Anda di halaman 1dari 42

PEMERIKSAAN PENUNJANG KASUS BBLR

Kritisi Pemeriksaan Laboratorium Kasus dari Kelompok


Dari hasil kritisi kelompok dilihat dari kasus Ny.S.I dengan diagnosa medis BBLR,
NKB, SMK dan hiperbilirubin indirect namun kasus tidak melampirkan hasil
laboratorium yang seharusnya terlampirkan, pemeriksaan darah lengkap meliputi
(hematologi, kimia klinik, analisa gas darah, elektrolit), selain itu yang harus
dilampirkan yaitu pemeriksaan darah rutin, bilirubin, kadar elektrolit, untuk
memudahkan tenaga medis dalam mendeteksi penyakit, menentukan resiko,
memantau perkembangan penyakit dan memantau sejauh mana perkembangan
pengobatan.
Sumber : Kementrian RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinis. Jakarta.

Pemeriksaan Laboratorium Tambahan Dari Kelompok


Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Penjelasan
TES DARAH RUTIN
Kalsium (Ca) Tidak Janin: 5,0-6,0mg/dL Batas nilai yang membahayakan
Terionisasi terlampir BBL : : <2,2 atau > 7mg/dl.
pada kasus 3-24 jam= 4,3-5,1 Untuk mengetahui fungsi fungsi
mg/dL paratiroid, metabolisme kalsium,
24-48 jam = 4,0-4,7 memonitor pasien dengan gagal
mg/dL ginjal, transplantasi ginjal,
Setelah 48 jam = 4,8- memonitor kadar Ca setelah
4,92 mg/dL transfusi darah dalam jumlah
besar
Calcium (Ca) Total Tidak Janin : 9,0-11,5 mg/dL Batas nilai yang membahayakan
terlampir BBL : : <6 atau > 14 mg/dl.
pada kasus 3-24 jam = 9,0-10,6 Digunakan untuk mengetahui
mg/dL fungsi paratiroid, meyabolisme
24-48 jam = 7,0 kalsium, memonitor pasien
sampai 10,6 mg/dl dengan gagal ginjal,
transplantasi ginjal, memonitor
Ca setelah transfusi darah dalam
jumlah besar.
Klorida (CI) Tidak Janin : 96-104mEq/L Batas yang membahayakan :
terlampir BBL : 97-110 mEq/L <80-115 mEq/L.
pada kasus Dilakukan pemeriksaan dengan
elektrolit lain untuk lebih
mengetahui kesinambungan
asam basa
Kolesterol total Tidak 170-199 mg/dl Dibawah nilai normal :
terlampir <170mg/dl
pada kasus Tinggi : >200 mg/dl
Digunakan sebagai bagian dari
panel lipid untuk
mengidentifikasi pasien yang
berisiko memiliki penyakit
arteriosklerosis pada jantung.
Laju Endapan Darah Tidak Metode westergren Digunakan untuk memonitor
(LED) terlampir BBL : 0-2mm/jam berbagai penyakit, respons dari
pada kasus Anak : 0-10mm/jam terapi, dapat juga digunakan
untuk perbedaan berbagai
Metode Wintrobe penyakit.
Anak : 0-13mm/jam
Glukosa Tidak Janin : 45-96mg/dl Batas nilai yang membahayakan
terlampir BBL 1hari : 40- BBL : <30 dan >300mgdl
pada kasus 60mg/dl Bayi : <40mg/dl
BBL >1 hari : 50- Digunakan untuk memonitor
90mg/dl hiper/hipoglikemia, risiko
diabetes, respons terhadap kerja
insulin.
Hormon Tidak 1 hari : 5-53 ng/dl Digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan (GH, terlampir 1 minggu : 5-27ng/ml hormon pertumbuhan pada
Somatotroponin) pada kasus 1-12 bulan : 2- remaja dengan pertumbuhan
10ng/ml yang lambat, keterlambatan
kematangan seksualitas, juga
untuk menentukan kelebihan
hormon pada pasien dengan
akromegali
Hemotokrit (HCT) Tidak 1 hari : 0,48-0,69 Batas nilai yang membahayakan
terlampir volume fraction : <0,15 atau >0,60
pada kasus 2 hari : 0,48-0,75 Dievaluasi sebagai darah
volume fraction lengkap;digunakan untuk
3 hari : 0,44-0,72 mengevaluasi kondisi dari
volume fraction ketidaknormalan sel darah
2 bulan : 0,28-0,42 merah yang rendah (contoh,
volume fraction anemia) atau ketidaknormalan
6-12 tahun : 0,35-0,45 sel darah merah yang tinggi
volume fraction (contoh : eritrositosis,
12-18 tahun : polisitemia).
Laki-laki 0,39-0,49
volume fraction
Perempuan 0,36-0,45
volume fraction
Hemoglobin (Hb) Tidak 1-3hari: 14,5-22,5 Batas nilai yang membahayakan
terlampir g/dl <5 g/dl - >20 g/dl
pada kasus 2 bulan : 9,0-14,0 g/dl Dievaluasi sebagai bagian dari
6-12 tahun : 11,5-15,5 darah lengkap; digunakan untuk
12-18 tahun : mengavaluasi kondisi dari
Laki-laki = 13,0-16,0 ketidaknormalan sel darah
g/dL merah yang rendah
Perempuan : 12,0- (contoh:anemia) atau
16.0 g/dL ketidaknormalan sel darah
merah yang tinggi (contoh:
eritrositosis, polisitemia).
Immunoglobun A Tidak Janin : 1,4-3,6 mg/dL Digunakan untuk mengevaluasi
(IgA) terlampir 1-3 bulan : 1,3-53 rheumatoid, gangguan
pada kasus mg/dL autoimun, luka bakar, anak
4-6 bulan : 4,4-8,4 dengan asma, penyakit hati
mg/dL kronis.
7-12 bulan : 11-106
mg/dL
2-5 tahun : 14-159
mg/dL
6-10 tahun : 33-236
mg/dL
Dewasa : 70-312
mg/dL
Immunoglobin D Tidak BBL : Tidak terdeteksi Digunakan untuk mengetahui
(IgD) terlampir Setelah usia bayi baru infeksi kronik, penyakit jaringan
pada kasus lahir : 0-8mg/dL ikat, AIDS.
Immunoglobin E Tidak Laki-laki : 0-230 Digunakan untuk mengevaluasi
(IgE) terlampir IU/mL reaksi alergi
pada kasus Perempuan : 0-170
IU/mL
Immunoglobin G Tidak Janin : 636-1606 Digunakan untuk mengetahui
(IgG) terlampir mg/dL kronik, infeksi berulang,
pada kasus 1 bulan : 251-906 penyakit hati, limpoma, TBC,
mg/dL rematoid atritis, LUPUS, AIDS,
2-4 bulan : 176-601 anemia apiastik, penyakit
mg/dL autoimun.
5-12 bulan : 172-
1.069 mg/dL
1-5 tahun : 345-1.236
mg/dL
6-10 tahun : 608-
1.572 mg/dL
Dewasa : 639-1.249
mg/dL
Immunoglobin M Tidak Janin : 6,3-25mg/L Digunakan untuk mendeteksi
(IgM) terlampir 1-4 bulan : 17-105 infeksi bawaan; mendiagnosa,
pada kasus mg/dL evaluasi dan memonitor
5-9 bulan : 33- infeksi.
126mg/dL
10-12 bulan : 41-173
mg/dL
2-8 tahun : 43-207
mg/dL
9-10 tahun : 52-242
mg/gL
Zet Besi (Fe) Tidak BBL : 100-250 mcg/dL Keracunan pada anak : 280-
terlampir Bayi : 40-100 mcg/dL 2.550 mcgdL
pada kasus Anak : 50-120 mcg/dL Digunakan untuk mengetahui
penyimpanan zat besi.
Timbal (Pb) Tidak Anak : <10 mcg/dL Batas nilai yang
terlampir membahayakan
pada kasus Anak-anak : >70 mcg/dL
Dewasa : >70mcg/dL
Digunakan untuk mengetahui
keracunan oleh timbal.
Magnesium (Mg) Tidak BBL : 1,2-2,0 mmol/L Batas nilai yang membahayakan
terlampir 1-4 : 1,4-1,7mmol/L : <0,5 atau >3 mEq/L
pada kasus
Saturasi Oksigen Tidak BBL : 85-90% Batas nilai yang membahayakan
(SaO2) terlampir : <75%
pada kasus Digunakan untuk monitor
status oksigen pasien.
Phenilalanine Tidak Prematur : 2,0-7,5 Digunakan untuk mengetahui
terlampir mg/dL Phenil keton uria (PKU) pada
pada kasus BBL : 1,2-3,4 mg/dL bayi baru lahir.
Trombosit Tidak <1minggu : 84-478 Batas nilai digunakan yang
terlampir x103/mm3 membahayakan : <50 x
pada kasus Setelah usia 1 x103/mm3
minggu : 150-400 Digunakan untuk
x103/mm3 mengevaluasikan
trombositopenia; trombositosis,
polisitemia
Potasium (K) Tidak BBL : 3,0-6.0 mmol/L Batas nilai yang membahayakan
terlampir BBL : <2,5 atau >8 mEq/L
pada kasus Digunakan untuk menilai
keadaan hiper/hipokalemia.
Eritrosit Tidak Janin : 3,9-5,5 Fungsi utama eritrosit adalah untuk
terlampir juta/mm3 mengangkut oksigen dari paru-

