Anda di halaman 1dari 8

PENGUKURAN DAN ANALISIS EFEK INTERFERENSI SINYAL

GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE COMMUNICATION (GSM) 915 MHZ


TERHADAP LONG RANGE (LORA) 920-923 MHZ

MEASUREMENT AND ANALYSIS OF SIGNAL INTERFERENCE EFFECT


GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE COMMUNICATION (GSM) 915 MHZ ON
LONG RANGE (LORA) 920-923 MHZ
Muhamad Irfan Fadhullah1, Uke Kurniawan Usman2, Muhammad Ary Murti3
1,2
Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom
3
Prodi S1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom
1
irfanfadhullah@student.telkomuniversity.ac.id, 2ukeusman@telkomuniversity.ac.id,
3
arymurti@telkomuniversity.ac.id

Abstrak
Penggunaan LoRa di Indonesia semakin meningkat, begitu juga di Universitas Telkom yang
mulai dikembangkan. Akan tetapi dalam praktiknya, pengalokasian frekuensi kerja LoRa
oleh pemerintah di rentang 920 MHz-923 MHz masih cukup beresiko terhadap gangguan.
Pasalnya dalam frekuensi tersebut sudah ada teknologi lainnya seperti Global System for
Mobile Communication (GSM). Dalam praktiknya, jika dua teknologi memakai frekuensi
yang berdekatan atau sama, besar kemungkinan terjadi interferensi. Pada penelitian ini
akan dianalisa efek interferensi dari GSM terhadap LoRa yang terjadi akibat penggunaan
frekuensi yang berdekatan yaitu pada frekuensi LoRa 920 MHz-923 MHz akan
menyebabkan performasi LoRa menurun seperti daya terima yang kurang baik, dan
datarate yang semakin kecil.
Dalam mengatasi masalah tersebut, pada penelitian kali ini membahas tentang
analisis pengaruh interferensi antara sinyal GSM di frekuensi 915 dan 925 MHZ dan sinyal
LoRa di frekuensi 920-923 MHz dengan melakukan pengukuran probabilitas interferensi
menggunakan software Simulation Engineering Advance Monte Carlo Analysis Tools
(SEAMCAT), karaktersitik dari sinyal LoRa menggunakan perangkat RTL-SDR, dan
mengukur RSSI dan SNR dengan parameter bandwidth, spreading factor, dan coding rate
yang digunakan.
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, antara sinyal GSM dengan LoRa
terdapat co-channel interferensi dalam skenario uplink dan downlink sinyal GSM yang
menjadi korban. Sehiingga dilakukan perbaikan dan mendapatkan nilai probabilitas
interferensi sebesar 7,9% untuk arah uplink dan 4% untuk arah downlink yang masih bisa
ditoleransi karena dibawah 10%. Untuk hasil pengamatan karakteristik sinyal LoRa
menggunakan RTL-SDR didapatkan hasil bahwa terdapat spurious emission atau frekuensi
palsu yang muncul dengan jarak 2,4 MHz dari frekuensi utama. Hasil yang didapatkan
pada pengukuran RSSI dan SNR, didapatkan hasil nilai RSSI terbaik di -38,37 dBm pada
SF8 dengan perangkat Gateway Dragino dan End Node Cosmic. Hasil SNR terbaik di 11,61
dB pada SF9 dengan Gateway RAK831 dan End Node Cosmic.

