Anda di halaman 1dari 4

ESSAY

DIGESSTIF II

Nama : Ni Nengah Bela Ariyanti

Nim : 018.06.0007

Kelas : A

Materi : ILEUS

Dosen : dr. Santyowibowo, SpB

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

MATARAM

2019/2020
Ileus merupakan kondisi berhentinya gerakan atau “passage” usus yang
menyebabkan komponen makanan tersumbat di dalam usus. Pada kondisi normal,
otot-otot usus akan berkontraksi untuk mendorong makanan. Namun ketika ileus
terjadi, komponen makanan tidak dapat keluar dari saluran pencernaan dan
menimbulkan ketidaknyamanan pada perut. Ileus merupakan sindrom dengan
gejala seperti, tidah bisa BAB, tidak bisa flatus, kondisi perut kembung dan
muntah.

Ileus dibagi menjadi dua, ileus paralitik yaitu, terjadinya paralisis (kelumpuhan)
dari seluruh usus dan ileus obstruksi yaitu, terjadinya sumbatan pada usus. Ileus
paralitik adalah penyakit dimana terjadi dismotilitas yang menghambat pergerakan isi
usus ke bagian distal, tanpa adanya obstruksi mekanis. [1] Ileus paralitik dapat
disebabkan oleh berbagai hal seperti ileus paralitik pasca operasi, ileus akibat konsumsi
obat, ileus metabolik, ileus vaskuler, juga pseudo obstruksi. Penyebab yang paling sering
ditemukan adalah ileus paralitik pasca operasi. Etiologi ileus paralitik di antaranya adalah
keadaan stres pasca operasi, konsumsi obat, kelainan metabolik, dan kelainan vaskuler.
Diagnosis ileus paralitik dapat ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dimana
akan didapatkan keluhan sulit buang air besar, mual, muntah, anoreksia, dan penurunan
bising usus. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologi dan laboratorium
dapat membantu menyingkirkan diagnosis banding. Penatalaksanaan ileus paralitik harus
disesuaikan dengan etiologi penyakit tersebut. Penyebab tersering ileus paralitik adalah
ileus pasca operasi, dan penyebab ini seringkali reversibel dan tidak memerlukan
tatalaksana tertentu. Pada ileus paralisis yang disebabkan oleh konsumsi obat, obat dapat
dihentikan dan diganti dengan obat lain, atau pasien dapat diberikan obat penghambat
reseptor opioid periferal sebagai tambahan. Ileus paralitik jarang memerlukan tatalaksana
pembedahan. Tatalaksana awal ileus adalah mengoreksi kondisi medis yang mendasari
(hiperglikemia, hipoglikemia, konsumsi obat), gangguan keseimbangan elektrolit,
gangguan keseimbangan asam-basa, dan menghentikan oral intake.
Penggunaan nasogastric tube akan membantu mengurangi tekanan intra abdomen.
Prognosis ileus paralitik seringkali baik, dimana sejumlah besar pasien dapat mengalami
resolusi gejala dengan sendirinya. Namun, ileus paralitik juga dapat berkembang hingga
menjadi penyakit yang fatal, dengan komplikasi terberat berupa sindroma kompartemen
abdomen yang memerlukan operasi segera. Komplikasi ileus paralitik dapat
menyebabkan dilatasi intestinal dan peningkatan tekanan intraluminal sehingga dapat
terjadi iskemia dinding usus, yang kemudian menyebabkan peningkatan sitokin dan sel
mediasi inflamasi. Respon inflamasi ini dapat berkontribusi lebih lanjut ke gejala
sistemik dan tingkat keparahan ileus. Ileus obstruktif adalah gangguan patensi lumen
intestinal akibat hambatan mekanik pada bagian distal, sehingga terjadi akumulasi isi
usus pada bagian proksimal obstruksi. Ileus obstruktif menurut lokasinya dapat dibagi
menjadi dua, yaitu letak tinggi (obstruksi usus halus) dan letak rendah (obstruksi usus
besar). Penyebab terjadinya ileus obstruktif bervariasi di mana pada obstruksi usus halus
penyebab tersering adalah adhesi dan hernia, sedangkan pada obstruksi usus besar paling
sering disebabkan oleh keganasan.  Sumbatan dapat berupa sumbatan komplit maupun
parsial. Etiologi dari ileus obstruktif di negara maju yang paling sering adalah adhesi,
sedangkan di negara berkembang lebih banyak disebabkan oleh hernia strangulata.
Penyebab lain yang mungkin adalah karsinoma kolon, volvulus, dan divertikulitis. aktor
risiko peningkatan morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan ileus obstruktif adalah
usia, penyakit yang menyertai, dan waktu masuk rumah sakit. Patofisiologi ileus
obstruktif umumnya disebabkan oleh gangguan dari fisiologi normal usus yang berupa
pencernaan makanan dan penyerapan nutrisi, sehingga terjadi dilatasi pada bagian
proximal usus. Dilatasi ini akan meningkatkan aktivitas sekretorik dari usus yang
menyebabkan meningkatnya akumulasi cairan pada lumen yang nantinya meningkatkan
gerakan peristaltik pada bagian proximal dan distal dari sumbatan.mMenurut lokasi nya
ileus obstruktif dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu obstruksi usus halus dan usus
besar. Apabila obstruksi dibiarkan berlarut-larut maka akan menyebabkan edema dari
dinding usus, third spacing, dan iskemik jaringan yang berakhir dengan peritonitis hingga
kematian.  Pemeriksaan penunjang untuk menentukan ileus obstruksi adalah rontgen foto
abdomen. Posisi supine (terlentang): tampak “herring bone appearance” (gambaran
tulang ikan). Posisi setengah duduk atau LLD: tampak “stepladder appearance” atau
“cascade” (air fluid level yang bertingkat-tingkat). Diagnosis ileus obstruktif dapat
dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang kemudian dikonfirmasi dengan
pemeriksaan penunjang. Tanda dan gejala umum yang disebabkan oleh ileus obstruktif
adalah nyeri abdomen, mual, muntah, obstipasi, serta distensi abdomen. Gejala yang
ditimbulkan oleh obstruksi usus halus umumnya cepat dan progresif dibandingkan
dengan obstruksi usus besar. Pemeriksaan penunjang dapat berupa pemeriksaan
laboratorium untuk mengevaluasi komplikasi serta penyakit penyerta, dan pemeriksaan
radiografi di mana CT scan merupakan modalitas utama. Penatalaksanaan dari ileus
obstruktif dapat berupa non-operatif dan operatif. Apabila pasien datang dalam keadaan
tidak stabil maka penatalaksanaan awal dan stabilisasi penting untuk dilakukan sebelum
menentukan tindakan selanjutnya. Konservatif: Puasa, pasang NGT, IVFD (infus) dan
KATETER uretra. Operasi Laparotomi bila tindakan konservatif gagal.

Anda mungkin juga menyukai