pada kasus 1-3 hari : 4.0-6,6 paru ke jaringan tubuh dan

mengangkut CO2 dari jaringan


juta/mm3
tubuh ke paru-paru oleh Hb.
1 minggu 3,9-6,3
 Jumlah sel darah merah
juta/mm3
menurun pada pasien anemia
2 ming

leukemia, penurunan fungsi


ginjal, talasemin, hemolisis dan

lupus eritematosus sistemik.


Dapat juga terjadi karena obat
(drug induced anemia).
Misalnya: sitostatika,

antiretroviral.
Sel darah merah meningkat pada

polisitemia vera, polisitemia


sekunder, diare/dehidrasi, olahraga

berat, luka bakar, orang yang


tinggal di dataran tinggi.
Sodium (Na) Tidak  Bayi baru lahir: 134 Batas nilai yang membahayakan
terlampir sampai 146 mEq/L <120 atau >160 mEq/L
pada kasus atau 134 sampai
146 mmol/L Digunakan untuk menentukan
 Bayi: 139 sampai hiper/hipo natremia
146 mEq/L atau
139 sampai 146
mmol/L
 Anak: 138 sampai
145 mEq/L atau
138 sampai 145
mmol/L
 Setelah usia anak
136 sampai 146
mEq/L atau 136
sampai 146
mmol/L
Teofilin Tidak  Brokodilator 10 Digunakan untuk memonitor
terlampir sampai 20 mcg/mL konsentrasi terapetik dari
pada kasus atau 56 sampai theopilin dalam tubuh
110 umol/L
 Apnea premature
5-10 mcg/mL atau
28 sampai 56
umol/L
 Konsentrasi toksik
> 20 mcg / mL
atau > 110 umol/L
Trigliserida Tidak  Janin Batas nilai yang membahayakan
terlampir  Laki-laki: 10 >400 mg/dL
pada kasus sampai 98 mg/dL
atau 0,10 sampai Pemeriksaan menunjukan
0,98 g/L bagian dari profil lipid:
 Perempuan: 10 digunakan untuk menilai resiko
sampai 98 mg/dL penyakit koronaria dan vaskuler
atau 0,10 sampai
0,98 g/L
 0 sampai 5 tahun
 Laki-laki: 30
sampai 86 mg/dL
atau 0,30 sampai
0,86 g/L
 Perempuan: 32
sampai 99 mg/dL
atau 0,32 sampai
0,99 g/L
Leukosit Tidak Janin: 9,0 sampai 3,0 Batas nilai yang membahayakan
terlampir x 1000 sel/ mm³ <2,5 atau >30 x 1000 sel/mm³
pada kasus 24 jam : 9,4 sampai
34,0 x 1000 sel/mm³ Digunakan untuk memonitor
1 bulan: 5,0 sampai infeksi, inflamasi, kerusakan
19,5 x 1000 sel/mm³ sumsum tulang
Hitung jenis leukosit Tidak  Mielosit: 0% dari Digunakan untuk menentukan
terlampir keseluruhan darah bakteri penyebab infeksi yang
pada kasus atau 0 sel/mm³ sedang berkembang, infeksi
 Neutrophil akut yang disebabkanoleh virus,
 Bands: 3% sampai reaksi alergi
5%dari keseluruhan
darah
 Segs: 54% sampai
64 %dari
keseluruhan darah
 Limfosit 25%
sampai 33% dari
keseluruhan darah
 Monosit 3% sampai
7% dari keseluruhan
darah
 Eosinofil : 1%
sampai 3 % dari
keseluruhan darah
 Basophil : 0%sampai
0,75% dari
keseluruhan
TES HEMOSTASIS
Waktu Pembekuan Tidak  Tabung kaca: 5 Digunakan untuk mengukur
terlampir sampai 8 efek antikoagulan dari thrombin
pada kasus menit inhibitor; defisiensi faktor
 Suhu ruangan: pembekuan
5 sampai 15
menit
 Tabung silicon:
30 menit
Level Fibrinogen Tidak Tingkat plasma Batas nilai yang membahayakan
terlampir normal <100 mg/dL
pada kasus  Bayi baru lahir:
125 sampai Digunakan untuk mengevaluasi
300 mg/dL penyakit liver, malnutrisi,
atau 1,25 karsinoma tingkat lanjut,
sampai 3,00 penyakit jantung coroner, reaksi
g/L peradangan
 Setelah usia
bayi baru lahir;
200 to 400
mg/dL or 2,00
to 4,00 g/L
Partial Tidak  Tidak Batas nilai yang membahayakan
Thromboplastin terlampir teraktivasi: 60 > 100 detik
(PTT) pada kasus sampai 85
detik Digunakan untuk mengevaluasi
 Teraktivitasi : defisiensi faktor pembekuan,
25 to sampai defisiensi vitamin K, koagulasi
35 detik intravascular desiminata.
Partialrombin Time Tidak  Satu tahap Digunakan untuk mengevaluasi
(PT) terlampir  Secara umum defisiensi faktor pembekuan
pada kasus 11 sampai 15
detik
 Bayi baru lahir:
memanjang
antara 2
sampai 3 detik
 Dua tahap
yang
dimodifikasi:
18 sampai 22
detik
Thrombin Time Tidak Waktu control ±2 Digunakan untuk skrining tes
terlampir detik saat control cepat defisiensi fibrinogen
pada kasus adalah detik ke 9
sampai 13
TES ASAM-BASA
Anion Gap (AG) Tidak Jika potassium Jika potassium tidak digunakan