Kata kunci : LoRa, GSM, interferensi, 915MHz, IoT, SDR

Abstract
The use of LoRa in Indonesia is increasing, so is Telkom University which is being
developed. However, in practice, the allocation of LoRa working frequency by the
government in the range of 920 MHz-923 MHz is still quite risky for disruption. Because in
that frequency there are other technologies such as the Global System for Mobile
Communication (GSM). In practice, if two technologies use the same or adjacent
frequencies, interference is most likely. This research will analyze the interference effect of
GSM on LoRa that occurs due to the use of adjacent frequencies, namely the frequency of
LoRa 920 MHz-923 MHz will cause LoRa performance to decrease as poor reception, and
smaller level.
In overcoming this problem, this study discusses the analysis of the influence of
interference between GSM signals at frequencies of 915 and 925 MHZ and LoRa signals at
frequencies of 920-923 MHz by measuring interference probability using the Monte Carlo
Analysis Tools (SEAMCAT) Simulation Engineering Advance Analysis Tool (SEAMCAT)
software, the characteristics of the LoRa signal use the RTL-SDR device, and measure RSSI
and SNR with the bandwidth, spreading factor, and coding rate parameters used.
Based on the results of measurements that have been carried out, between GSM and
LoRa signals there is co-channel interference in the uplink and downlink scenarios of the
affected GSM signal. So those improvements are made and get an interference probability
value of 7.9% for the uplink direction and 4% for the downlink direction that can still be
tolerated because it is below 10%. For the results of observing LoRa signal characteristics
using RTL-SDR, the results show that there is a spurious emission or false frequency that
appears with a distance of 2.4 MHz from the mains frequency. The results obtained in RSSI
and SNR measurements, the best RSSI values obtained at -38.37 dBm on SF8 with the
Gateway Dragino and End Node Cosmic devices. The best SNR results at 11.61 dB on SF9
with Gateway RAK831 and End Node Cosmic.

