Anda di halaman 1dari 4

Radiografi

System radiografi digital sudah banyak dipakai untuk mendukung imejing kedokteran,
namun baru sedikit studi/kajian tentang kualitas performa CR dalam artian RFA, keterbatasan
ini karena sulitnya mendapatkan data statistic dari CR untuk dapat dihitung (Douglas, 2008).
Analisis dari film yang ditolak ( reject film) memberikan informasi berupa indikasi penyebab
kesalahan sebuah radiografi dan perbaikan-perbaikan yang bisa dilakukan. Meskipun dalam
pemeriksaan radiologi diagnostic telah menggunakan teknologi pencitraan CR, masih sering
dijumpai kesalahan-kesalahan yang selanjutnya juga berdampak terhadap proporsi
penolakan atau pengulangan radiografi. Factor-faktor penyebab penolakan atau
pengulangan radiografi memang tidak sepenuhnya identik dengan factor-faktor kesalahan
umum yang dijumpai pada pemeriksaan radiologi diagnostic dengan menggunakan
teknologi konvensional radiografi. Beberapa factor tambahan penyebab penolakan atau
pengulangan radiografi pada teknologi pencitraan dengan CR antara lain : teknik CR/ posisi
image pada kaset/ luas lapangan yang yang terlalu kecil, kode organ yang tidak tepat,
kesalahan-kesalahan pemindaian secara digital ( digital faults) dan kesalahan prosesor
(prosesor faults), dan kesalahan yang bisa terjadi pada saat foto rontgen adalah posisi yang
tidak tepat sehingga hasil foto yang didapatkan menjadi kurang berkualitas dan gambaran
yang dihasilkan tidak tajam, atau ukuran yang dihasilkan oleh radiografi berbeda dengan
ukuran objek aslinya, sehhingga menjadi factor penyebab kesalahan dalam
menginterpretasikan hasil radiografi.  

POSISI PEMERIKSAAN
1.   Posisi PA (Postero Anterior)

Pada posisi ini film diletakkan di depan dada, siku ditarik kedepan supaya scapula tidak
menutupi parenkim paru.
2.   Posisi AP (Antero Posterior)

Dilakukan pada anak-anak atau pada apsien yang tidak kooperatif. Film diletakkan dibawah
punggung, biasanya scapula menutupi parenkim paru. Jantung juga terlihat lebih besar dari
posisi PA

3.   Posisi Lateral Dextra & Sinistra

Posisi ini hendaknya dibuat setelah posisi PA diperiksa. Buatlah proyeksi lateral kiri kecuali
semua tanda dan gejala klinis terdapat di sebelah kanan, maka dibuat proyeksi lateral
kanan,berarti sebelah kanan terletak pada film. Foto juga dibuat dalam posisi berdi

4. Posisi Lateral Dekubitus

Foto ini hanya dibuat pada keadaan tertentu,yaitu bila klinis diduga ada cairan bebas dalam
cavum pleura tetapi tidak terlihat pada foto PA atau lateral. Penderita berbaring pada satu sisi
(kiri atau kanan). Film diletakkan di muka dada penderita dan diberikan sinar dari belakang
arah horizontal.

5.   Posisi Apikal (Lordotik)

Hanya dibuat bila pada foto PA menunjukkan kemungkinan adanya kelainan pada daerah
apex kedua paru. Proyeksi tambahan ini hendaknya hanya dibuat setelah foto rutin diperiksa
dan bila ada kesulitan menginterpretasikan suatu lesi di apex.
6.   Posisi Oblique Iga

Hanya dibuat untuk kelainan-kelainan pada iga (misal pembengkakan lokal) atau bila
terdapat nyeri lokal pada dada yang tidak bisa diterangkan sebabnya, dan hanya dibuat
setelah foto rutin diperiksa. Bahkan dengan foto oblique yang bagus pun, fraktur iga bisa
tidak terlihat.

7.    Posisi Ekspirasi

Adalah foto toraks PA atau AP yang diambil pada waktu penderita dalam keadaan ekspirasi
penuh. Hanya dibuat bila foto rutin gagal menunjukkan adanya pneumothorax yang diduga
secara klinis atau suatu benda asing yang terinhalasi.

SYARAT / KRITERIA GAMBARAN FOTO THORAX PA        


1. Seluruh lapangan paru tampak atau tercover

2. Batas atas Apex paru tampak (tidak terpotong)

3. Batas bawah Kedua Sinus Prenico costalis tidak terpotong

4. Kedua Sterno Clavicular Joint tampak simetris kanan dan kiri

5. Lapangan Pulmo terbebas dari gambaran os. Scapula

6. Inspirasi penuh ditunjukkan dengan terlihatnya Costae 9-10 Posterior

7. Faktor Eksposi cukup ditunjukkan dengan terlihatnya CV Thoracal 1-4

8. Tampak Carina (percabangan Bronkus) setinggi CV Thoracal 3 atau 4

9.  Tampak gambaran vaskularisasi paru10. Diafragma terlihat naik, tampak gambaran


jantung

Referensi

 AAPM. 2002. Quality control in diagnostic radiology: (Report No. 74), Medical Phyisiscs
Publishing.

Adler, A. M and Carlton, R. 2001 Principles of Radiodiagraphic Imaging : An Art and A


Science, Third Edition. New York : Thomson Learning.

Anda mungkin juga menyukai