terlampir digunakan dalam dalam perhitungan 12± 4 mEq/L

pada kasus perhitungan: 16 ± 4

mEq/L Anion gap (AG) digunakan untuk


mengidentifikasi asidosis metabolik
Base Excess (Sel Tidak  Bayi baru lahir: - 10 Base Excess (Sel darah dan plasma)

Darah dan Plasma) terlampir sampai -2 mEq/L atau digunakan untuk menentukan

(BE) pada kasus -10 sampai -2 mmol/L asidosis metabolic atau alkalosis
 Bayi: -7 sampai -1

mEq/L atau -7 sampai


-1 mmol/L

 Anak: -4 sampai +2
mEq/L atau -4 sampai

+2 mmol/L
Remaja dan dewasa: -3

sampai +3 mEq/L atau


-4 sampai +2 mmol/L
Bikarbonat (HCO3) Tidak  Arteri : 21 sampai 28 Batas nilai yang membahayakan:

terlampir mEq/L atau 21 sampai <15 atau >40 mEq/L

pada kasus 28 mmol/L


Vena : 22 sampai 29 HCO3 digunakan untuk

mEq/L atau 22 sampai menentukan asidosis metabolic


29 mmol/L atau alkalosis
PCO2 (Karbon Tidak  Nilai normal arteri sel Batas nilai yang membahayakan : <

dioksida, Tekanan terlampir darah dan plasma/ 20 atau >60 mm Hg

parsial) pada kasus whole blood


 Bayi baru lahir 27 Pco2 digunakan untuk menentukan

sampai 40 mm Hg asidosis atau alkalosis primer pada


atau 3,6 sampai 5,3 pernapasan

kPa (kilopascals)
 Bayi : 27 sampai 41

mm Hg atau 3,6
sampai 5,5 kPa

 Usia setelah bayi


 Laki-laki: 35 sampai

48 mm Hg atau 4,7
sampai 6.4 kPa

 Perempuan : 32
sampai 45 mm Hg

atau 4,3 sampai 6,0


kPa
PO2 (Oksigen, Tidak  Lahir : 8 sampai 24 Batas nilai yang membahayakan :

Tekanan parsial) terlampir mm Hg atau 1,1 to <40 mm Hg setelah 1 jam

pada kasus 3,2 kPa (kilopascals)


 5 sampai 10 menit : Secara tidak langsung mengukur

33 sampai 75 mm Hg kandungan O2 dalam darah arteri


atau 4,4 sampai 10,0

kPa
 30 menit: 31 sampai

85 mm Hg atau 4,1
sampai 11,3 kPa

 >1 jam : 55 sampai 80


mm Hg atau 7,3

sampai 10,6 kPa


 1 hari: 54 to 95 mm
Hg or 7,2 to 12,6 kPa
 Usia setelah satu hari

(berkurang seiring
usia): 83 to 108 mm

Hg or 11 to 14,4 kPa
pH Tidak  Premature (48 jam ) : Batas nilai yang membahayakan :

terlampir 7,35 sampai 7,50 pH <7,25 or >7,55


pada kasus atau H+konsentrasi

dari 31 sampai 44 Digunakan untuk mengukur


nmol/L keasaman atau kadar alkalin darah

 Lahir, cukup umur :


7,11 sampai 7,36 pH

atau H+konsentrasi
dari 43 sampai 77

nmol/L
 5 sampai 10 menit:

7,09 sampai 7,30 pH


atau H+ konsentrasi

dari 50 sampai
81nmol/L

 30 menit : 7,21
sampai 7,38 pH or H+

konsentrasi 41 sampai
61 nmol/L

 > 1 jam : 7,26 sampai


7,49 pH atau H+

konsentrasi 32 sampai
54 nmol.L

 1 hari: 7,29 sampai


7,45 pH atau H+

konsentrasi dari 35
sampai 51 nmol/L
Usia setelah satu hari:
7,35 sampai 7,45 pH

atau H+ konsentrasi
dari 35 sampai 44

nmol/L
TES URIN
Tes Kimia Tidak  pH : 4,6 sampai 8,0 Tes kimia bertujuan untuk
terlampir di (rata-rata 6,0) mendeteksi penyakit, mengetahui

kasus  Protein: fungsi organ, mendeteksi racun,


 0 sampai 8 mg/dL obat, atau zat tertentu dan

atau 0 sampai 80 memeriksa kondisi kesehatan


mg/L secara keseluruhan

 Saat istirahat : 50
sampai 80 mg/d

 Setelah aktivitas
berat: <250 mg/d

 Glukosa
 Kuantitatif : <0,5

mg/d atau <2,8


mmol/d

 Kualitatif: negative
 Keton negative

 Leukosit esterate :
negative

Nitrat negatif
Tes Fisik Tidak  Volume Untuk melihat kelainan pada
terlampir  Penampilan : jernih urin
pada kasus  Warna : kuning