Keywords: LoRa, GSM, interferensi, 915MHz, IoT, SDR

1. Pendahuluan
Perkembangan teknologi Internet of Things (IoT) dewasa ini semakin meningkat seiring
pesatnya inovasi yang terus bermunculan yang membuat manusia menuju masa serba otomatis
dalam menunjang kegiatan sehari-hari.
Saat ini perencanaan jaringan IoT di Indonesia masih terkendala dengan teknologi dan
infrastruktur yang belum memadai. Namun, diprediksi dalam beberapa tahun kedepan perencanaan
jaringan IoT akan terwujud secara merata mulai dari perkotaan maupun pedesaan dari segi
infrastruktur maupun teknologi, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi Long Range
(LoRa). LoRa merupakan suatu teknologi yang termasuk kedalam golongan Low Power Wide
Area Network (LPWAN) yang menjadi pendukung atau protokol untuk IoT.
Di Indonesia, teknologi LoRa menggunakan frekuensi kerja 915 MHz tepatnya beroperasi di
band 920 MHz-923 MHz sesuai dengan ketersediaan frekuensi yang ada dan spesifikasi dari LoRa
tersendiri. Namun, pada frekuensi kerja tersebut terdapat beberapa teknologi seluler lain yang
sudah terlebih dahulu memakainya, salah satunya adalah Global System for Mobile
Communication (GSM) yang juga memakai frekuensi kerja yang berdekatan bahkan sama dengan
LoRa. Dampaknya adalah adanya interferensi dari sinyal GSM terhadap sinyal LoRa begitu juga
sebaliknya yang menyebabkan kinerja dari masing-masing teknologi akan mengalami gangguan.
Pada penelitian sebelumnya[1][2][3][4] sudah dilakukan peelitian tentang kinerja LoRa terhadap
teknologi lain dan didapatkan bahwa LoRa masih bisa terkena dampak interferensi dengan
kondisi-kondisi tertentu.
Sebelum menyelenggarakan jaringan LoRa tersebut, diperlukan analisis apakah bagus atau
tidaknya kualitas jaringan yang diberikan, dan berpengaruh dalam segi apa saja yang diakibatkan
interferensi yang terjadi pada teknologi LoRa di frekuensi kerja tersebut. Faktanya, di Indonesia
sendiri khususnya di kota-kota besar sudah banyak perusahaan maupun perorangan yang
menggunakan teknologi LoRa, maka penelitian ini penting karena membantu para penyedia
layanan dalam perencanaan jairngan LoRa dimasa depan. Pada penelitian ini akan menganalisis
interferensi yang terjadi pada LoRa yang terpengaruh akibat sinyal GSM, karaktersitik sinyal
LoRa, dan juga mengukur parameter RSSI dan SNR yang dilakukan di daerah Universitas Telkom
sebagai pusat penelitian..
2. Dasar Teori
2.1 Parameter
Parameter-parameter sangat mempengaruhi kinerja dari teknologi LoRa[8], dalam penelitian
ini digunakan beberapa parameter sebagai berikut:
1. Bandwidth
Bandwidth atau biasa disebut dengan lebar pita adalah lebar antara frekuensi tinggi dan
frekuensi rendah. Dalam LoRa sendiri terdapat tiga lebar pita yang digunakan, yaitu dengan besar
125 kHz, 250 kHz, dan 500 kHz. Besaran bandwidth mempengaruhi data rate dan jangkauan atau
jarak pengiriman. Semakin besar bandwidth yang digunakan maka data rate akan semakin besar,
namun jarak jangkauan pengiriman akan semakin mengecil.
2. Spreading Factor
Nilai dari Spreading Factor (SF) menunjukan berapa banyak chip yang digunakan untuk
merepresentasikan sebuah simbol yang dikirim. Semakin tinggi nilai SF maka chip yang
digunakan untuk merepresentasikan sebuah simbol semakin banyak pula, yang berarti semakin
banyak data yang diperoleh atau diproses di sisi penerima. Kejadian ini memungkinkan di sisi
penerima menerima sinyal data dengan nilai SNR yang negatif. Banyaknya simbol yang bisa
diperoleh dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
BW
Rs= (2.1)
2 SF
Spreading factor menunjukkan berapa banyak chip yang digunakan untuk merepresentasikan
sebuah simbol yang dikirim, dengan eksponensial faktor dari 2. Satu simbol dapat terdiri dari N
chip dimana
N=2SF (2.2)
dengan N adalah banyaknya chip.
Nilai dari spreading factor sendiri berada diantara 6 sampai 12 tergantung jarak dan
spesifikasi yang diinginkan oleh pengguna.
3. Coding Rate
Coding Rate (CR) mengacu pada proporsi bit yang berisi informasi atau data yang
ditransmisikan. Disamping itu, CR berfungsi untuk memperbesar atau memperkecil nilai dari
Packet Error Rate (PER). CR memiliki persamaan sebagai berikut:
4
CR= (2.3)
4 +n
dengan nilai n ∈ {1,2,3,4 } .
4. RSSI
Receive Signal Strength Indicator merupakan daya sinyal dalam miliwatt yang diterima disisi
penerima. Nilai dari RSSI biasanya diukur dalam satuan dBm. Nilai ini dapat digunakan untuk
mengukur dan menentukan seberapa baik sinyal yang diterima dan ditangkap oleh penerima. RSSI
dapat dipengaruhi oleh banyak hal salah satunya adalah jarak, semakin jauh jaraknya maka loss
propagasi dari sinyal akan semakin besar pula yang mengakibatkan nilai RSSI semakin mengecil.
Nilai dari RSSI berada diantara 0 sampai dengan -120 dBm. Semakin dekat dengan nilai 0, maka
semakin kuat pula sinyal yang diterima.
5. SNR
Signal to Noise Ratio merupakan nilai yang didapatkan dari perbandingan antara kekuatan
sinyal informasi dengan kekuatan noise. SNR dapat menentukan kualitas sebuah sinyal yang
terganggu oleh noise floor atau derau. Noise Floor (NF) adalah area dari semua yang tidak
diinginkan dan mengganggu sinyal informasi. Dalam LoRa terdapat SNR limit atau SNR
minimum yang harus dicapai, karena jika jika limit tersebut sudah sama nilainya maka penerima
tidak dapat mendemodulasi sinyal yang diterima.
2.2 Model Propagasi
Model propagasi adalah sebuah perhitungan yang ditujukan untuk mencari nilai dari daya
sinyal terima rata-rata pada sebuah sistem komunikasi wireless. Untuk jenis dari model propagasi
ada banyak sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan masing-masing. Untuk perhitungan daya
terima rata-rata pada komunikasi menggunakan protokol dan teknologi LoRa menggunakan model
propagasi Okumura-Hata[9]. Okumura-Hata diciptakan di Jepang pada tahun 1968 dengan
mengkombinasikan model Okumura dan Hata. Pada model propagasi ini memiliki persamaa
seperti yang bisa dilihat pada persamaan 2.10 yaitu
Pl= A+ B log ( d )+ C (2.4)
dimana nilai A adalah
A=69.55+26.16 log ( fc )−13.82 log ( ht )−a ( hm ) , (2.5)
dan B adalah
B=44.9−6.55 log ⁡(hb), (2.6)
dan C adalah nilai dari a (hm) tergantung dari jenis atau tipe morfologi dari suatu daerah yang
menjadi fokus penelitian. Pada penelitian ini menggunakan tipe morfologi urban.

