tingkat bunga, penyerahan
jaminan, atau negosiasi ulang masa utang. Dalam rangka menghindari risiko pinalti
tersebut, manajer cenderung akan menaikkan laba bersih untuk mengurangi
kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran atas perjanjian utang. Semakin suatu
perusahaan mendekati pelanggaran utang, manajemen akan cenderung memilih
prosedur akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode
berjalan. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk mengurangi kemungkinan perusahaan
mengalami pelanggaran atas perjanjian utang.
Penelitian Amy Patricia Sweeney menguji mengenai perubahan akuntansi, biaya
default dan perjanjian berbasis akuntansi yang dilanggar oleh 130 perusahaan yang
melaporkan pelanggaran dalam laporan tahunan. Pemeriksaan perusahaan-perusahaan
yang melanggar pembatasan yaitu kekayaan bersih dan pembatasan modal kerja,
peneliti ingin menunjukkan apakah perubahan akuntansi sebenarnya menunda
pelanggaran atas perjanjian utang, dan memberikan bukti bahwa respon akuntansi dari
manajer tergantung dari apakah biaya gagal bayar dibebankan oleh kreditur, apakah
manajer memiliki fleksibilitas akuntansi, dan apakah biaya pajak yang signifikan
berkaitan dengan perubahan akuntansi yang ada.
Ketentuan surat utang dihipotesiskan menjadi faktor penentu penting pemilihan
kebijakan akuntansi manajer. Menurut Sweeney bukti empiris yang ada masih
bercampur. Studi pilihan akuntansi lintas sektoral umumnya mendukung hipotesis
perjanjian hutang yang berbunyi “dalam ceteris paribus manajer perusahaan yang
mempunyai ratio leverage (debt/equity) yang besar akan lebih suka memilih
prosedur akuntansi yang dapat menggantikan laporan earning untuk periode
mendatang keperiode sekarang”. Lebih lanjut Sweeney mengungkapkan penelitian
terdahulu yang menguji tentang pilihan manajer akuntansi ketika perusahaan hampir
mengalami kendala perjanjian utang, dimana beberapa penelitian memperdebatkan
1
respon manajemen dalam menghindari pinalti ataupun terjadinya pelanggaran
perjanjian utang yaitu pelanggaran perjanjian utang kemungkinan besar mempengaruhi
pilihan kebijakan akuntansi ini dengan hasil yang bertentangan seperti penelitian dari
Healy dan Palepu (1990), DeFond dan Jiambalvo (1994), dan DeAngelo, DeAngelo,
dan Skinner (1994). Hal ini membuat Sweeney memperluas penelitian sebelumnya
yang bertujuan untuk menguji perubahan akuntansi, biaya dari kegagalan, dan
pelanggaran perjanjian utang berbasis akuntansi.
2. Uraian atas Dukungan Teori
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah agency theory dan teori akuntansi
positif, yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Teori keagenan.
Teori keagenan memandang perusahaan sebagai nexus of contracts, yaitu
organisasi yang terikat kontrak dengan beberapa pihak seperti kontrak dengan
pemegang saham, supplier, karyawan (termasuk manajer) dan pihak-pihak lain
yang terkait. Perusahaan juga memiliki ikatan kontrak dengan kreditur jika
perusahaan tersebut melibatkan utang sebagai salah satu pendanaannya. Agen
dianggap sebagai pihak yang ingin memaksimumkan dirinya tetapi ia tetap selalu
berusaha memenuhi kontrak. Terkait dengan kontrak utang, perusahaan merupakan
agen dan kreditur sebagai prinsipal.
b. Teori akuntansi positif.
Tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktik-
praktik akuntansi. Terdapat tiga hipotesis berdasarkan teori akuntansi positif
mengenai tindakan oportunistik perusahaan yang mendorong pihak manajemen
melakukan manajemen laba, yakni:
(1) Hipotesis Rencana Bonus (the bonus plan hypotesis)
Dalam hipotesis ini, semua hal lain dalam keadaan tetap, para manajer
perusahaan dengan rencana bonus cenderung untuk memilih prosedur
akuntansi dengan perubahan laba yang dilaporkan dari periode masa depan ke
periode masa kini.