 Bau: aroma khas


 Nilai normal 24 jam

 Bayi baru lahir : 50


sampai 300 mL/d
atau 0,05 sampai 0,3
L/d

 Bayi: 350 sampai 550


mL/d atau 0,35

sampai 0,5 L/d


 Anak: 500 sampai

1000 mL/d atau 0,7


sampai 1,4 L/d

 Remaja : 700 sampai


1400 mL/d atau 0,7

sampai 1,4 L/d


 Usia setelah remaja

 Laki-laki: 800
sampai 1800 mL/d

atau 0,8 to 1,8 L/d


 Perempuan: 600

sampai 1600 mL/d


atau 0,6 sampai 1,6

L/d
 Usia setelah remaja
 Laki-laki : 800
sampai 1800 mL/d

atau 0,8 to 1,8 L/d


 Perempuan: 600

sampai 1600 mL/d


atau 0,6 sampai 1,6

L/d
 Gaya berat spesifik

 Secara acak
 Bayi baru lahir :

1.001 sampai 1.020


 Dewasa 1.002
sampai 1.030
 24 jam

 1.015 sampai 1.025


 12-jam setelah

pembatasan cairan
 >1.025

 Osmolalitas
 Secara acak: 50

sampai 1400
mOsm/kg H₂O,

tergantung pada
pemasukan cairan

 12 jam setelah
pembatasan cairan

> 850 mOm / kg


H₂O

 24 jam: 300 smapai


900 mOsm / kg

H₂O
Tes Mikroskopik Tidak  Jenis sel darah putih: Pemeriksaan mikroskopik

terlampir 0 sampai 4 per- diperlukan untuk mengamati sel


pada kasus lapang pandang dan benda berbentuk partikel

kecil/LPK lainnya
 Jumlah sel darah

merah: ≤2 per-
lapang pandang

kecil/L PK
 Cast sel darah merah:

negative
 Bakteri: negative

 Cast: negative
 Kristal: negative
 Kultur urin dan
sensitivitas (C&S)

 Penemuan normal
 Negative: < 10,000

bakteri/ mL urine
Positif: > 100,000

bakteri/mL urine
TES FUNGSI GINJAL
Nitrogen urea Tidak  Nilai normal serum Batas nilai yang membahayakan : >
terlampir  Janin: 21 sampai 40 100 mg/dL indikasi kerusakan

pada kasus mg/dL ginjal yang serius


 Bayi baru lahir: 3

sampai 12 mg/dL Digunakan untuk mengukur fungsi


 Bayi: 5 sampai 18 ginjal dan fungsi hati

mg/dL
 Anak : 5 sampai 18

mg/dL
Dewasa: 10 sampai 20

mg/dL
Kreatinin kinase (CK, Tidak  Janin: 70 sampai 380 Digunakan untuk menentukan luas

CKP) terlampir U/L kerusakan otot miokardial


pada kasus  5 sampai 8jam : 214

sampai 1175 U/L


 24 sampai 33 jam:

130 sampai 1200 U/L


 72 sampai 100 jam:

87 sampai 725 U/L


Dewasa : 5 sampai 130

U/L
Kreatinin Tidak  Bayi baru lahir: 0,3 Batas nilai yang membahayakan >

terlampir sampai 1,2 mg/dL 4 mg/dL indikasi kerusakan serius


pada kasus  Bayi 0,2 sampai 0,4 pada fungsi ginjal

mg/dL
 Anak: 0,3 sampai 0,7 Digunakan untuk memperkirakan
mg/dL laju filtrasi glomelurus

 Remaja: 0,5 sampai


1,0 mg/dL

 Dewasa:
 Laki-laki: 0,6 sampai

1,2 mg/dL
Perempuan : 0,5 sampai

1,1 mg/dL
Creatinine clearance Tidak  Bayi baru lahir: 40 Digunakan untuk mengetahui

(endogen) terlampir smapao 65 mL/min sindrom output yang tinggi pada


pada kasus  <40 tahun jantung, kerusakan fungsi ginjal,

 Laki-laki: 107 sampai kondisi yang disebabkan


139mL/min menurunnya laju filtrasi

Perempuan : 87 sampai
107 mL/min
Asam urat Tidak  Bayi baru lahir : 2,0 Batas nilai yang membahayakan
terlampir sampai 6,2 mg/dL >12 mg/dL

pada kasus  Anak : 2,5 sampai 5,5


mg/dL Digunakan untuk menilai produksi

 Dewasa: berlebih dari asam urat atau


 Laki-laki: 4,0 sampai penurunan ekskresi asam urat

8,5 mg/dL (contoh gagal ginjal)


 Perempuan : 2,7

sampai 7,3 mg/dL


 Nilai normal urine

250 sampai 750 mg/24


jam (A40)
BILIRUBIN
Bilirubin total Tidak <12 mg/dL Cek bilirubin total adalah

terlampir pemeriksaan untuk mengukur


pada kasus jumlah total bilirubin dalam darah.

Bertujuan untuk mengevaluasi


fungsi hati atau membantu
mendiagnosis anemia yang

disebabkan oleh kerusakan sel


darah merah (anemia hemolitik).
Bilirubin direct Tidak 0,0- -8 mg/dL Cek bilirubin direk bertujuan untuk
terlampir mengukur jumlah bilirubin direk di

pada kasus dalam darah. Dari hasil


pemeriksaan ini, akan diketahui

kemungkinan lokasi terjadinya


gangguan. Dalam kondisi normal

alias tidak ada kelainan, bilirubin


direk sebenarnya hampir tidak

pernah ditemukan dalam darah.


Hal itu terjadi karena proses

pembuangan yang terjadi cepat


Bilirubin indirect Tidak 0,0- -0,8 mg/dL Bilirubin indirek artinya bilirubin

terlampir yang harus berikatan dengan


pada kasus protein (albumin) agar dari darah

bisa masuk ke dalam hari.


KIMIA KLINIK
Albumin Tidak 3,5-5,5 mg/dL Albumin di sintesa oleh hati dan
terlampir mempertahankan keseimbangan

pada kasus distribusi air dalam tubuh (tekanan


onkotik koloid). Albumin

membantu transport beberapa


komponen darah, seperti: ion,

bilirubin, hormon, enzim, obat.