3. Pembahasan
3.1. Diagram Alir
Dalam melakukan analisis sebuah kejadian yang dalam hal ini tentang adanya interferensi
antara sinyal LoRa yang disebabkan sinyal GSM diperlukan tahapan-tahapan yang jelas agar dapat
dihasilkan hasil yang akurat dan sesuai dengan perencanaan. Maka dari itu dipenelitian ini dibagi
menjadi beberapa tahapan yang bisa dijelaskan sebagai berikut.

Gambar 3.1 Diagram Alir


3.2 Skenario Pertama
Skenario yang digunakan pada software SEAMCAT adalah skenario saat teknologi GSM
sebagai korban atau victim dan teknologi LoRa yang menjadi penyerang atau penginterferensi.
Skenario tersebut dibagi pula menjadi dua, yaitu saat frekuensi LoRa 920 MHz yang berhadapat
atau berdekatan dengan frekuensi GSM uplink di frekuensi 915 MHz yang dimiliki oleh provider
XL dan juga saat frekuensi LoRa 923 MHz yang berhadapan atau berdekatan dengan frekuensi
GSM downlink yaitu di frekuensi 925 MHz yang dimiliki oleh provder Telkomsel. Untuk lebih
memahami mengenai skenario yang dipakai pada saat melakukan simulasi, dapat melihat tabel 3.8
dibawah ini.

Gambar 3.2 Skenario Pertama


Tabel 3.1 Skenario Simulasi SEAMCAT
Korban atau Victim Skenario Simulasi
LoRa 920 MHz dan GSM uplink 915 MHz
GSM sebagai victim
LoRa 923 MHz dan GSM downlink 925 MHz

3.3 Skenario Kedua


Dalam melakukan pengukuran setelah mendapatkan data-data dari perhitungan secara
eksak, maka dilakukan pengukuran dengan menggunakan skenario yang telah dibuat sebelumnya,
pengukuran yang dilakukan adalah menggunakan perangkat RTL-SDR untuk melihat karakteristik
sinyal LoRa.
Gambar 3.3 Skenario Kedua Gambar 3.4 Skema
Pengukuran Skenario Keduda

3.4 Skenario Ketiga


Pada skenario ini dilakukan sebuah installasi dan penulisan script yang didapatkan dari library
LoRa Antares yang sudah didapatkan sehingga bisa diimport kedalam perangkat LoRa end node
agar bisa berfungsi dan mentransfer ke gateway. Sebelum dilakukan installasi ini harus diketahui
jenis kelas perangkat yang dimiliki apakah tipe A, B, atau C. Lalu perlu diketahui juga appkey dan
network key yang bisa didapatkan dari platform antares yang sudah dibuat sebelumnya. Jika
semua sudah dimiliki, perlu nilai-nilai itu perlu dimasukkan kedalam script yang berasal dari
library LoRa Antares dan di uload ke perangkat mengguanakan aplikasi Arduino IDE.

Gambar 3.5 Skenario Ketiga


4. Hasil Pengukuran dan Analisis
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil simulasi dan pengukuran yang telah dilakukan
berdasarkan setiap skenario yang telah ditentukan sebelumnya.
4.1 Skenario Pertama (SEAMCAT)

Gambar 3.6 Grafik CDF Uplink GSM Gambar 3.7 Grafik CDF Downlink GSM
Dari tabel 4.2 didapatkan hasil akhir pada skenario pertama yaitu menggunakan software
SEAMCAT didapatkan hasil bahwa untuk arah uplink GSM dengan LoRa memiliki probabilitas
interferensi sebesar 7,9% yang masih dapat ditoleransi berdasarkan ketetapan ETSI. Hasil yang
didapatkan arah downlink GSM dengan LoRa memiliki probabilitas interferensi sebesar 4% yang
juga masih dapat ditoleransi berdasarkan ketetapan ETSI.
4.2 Skenario Kedua (RTL-SDR)