(2) Hipotesis Kontrak Hutang (the debt covenant hypotesis)
Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin dekat suatu
perusahaan terhadap pelanggaran pada akuntansi yang didasarkan pada
kesepakatan utang, maka kecenderungannya adalah semakin besar
2
kemungkinan manajer perusahaan memilih prosedur akuntansi dengan
perubahan laba yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode masa kini.
(3) Hipotesis biaya politik (the political cost hypotesis)
Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin besar biaya
politik yang mesti ditanggung oleh perusahaan, manajer cenderung lebih
memilih prosedur akuntansi yang menyerah pada laba yang dilaporkan dari
masa sekarang menuju masa depan.
3. Skema Riset
Skema yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hasil Penelitian
4. Hipotesis
a. H1 : Manajer perusahaan yang memiliki fleksibilitas dan menanggung biaya kegagalan
(default cost) lebih cenderung membuat perubahan akuntansi yang meningkatkan
pendapatan sebagai respon atas diperketatnya perjanjian utang, daripada manajer yang
tidak memiliki fleksibilitas akuntansi dan/atau menanggung biaya kegagalan (default
cost).
b. H2 : manajer melakukan perubahan menjadi prosedur akuntansi yang meningkatkan
pendapatan saat mengalami kegagalan teknis (kegagalan memenuhi perjanjian dalam
kontrak utang).
c. H2a : manajer pada default firms melakukan perubahan akuntansi untuk menurunkan
kemungkinan pelanggaran teknikal.
3
d. H2b : manajer pada default firms melakukan perubahan akuntansi yang meningkatkan
pendapatan untuk mengimbangi diperketatnya perjanjian utang (debt covenant
constraints).
e. H2c : perubahan prosedur akuntansi yang dilakukan manajer bergantung pada biaya
kegagalan (default cost) yang dikenakan kreditor dan fleksibilitas akuntansi manajer
f. H2d : terdapat hubungan antara waktu pengadopsian perubahan metode akuntansi
secara mandatory dan pengaruhnya terhadap laba.
4
fleksibilitas akuntansi yang ada untuk manajer adalah faktor penentu bagi manajer
akuntansi. Pelanggaran yang berhubungan dengan pendapatan bersih serta pembatasan
modal kerja merupakan pelanggaran yang sering dilakukan. 52% dari kasus-kasus para
pemberi pinjaman membutuhkan konsekuensi dari para peminjam untuk
menyelesaikan kegagalan.
7. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah :
(1) manajer perusahaan yang mengalami gagal bayar membuat banyak perubahan
akuntansi yang meningkatkan laba dibandingkan manajer perusahaan kontrol, hal
ini terlihat ada 5 dari 22 perusahaan yang di uji melakukan perubahan akuntansi
yang berakibat pada kenaikan laba sehingga menunda kegagalan bayar hingga
lebih dari satu periode akuntansi
(2) namun para manajer tersebut juga bersikap rasional terhadap pilihan metode
akuntansi dan hubungannya terhadap dampak arus kas perusahaan artinya para
manajer perusahaan gagal bayar tersebut juga memperhatikan pajak yang dibayar
jika terlalu besar maka akan membebani arus kas perusaahaan sehingga
perubahan metode akuntansi tidaklah dilakukan.
5
Penelitian ini memiliki rantai kausal dan validitas logika yang baik karena peneliti
telah menjelaskan mengenai pelanggaran perjanjian utang dan biaya kegagalan
yang kemudian dikaitkan dengan respon manajer akuntansi yang dinyatakan dalam
bentuk beberapa pilihan metode akuntansi, perubahan akuntansi sukarela,
perubahan estimasi, dan waktu pengadopsian perubahan akuntansi yang
diwajibkan.
Penelitian ini memiliki validitas internal yang tinggi karena terdapat konsistensi
antara masalah penelitian, hipotesis, dan analisis data, serta konsistensi antara hasil
pengujian dengan simpulan. Meskipun penulis sendiri mengakui terjadi bias
pemilihan sampel akibat ada perusahaan yang mengalami gagal bayar tidak
mengobah prosedur akuntansi.
Selain menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan beberapa macam uji
statistic ternyata penelitian ini juga menggunakan pendekatan penelaahan kasus per
kasus sehingga bias mendokumentasikan bahwa terdapat 5 dari 22 perusahaan bias
menunda periode gagal bayarnya dengan perubahan metode akuntansi.