 Nilai albumin meningkat dari

ambang batas normal dapat


terjadi pada keadaan dehidrasi.

 Nilai albumin menurun dari


ambang batas dapat terjadi

pada keadaan: malnutrisi,


sindroma absorpsi, hipertiroid,
kehamilan, gangguan fungsi

hati, infeksi kronik, luka bakar,


edema, asites, sirosis, nefrotik

sindrom, SIADH, dan


perdarahan.

ANALISA GAS DARAH

DISORDER pH PRIMER RESPON


KOMPENSASI

ASIDOSIS  HCO3-  pCO2 


METABOLIK

ALKALOSIS  HCO3-  pCO2 


METABOLIK

ASIDOSIS  pCO2  HCO3- 


RESPIRATORI

ALKALOSIS  pCO2  HCO3- 


RESPIRATORI
Sumber :
Kementrian RI. (2011). Pedoman Interpretasi Data Klinis. Jakarta.
AIPNI & AIPVIKI. (2019). Tinjauan Elsevier Keperawatan Anak Edisi 1. Singapore

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kritisi Pemeriksaan Penunjang Kasus Dari Kelompok


Dari hasil kritisi kelompok dilihat dari kasus Ny.S.I dengan diagnosa medis BBLR, NKB, SMK

dan hiperbilirubin indirect tidak melampirkan pemeriksaan penunjang seperti Foto rontgen,
USG (ultrasonografi) kepala, Skor Ballard, Tes kocok (shake test) seharusnya pada kasus

melampirkan pemeriksaan penunjang agar memudahkan tenaga medis memberi kejelasan


dan kepastian terkait penyakit yang diderita pasien, dan untuk memudahkan dokter dalam

mendiagnosis pasien.

PEMERIKSAAN PENUNJANG TAMBAHAN DARI KELOMPOK


No Pemeriksaan Kritisi dari kelompok
1. Pemeriksaan Skor Ballard Seharusnya pada kasus BBLR (Byi berat lahir rendah) dan
NKB (Neonatus kurang bulan) dilakukan pemeriksaan
penunjang yaitu :
Pemeriksaan Skor Ballard merupakan pemeriksaan
dengan penilaian maturitas neuromuskuler dan maturitas
fisik.
Penilaian Maturitas Neuromuskular
a. Postur
Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi
saat istirahat dan adanya tahanan saat otot
diregangkan. Ketika pematangan berlangsung,
berangsur-angsur janin mengalami peningkatan tonus
fleksor pasif dengan arah sentripetal, dimana
ekstremitas bawah sedikit lebih awal dari ekstremitas
atas. Pada awal kehamilan hanya pergelangan kaki
yang fleksi. Lutut mulai fleksi bersamaan dengan
pergelangan tangan. Pinggul mulai fleksi, kemudian
diikuti dengan abduksi siku, lalu fleksi bahu. Pada bayi
prematur tonus pasif ekstensor tidak mendapat
perlawanan, sedangkan pada bayi yang mendekati
matur menunjukkan perlawanan tonus fleksi pasif
yang progresif.
Score dan gambar :

Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan

terlentang dan pemeriksa menunggu sampai bayi


menjadi tenang pada posisi nyamannya. Jika bayi

ditemukan terlentang, dapat dilakukan manipulasi


ringan dari ekstremitas dengan memfleksikan jika

ekstensi atau sebaliknya. Hal ini akan


memungkinkan bayi menemukan posisi dasar

kenyamanannya. Fleksi panggul tanpa abduksi


memberikan gambaran seperti posisi kaki kodok.
b. Square window
Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan

terhadap peregangan ekstensor memberikan hasil


sudut fleksi pada pergelangan tangan. Pemeriksa

meluruskan jarijari bayi dan menekan punggung


tangan dekat dengan jari-jari dengan lembut.

Hasil sudut antara telapak tangan dan lengan


bawah bayi dari preterm hingga posterm

diperkirakan berturut-turut > 90 °, 90 °, 60 °, 45 °,


30 °, dan 0 °

c. Arm Recoil
Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus

otot biseps dengan mengukur sudut mundur


singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan.

Arm recoil dilakukan dengan cara evaluasi saat


bayi terlentang.

Pegang kedua tangan bayi, fleksikan lengan


bagian bawah sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu

rentangkan kedua lengan dan lepaskan.Amati


reaksi bayi saat lengan dilepaskan.
 Skor 0: tangan tetap terentang/ gerakan acak,

 Skor 1: fleksi parsial 140-180 °


 Skor 2: fleksi parsial 110- 140 °

 Skor 3: fleksi parsial 90-100 °


 Skor 4: kembali ke fleksi penuh.

d. Popliteal Angle
Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor

pasif sendi lutut dengan menguji resistensi


ekstremitas bawah terhadap ekstensi. Dengan bayi

berbaring telentang, dan tanpa popok, paha


ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut

tertekuk penuh. Setelah bayi rileks dalam posisi ini,


pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan
lembut dengan satu tangan sementara
mendukung sisi paha dengan tangan yang lain.

Jangan memberikan tekanan pada paha belakang,


karena hal ini dapat mengganggu interpretasi.
Kaki diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti
terhadap ekstensi. Ukur sudut yang terbentuk

antara paha dan betis di daerah popliteal. Perlu


diingat bahwa pemeriksa harus menunggu sampai

bayi berhenti menendang secara aktif sebelum


melakukan ekstensi kaki. Posisi Frank Breech

pralahir akan mengganggu manuver ini untuk 24


hingga 48 jam pertama usia karena bayi

mengalami kelelahan fleksor berkepanjangan


intrauterine. Tes harus diulang setelah pemulihan

telah terjadi.
e. Scarf sing

Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang


bahu. Dengan bayi berbaring telentang, pemeriksa

mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh


dan mendorong tangan bayi melalui dada bagian

atas dengan satu tangan dan ibu jari dari tangan


sisi lain pemeriksa diletakkan pada siku bayi.

Siku mungkin perlu diangkat melewati badan,


namun kedua bahu harus tetap menempel di
permukaan meja dan kepala tetap lurus dan amati
posisi siku pada dada bayi dan bandingkan dengan
angka pada lembar kerja, yakni,
 penuh pada tingkat leher (-1)
 garis aksila kontralateral (0)
 kontralateral baris puting (1)
 prosesus xyphoid (2)
 garis puting ipsilateral (3)
 garis aksila ipsilateral (4)
f. Heel to ear
Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada

gelang panggul dengan memberikan fleksi pasif


atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor

pinggul. Dengan posisi bayi terlentang lalu


pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk,

tarik sedekat mungkin dengan kepala tanpa


memaksa, pertahankan panggul pada permukaan

meja periksa dan amati jarak antara kaki dan


kepala serta tingkat ekstensi lutut ( bandingkan

dengan angka pada lembar kerja).

