Anda di halaman 1dari 3

TUGAS KAPITA SELEKTA

KEFARMASIAN

Oleh:
PUTRI PERMATA SARI
201FF05138
KELAS A3

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2020
1. Vaksin palsu salah siapa? Doberikan disarana pelayanan Kesehatan dan tenaga Kesehatan
Perlindungan terhadap Konsumen seperti apa yang harus diberikan ketika anda bekerja sebagai
seorang apoteker dipelayanan?
Jawab :
Jika kita menelisik lebih lanjut tentang regulasi obat dan vaksin, maka sebenarnya ada banyak
sekali regulasi dan prosedur yang sangat ketat terkait hal tersebut. Seperti Leading sector
pemerintah adalah Kementerian Kesehatan sebagai regulator dan Badan Pengawas Obat dan
Makanan (Badan POM) sebagai operator. Undang- Undang No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan dan lain sebagainya. Selain itu masih terdapat banyak regulasi setingkat Peraturan
Pemerintah (PP), Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
dan juga Peraturan Kepala Badan POM. Hal ini diatur agar obat dan vaksin yang digunakan
untuk pelayanan kesehatan dapat terjamin ketersediaaan, keamanan dan mutu. Teapi pada
faktanya, masih banyak kasus vaksin palsu yang beredar. Menurut Kemenkes RI dan BPOM
terdapat dua jalur produksi dan distribusi peredaran obat dan vaksin, yaitu jalur distribusi legal
dan jalur ilegal. Jika distribusi legal melibatkan produsen/pabrik pembuat vaksin, distributor
yang berbadan hukum dan berizin resmi yaitu PBF dan pengguna yaitu rumah sakit, klinik dan
apotek. Pada jalur legal tidak ditemukan adanya vaksin palsu. Tetapi, yang menjadi masalah
adalah produksi dan distribusi vaksin palsu pada jalur ilegal. karena ilegal, maka tidak ada data
resmi dan produksi vaksin pun tidak mengikuti aturan CPOB.
Nah, jika vaksin palsu nya sudah beredar salah BPOM karena BPOM bertanggung jawab
terhadap obat dan makanan dan pasti sudah lulus uji klinis dan non klinis. Nah peran apoteker
untuk melindungi konsumen bisa dengan cara mengecek registrasi produk vaksin terdaftar atau
tidak di BPOM.

2. Bagaimana tanggapan saudara sebagai seorang apoteker Tterakit PMK No 3 Tahun 2020
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit yang menyebutkan Apoteker masuk golongan
tenaga non medik?
Jawab :
Pertama sebagai apoteker tentu prihatin dan mengkritik keras dan tentunya mempunyai aspirasi
untuk memperjuangkan hak kita sebagai tenaga kerja medis dan boleh mengajukan ke Organisasi
induk kita seperti IAI. Karena bagaimana masyarakat bisa percaya dengan kita kalau kita
digolongkan sebagai non medik padahal obat itu kan masuknya ke medis dan apoteker pun
berperan juga langsung terhadap pasien.

3. Ketika wabah covid-19 melanda Indonesia, banyak beredar APD yang tidak mempunyai AKL,
izin peredaran rapid test covid dan APD import cukup rekomendasi dari BNPB, sebagai apoteker
proffesional bagaimana tanggapan saudara?
Jawab :
Sebenarnya produksi APD itu harus ada izin edar dan mengikuti regulasi yang ada. Tetapi,
dilihat dari situasi sekarang karena kondisi COVID-19 yang makin meningkat kemenkes
mempercepat izin edar untuk produksi seperti APD, masker dll. Sebagai apoteker dengan melihat
kondisi sekarang yang sedang darurat percayakan kepada BNPB karena di BNPB sendiri pasti
punya tim untuk mengecek profil perusahaan distributornya dan nomer regitrasi distributornya
atau lisensinya dalam distribusi alkes

Anda mungkin juga menyukai