Gambar 3.8 Sinyal End Node Dragino Uplink Gambar 3.9 Sinyal End Node Dragino
GSM Downlink GSM

Gambar 3.10 Sinyal End Node Cosmic Uplink Gambar 3.11 Sinyal End Node Cosmic
GSM Downlink GSM
Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada gambar 4.3 sampai dengan gambar 4.6 pada subbab
sebelumnya dapat diketahui bahwa sinyal yang dikirimkan oleh end node LoRa memiliki sebuah
karakteristik yaitu adanya frekuensi perulangan dari frekuensi aslinya sejauh 2,4 MHz. Perulangan
yang terjadi dari frekuensi yang ditetapkan sebelumnya ini dapat berpengaruh besar terhadap
adanya interferensi yang terjadi antara LoRa dengan GSM atau teknologi seluler lainnya.
4.3 Skenario Ketiga (RSSI dan SNR)

Gambar 3.12 RSSI Node Cosmic Gateway Gambar 3.13 RSSI Node Dragino Gateway
RAK831 RAK831

Gambar 3.14 RSSI Node Cosmic Gateway Gambar 3.15 RSSI Node Dragino Gateway
Dragino Dragino

Gambar 3.16 SNR Node Cosmic Gateway Gambar 3.17 SNR Node Dragino Gateway
RAK831 RAK831
Gambar 3.19 SNR Node Cosmic Gateway Gambar 3.20 SNR Node Dragino Gateway
Dragino Dragino

Berdasarkan tabel 3.2 dapat disimpulkan bahwa perangkat dengan nilai RSSI terbaik adalah
dengan menggunakan gateway Dragino dan end node Cosmic dengan nilai penerimaan tertinggi
pada SF8 sebesar -38,37 dBm. Dan nilai RSSI terburuk adalah dengan menggunakan gateway
RAK831 dan end node Dragino yang mendapat nilai terburuk pada SF10 sebesar -119,45 dBm.
Dari tabel 4.1 juga kita dapat menyimpulkan kinerja alat terbaik berdasarkan parameter SNR
adalah dengan menggunakan gateway RAK831 dan end node Cosmic yang memiliki nilai tertinggi
pada SF9 sebesar 11,61 dB. Dan nilai SNR terburuk adalah dengan menggunakan gateway
Dragino dan end node Dragino yang memiliki nilai terburuk pada SF11 sebesar -1,81 dB.

Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Skenario Ketiga


Parameter Gateway End Node SF7 SF8 SF9 SF10 SF11 SF12
Cosmic -41,42 -38,37 -41,53 -53,30 -44,80 -61,88
Dragino
Dragino -46,45 -43,84 -50,74 -54,22 -65,07 -54,64
RSSI
Cosmic -99,82 -103,20 -103,27 -100,24 -107,67 -100,76
RAK831
Dragino -112,61 -102,62 -109,60 -119,45 -112,57 -108,37
Cosmic 8,83 10,58 11,43 10,93 2,15 -2,29
Dragino
Dragino 11,55 8,63 4,71 6,83 -1,83 0,28
SNR
Cosmic 8,56 10,57 11,61 9,91 8,90 9,08
RAK831
Dragino 10,43 6,98 10,06 5,70 7,57 8,49
5. Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang didapatkan dari penelitian yang
dilakukan.
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpualan yang didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Pada skenario pertama menggunakan SEAMCAT di arah uplink GSM didapatkan nilai
probabilitas interferensi awal sebesar 35% pada sisi downlink maka dilakukan perbaikan
sehingga didapatkan probabilitas interferensi sebesar 8,99%.
2. Pada skenario pertama menggunakan SEAMCAT di arah downlink GSM didapatkan nilai
probabilitas interferensi awal sebesar 15% untuk sisi uplink maka dilakukan perbaikan
sehingga didapatkan hasil 4%.
3. Pada skenario kedua dengan melakukan pengkuran menggunakan perangkat RTL-SDR untuk
melihat bentuk sinyal dari LoRa didapatkan bahwa pada perangkat end node dan library yang
digunakan pada penelitian kali ini memiliki karakteristik bahwa terdapat frekuensi bocor
sebesar 2,4 MHz atau pengulangan dari frekuensi yang telah ditentukan.
4. Pada skenario ketiga dengan melakukan pengkuran parameter RSSI didapatkan hasil bahwa
perangkat dapat mempengaruhi performansi dari kinerja LoRa. Perangkat yang memiliki
performansi paling baik pada parameter RSSI adalah gateway Dragino dan end node Cosmic
dengan nilai RSSI sebesar -38,37 di SF8.
5. Pada skenario ketiga dengan melakukan pengkuran parameter SNR disimpulkan bahwa
perangkat yang memiliki performansi paling baik pada saat menggunakan gateway RAK831
dan end node Cosmic dengan nilai SNR sebesar 11,61 di SF9.
5.2 Saran
Adapun saran yang bisa menjadi ide dan perbaikan untuk penelitian yang dilakukan dimasa
yang akan datang adalah sebagai berikut:
1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan pengujian menggunakan perangkat
RTL-SDR yang lebih baik seperti HackRFOne. Dikarenakan pada HackRFOne memiliki port
SMA sehingga bisa menggunakan antena dengan gain yang diinginkan.
2. Sebaiknya pada penelitian selanjutnya dilakukan pengukuran secara real dari sisi GSM, agar
lebih jelas mana yang memiliki dampak yang lebih terlihat.
3. Saat melakukan pengukuran sebaiknya dilakukan saat kondisi sebenarnya, yaitu saat banyak
perangkat yang terhubung pada gateway dan diuji efek interferensi antar perangkat end node
dan gateway LoRa itu sendiri.
Daftar Pustaka
[1] C. Orfanidis, L. M. Feeney, M. Jacobsson, and P. Gunningberg, “Investigating
interference between LoRa and IEEE 802.15.4g networks,” Int. Conf. Wirel. Mob.
Comput. Netw. Commun., vol. 2017-Octob, no. October, 2017.
[2] G. Zhu, C. Liao, M. Suzuki, Y. Narusue, and H. Morikawa, “Evaluation of LoRa
Receiver Performance under Co-technology Interference,” 2018.
[3] T. Voigt, M. Bor, U. Roedig, and J. Alonso, “Mitigating Inter-network Interference
in LoRa Networks,” pp. 323–328, 2016.
[4] M. Lauridsen, B. Vejlgaard, Z. Kov, H. Nguyen, and P. Mogensen, “Interference
Measurements in the European 868 MHz ISM Band with Focus on LoRa and
SigFox,” 2017.
[5] LoRaWAN, “About LoRaWANTM | LoRa AllianceTM,” What is the
LoRaWANTM Specification?, 2019. [Online]. Available: https://lora-
alliance.org/about-lorawan. [Accessed: 27-Feb-2019].
[6] www.3gtelinfo.com, “LoRa Architecture - LoRaWAN Tutorial.” [Online].
Available: http://www.3glteinfo.com/lora/lora-architecture/. [Accessed: 05-Apr-
2019].
[7] Semtech, “LoRaTMModulation Basics Semtech,” vol. AN1200.22, no. May, pp.
1–26, 2015.
[8] M. Bor and U. Roedig, “LoRa transmission parameter selection,” Proc. - 2017 13th
Int. Conf. Distrib. Comput. Sens. Syst. DCOSS 2017, vol. 2018-Janua, pp. 27–34,
2018.
[9] C. Ahlund and S. Saguna, “Propagation Model Evaluation for LoRaWAN :
Planning Tool Versus Real Case Scenario,” IEEE 5th World Forum Internet
Things, vol. 5th, pp. 1–6, 2019.
[10] European Conference of Postal and Telecommunications Administrations (CEPT),
“Seamcat,” Spectr. Eng. Adv. Monte Carlo Anal. Tool, vol. ECC REPORT, no.
April, 2016.
[11] A. R. H. Raharjo, “Analisis Dan Solusi Dampak Interferensi Dari Sinyal LoRa
Pada Komunikasi Seluler Band 8 Dan Usulan Untuk Penggelaran Jaringan LoRa di
Indonesia.” Telkom University, Bandung, p. 80, 2019.

Anda mungkin juga menyukai