Penguji mencatat lokasi dimana resistensi signifikan


dirasakan. Hasil dicatat sebagai resistensi tumit
ketika berada pada atau dekat:
telinga (-1)
hidung (0)
dagu (1)
puting baris (2)
daerah pusar (3)
lipatan femoralis (4)

Penilaian Maturitas Fisik


a. Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan
pengembangan struktur intrinsiknya bersamaan
dengan hilangnya secara bertahap dari lapisan
pelindung, yaitu vernix caseosa. Oleh karena itu
kulit menebal, mengering dan menjadi keriput dan
/ atau mengelupas dan dapat timbul ruam selama
pematangan janin. Fenomena ini bisa terjadi
dengan kecepatan berbeda-beda pada masing-
masing janin tergantung pada pada kondisi ibu
dan lingkungan intrauterin.
b. Lanugo
Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh
fetus. Pada extreme prematurity kulit janin sedikit
sekali terdapat lanugo. Lanugo mulai tumbuh
pada usia gestasi 24 hingga 25 minggu dan
biasanya sangat banyak, terutama di bahu dan
punggung atas ketika memasuki minggu ke 28.
Lanugo mulai menipis dimulai dari punggung
bagian bawah. Daerah yang tidak ditutupi lanugo
meluas sejalan dengan maturitasnya dan biasanya
yang paling luas terdapat di daerah lumbosakral.
Pada punggung bayi matur biasanya sudah tidak
ditutupi lanugo. Variasi jumlah dan lokasi lanugo
pada masing-masing usia gestasi tergantung pada
genetik, kebangsaan, keadaan hormonal,
metabolik, serta pengaruh gizi. Sebagai contoh
bayi dari ibu dengan diabetes mempunyai lanugo
yang sangat banyak.

Sebelum perkembangan lapisan epidermis dengan


stratum corneumnya, kulit agak transparan dan

lengket ke jari pemeriksa. Pada usia perkembangan


selanjutnya kulit menjadi lebih halus, menebal dan

menghasilkan pelumas, yaitu vernix, yang


menghilang menjelang akhir kehamilan. pada
keadaan matur dan pos matur, janin dapat

mengeluarkan mekonium dalam cairan ketuban. Hal


ini dapat mempercepat proses pengeringan kulit,

menyebabkan mengelupas, pecah-pecah, dehidrasi,


sepeti sebuah perkamen.

Pada melakukan skoring pemeriksa hendaknya


menilai pada daerah yang mewakili jumlah relatif

lanugo bayi yakni pada daerah atas dan bawah dari


punggung bayi

c. Permukaan Plantar
Garis telapak kaki pertama kali muncul pada

bagian anterior ini kemungkinan berkaitan dengan


posisi bayi ketika di dalam kandungan. Bayi dari

ras selain kulit putih mempunyai sedikit garis


telapak kaki lebih sedikit saat lahir. Di sisi lain pada

bayi kulit hitam dilaporkan terdapat percepatan


maturitas neuromuskular sehingga timbulnya garis

pada telapak kaki tidak mengalami penurunan.


Namun demikian penialaian dengan
menggunakan skor Ballard tidak didasarkan atas
ras atau etnis tertentu

Bayi very premature dan extremely immature tidak


mempunyai garis pada telapak kaki. Untuk
membantu menilai maturitas fisik bayi tersebut
berdasarkan permukaan plantar maka dipakai
ukuran panjang dari ujung jari hingga tumit.
 Untuk jarak kurang dari 40 mm
 diberikan skor -2,
 untuk jarak antara 40 hingga 50 mm
 diberikan skor -1.
Hasil pemeriksaan disesuaikan dengan skor di
tabel.

d. Payudara
Areola mammae terdiri atas jaringan mammae

yang tumbuh akibat stimulasi esterogen ibu dan


jaringan lemak yang tergantung dari nutrisi yang

diterima janin.

Pemeriksan menilai ukuran areola dan menilai ada


atau tidaknya bintik-bintik akibat pertumbuhan
papila Montgomery. Kemudian dilakukan palpasi
jaringan mammae di bawah areola dengan ibu jari
dan telunjuk untuk mengukur diameternya dalam
millimeter.
e. Telinga dan Mata

 Pemeriksaan Daun telinga pada fetus mengalami


penambahan kartilago seiring perkembangannya

menuju matur. Pemeriksaan yang dilakukan


terdiri atas palpasi ketebalan kartilago kemudian

pemeriksa melipat daun telinga ke arah wajah


kemudian lepaskan dan pemeriksa mengamati

kecepatan kembalinya daun telinga ketika


dilepaskan ke posisi semulanya.
Pada bayi prematur daun telinga biasanya akan

tetap terlipat ketika dilepaskan.

 Pemeriksaan mata pada intinya menilai


kematangan berdasarkan perkembangan

palpebra. Pemeriksa berusaha membuka dan


memisahkan palpebra superior dan inferior

dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari.

Pada bayi extremely premature palpebara akan

menempel erat satu sama lain. Dengan


bertambahnya maturitas palpebra kemudian bisa

dipisahkan walaupun hanya satu sisi dan


meningggalkan sisi lainnya tetap pada posisinya.

f. Genitalia
 Pada Pria
Testis pada fetus mulai turun dari cavum

peritoneum ke dalam scrotum kurang lebih


pada minggu ke 30 gestasi. Testis kiri turun

mendahului testis kanan yakni pada sekitar


minggu ke 32. Kedua testis biasanya sudah

dapat diraba di canalis inguinalis bagian atas


atau bawah pada minggu ke 33 hingga 34

kehamilan. Bersamaan dengan itu, kulit


skrotum menjadi lebih tebal dan membentuk

rugae.

Testis dikatakan telah turun secara penuh


apabila terdapat di dalam zona berugae.
Pada nenonatus extremely premature
scrotum datar, lembut, dan kadang belum
bisa dibedakan jenis kelaminnya. Berbeda
halnya pada neonatus matur hingga
posmatur, scrotum biasanya seperti
pendulum dan dapat menyentuh kasur
ketika berbaring.
 Wanita
Untuk memeriksa genitalia neonatus

perempuan maka neonatus harus


diposisikan telentang dengan pinggul

abduksi kurang lebih 45o dari garis


horisontal. Abduksi yang berlebihan dapat
menyebabkan labia minora dan klitoris
tampak lebih menonjol sedangkan aduksi

menyebabkan keduanya tertutupi oleh labia


majora.

Pada neonatus extremely premature labia


datar dan klitoris sangat menonjol dan

menyerupai penis. Sejalan dengan


berkembangnya maturitas fisik, klitoris

menjadi tidak begitu menonjol dan labia


minora menjadi lebih menonjol. Mendekati

usia kehamilan matur labia minora dan


klitoris menyusut dan cenderung tertutupi

oleh labia majora yang membesar.


INTERPRESTASI HASIL

Masing-masing hasil penilaian baik maturitas


neuromuskular maupun fisik disesuaikan dengan skor

di dalam tabel dan dijumlahkan hasilnya. Interpretasi


hasil dapat dilihat pada tabel skor.
TABEL THE NEW BALLARD SCORE
Sumber :

Mariza.I.(2003).Pengukuran Kinerja Dengan Balanced


Scorecard. Staf Pengajar Universitas Pelita Harapan &

Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Ubinus. Journal


The Winners, Vol. 4 No. 2, September 2003: 127-137.

Jakarta.
2. Foto rontgen Seharusnya pada pasien NKB (Neonatus kurang bulan)

penting dilakukanya foto thaorax karna untuk melihat


ganguuan pernapasan pada neonatus, gangguan

pernafasan yng bisa terjadi yaitu:


1. Transient Tachypnea of The NewBorn ( TTN )

2. Meconium Aspiration Syndrome ( MAS )


3. Neonatal Pneumonia

4. Respiratory Distress Syndrome ( RDS )


5. Persisten Pulmonary Hypertension of The

Newborn (PPHN.
Foto rontgen adalah prosedur pemeriksaan medis yang

menggunakan radiasi gelombang elektromagnetik untuk


mendapatkan gambaran bagian dalam tubuh. Foto thorax

pada neonatus paling sering dilakukan karena untuk


melihat posisi PA dan lateral, Proyeksi frontal diambil

secara AP dengan posisi supine, lateral supine/horizontal


beam.
Neonatus dalam incubator pemotretan dilakukan

dengan bayi tetap dalam incubator.

Ini salah satu contoh gambar neonatal pneumonia.

Ini salah satu contoh respiratory distress syndrome

Sumber :

Dr. F.Mardiana W,Sp.Rad(K) Bagian Radiologi FK


UNDIP/RS.dr. Kariadi.
Harding, M. Patient (2015). Radionuclide Scan
3. Shake test (Uji kocok) Pada bayi prematur penting sekali untuk melakukan sgake
test (uji kocok) yang erupakan suatu uji diagnnostik yang
menggunakan cairan lambung bayi baru lahir bersama
etanol 96% dengan pengenceran tertentu untuk
mengetahui kematangan dan kemampuan fungsi paru.

Cara melakukan tes ini yakni dengan mengambil


sebanyak 0,5 cc cairan lambung 20 menit setelah bayi
lahir, kemudian cairan lambung dicampurkan ke dalam 0,5
cc cairan normal salin selama 15 detik, dan 1 cc etanol
95%, campuran ketiga cairan tersebut akan teragitasi
selama 15 detik.

Setelah 15 menit, amati apakah muncul gelembung. Jika


ada gelembung, maka tes dinyatakan positif (kadar
surfaktan dalam paru bayi cukup). Namun, jika tidak ada
gelembung maka hasil tes menjadi negatif (kadar
surfaktan paru sangat minimal). Kadar surfaktan yang
kurang pada bayi berkaitan dengan penyakit Hyaline
Membrane Disease (HMD).

Hasil :
 Positif: bila timbul gelembung udara yang
membentuk cincin didalam tabung reaksi artinya
surfactant terdapat pada paru, dalam jumlah yang
cukup.
 Negative : bila tidak terdapat gelembung artinya
tidak terdapat surfactant dan kemungkinan akan
terjadi HMD besar
 Ragu : bila terdapat gelembung tetapi tidak
membentuk cincin artinya waspada terhadap
kemugkinan HMD

Sumber : O’brien WF, Cefalo RC. Clinical applicability of


.

amniotic fluid tests for fetal pulmonic maturity. Am J

Obstet Gynecol 1980; 136; 135-144.


4. USG (ultrasonografi) Pemeriksaan USG kepala dilakukan terutama pada bayi
kepala
prematur untuk mendeteksi adanya perdarahan

intrakranial.
Ultrasonografi atau yang sering disebut dengan USG

adalah salah satu teknologi pencitraan yang


memanfaatkan gelombang suara dengan frekuensi tinggi
untuk dapat memberikan gambaran dari bagian tubuh

yang dikenai. Jika tidak menemukan sesuatu yang aneh


terjadi pada bagian kepala bayi setelah dilakukan

pemeriksaan USG kepala, hal itu berarti bayi menunjukkan


hasil yang normal.

Hasil yang abnormal dapat menunjukkan beberapa hal

sebagai berikut:
 Adanya kemungkinan pendarahan di otak.

Menandakan pendarahan intraventrikuler. Tes akan


dilakukan kembali atau diulang untuk menemukan

pendarahan dan penyebabnya.


 Adanya daerah yang mencurigakan atau lesi di sekitar

ventrikel otak. Kemungkinan merupakan


tanda periventricular leukomalacia (PVL).

 Otak dan ventrikel membesar karena penumpukan


cairan serebrospinal. Ini merupakan penanda

hidrosefalus
Sumber : Hardiono.D. (2013). Deteksi Dini Kelainan
Neurologis pada Bayi Bermasalah. Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-

RSCM LXV

TERAPI YANG DIBERIKAN

No. Terapi yang ada pada Kasus Kritisi Kasus dari Kelompok
1. Ampisulbac 2 X 80 Mg Pasien mendapatkan terapi obat Ampicilin
Sulbactan karena pada pasien dengan berat badan

lahir rendah rentan mengalami resiko terjadinya


permasalahan seperti infeksi saluran napas, saluran

pencernaan, jantung. Pada pasien diberikan


ampisilin sulbactan karena bayi lahir kurang bulan
sehingga paru-paru bayi belum matang. Resiko
terjadinya infeksi saluran napas sangat tinggi pada

bayi dengan berat badan lahir rendah dan kurang


bulan pada saat lahir.

Ampicillin Sulbactan berguna untuk pengobatan


infeksi yang disebabkan oleh bakteri, salah satunya

adalah infeksi saluran pernapasan.


2. Gentamicin 1 x 8 mg Pasien mendapatkan terapi obat Gentamicin

karena pada pasien dengan berat badan lahir


rendah rentan mengalami resiko infeksi terhadap

bakteri. Gentamicin digunakan untuk mencegah


dan mengobati infeksi bakteri (Hidayat Felix, 2019).
3. San B plek 1x0,3 cc Pasien mendapatkan terapi obat San B plek karena
pada pasien reflek menghisapnya masih rendah

sehingga pasien membutuhkan asupan nutrisi


untuk memenuhi kebutuhan asupan vitamin.

San B plek berguna untuk memenuhi kebutuhan


asupan vitamin pada bayi baru lahir.
4. kafein oral 1x4mg Pasien mendapatkan terapi obat Kafein Oral
karena bayi yang lahir premature biasanya

memiliki paru-paru yang belum berkembang


secara optimal sehingga rentan terhadap berbagai

komplikasi salah satunya adalah apnea. Obat


Kafein digunakan untuk mencegah atau

mengurangi episode apnea pada bayi premature


(Susprawita Sari, Guslihan Dasa Tjipta, Dachrul Ady,

2004).
5. Injeksi Vitamin K Pasien mendapatkan terapi injeksi vitamin K

karena pada bayi baru lahir relative kekurangan


vitamin K yang disebabkan oleh berbagai alasan

antara lain karena simpanan vitamin K yang rendah


pada saat bayi baru lahir, sedikitnya transfer

vitamin K melalui plasenta, rendahnya kadar


vitamin K pada ASI dan sterilitas saluran cerna.
Vitamin K berguna untuk mencegah perdarahan

diberbagai organ tubuh seperti otak, lambung dan


usus. (Kementerian Kesehatan RI, 2011)
6. PASI/ASI 10 x 15-20 cc lewat oral dan Pada pasien BBLR menggunakan selang OGT
10 x 30-40 cc lewat OGT karena pasien memiliki reflek rooting dan isap

yang lemah sehingga membutuhkan selang OGT


untuk pemberian nutrisi.
7. Foto terapi Pada bayi yang memiliki hiperbilirubin, dan atau
bayi kuning/ aundice memerlukan perawatan

fototerapi menggunakan bantuan sinar ultraviolet


untuk mengurangi kadar bilirubin pada bayi.

Fototerapi merupakan salah satu terapi untuk


hiperbilirubinemia neonatus. Fototerapi ini

biasanya akan dihentikan selama 30 menit setiap


3-4 jam sekali.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam fototerapi


 seluruh pakaian bayi perlu ditanggalkan,

agar kulit bayi terkena sinar ultraviolet


buatan sebanyak mungkin.

 mata bayi harus tertutup guna melindungi


lapisan saraf mata (retina) dari paparan

sinar.
 kadar bilirubin diperiksa paling sedikit

sekali dalam sehari. Setidaknya setiap 4-6


jam setelah proses fototerapi dimulai.

Begitu kadar bilirubin sudah menurun,


maka bayi anda akan diperiksa setiap 6-12

jam sekali.
 bayi anda tetap diberikan asi atau susu

selama terapi ini berlangsung.


Selama perawatan, suhu bayi anda akan
dipantau untuk memastikan tidak terlalu
panas dan akan diperiksa tanda-tanda

dehidrasi. Penanganan menggunakan


fototerapi akan dihentikan setelah kadar

bilirubin turun ke tingkat yang aman, dan


biasanya fototerapi ini memakan waktu 1-2

hari. Adapun efek samping fototerapi


dehidrasi, diare, dan timbulnya ruam kulit

yang akan hilang begitu terapi atau


perawatan dihentikan

Sumber:

HS Choices UK (2015). Newborn jaundice. Medline


Plus (2017). National Institutes of Health, U.S

National Library of Medicine. Newborn jaundice –


discharge. Case-Lo, C (2017). Healthline. Bilirubin

Blood Test.
8. Thermogulasi Pada BBLR membutuhkan bantuan dan waktu

(metode kangguru) untuk menyesuaikan kehidupan di luar rahim,


membutuhkan bantuan agar tetap hangat dan
mendapatkan ASI yang cukup untuk tumbuh. Satu
cara untuk menolong bayi mendapatkan
kebutuhan ini adalah menjaga tubuh bayi tetap
kontak dengan kulit ibunya.
Termoregulasi adalah keseimbangan antara
kehilangan panas dan produksi panas. Tujuan
adalah mengendalikan lingkungan BBL agar
terjaga seuhunya sehingga bisa meminimalkan
pengeluaran energy.
Hipotermia Hipotermia suhu tubuh di bawah 36,5

ºC
Hipetermia suhu tubuh di atas 37.5 ºC
Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan
alternatif pengganti incubator dalam perawatan
BBLR, dengan beberapa kelebihan antara lain:
merupakan cara yang efektif untuk memenuhi
kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu
adanya kontak kulit bayi ke kulit ibu, dimana
tubuh ibu akan menjadi thermoregulator bagi
bayinya, sehingga bayi mendapatkan
kehangatan (menghindari bayi dari hipotermia),
PMK memudahkan pemberian ASI,
perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan
dan kasih sayang.
PMK terdiri dari 3 komponen, yaitu: kontak kulit
ke kulit (skin-to-skin contact), pemberian ASI
atau breastfeeding, dan dukungan terhadap ibu
(support). Literatur terbaru menambahkan satu
komponen lagi sehingga menjadi terdiri dari 4
komponen, yaitu: kangaroo position, kangaroo
nutrition, kangaroo support and kangaroo
discharge.
Perawatan Metode Kanguru dapat dilakukan
dengan dua cara:

1. PMK intermiten: Bayi dengan penyakit atau


kondisi yang berat membutuhkan perawatan

intensif dan khusus di ruang rawat neonatologi,


bahkan mungkin memerlukan bantuan alat.

Bayi dengan kondisi ini, PMK tidak diberikan


sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika ibu

mengunjungi bayinya yang masih berada


dalam perawatan di inkubator. PMK dilakukan

dengan durasi minimal satu jam, secara terus-


menerus per hari. Setelah bayi lebih stabil, bayi

dengan PMK intermiten dapat dipindahkan ke


ruang rawat untuk menjalani PMK kontinu.

2. PMK kontinu: Pada PMK kontinu, kondisi bayi


harus dalam keadaan stabil, dan bayi harus
dapat bernapas secara alami tanpa bantuan
oksigen. Kemampuan untuk minum (seperti

menghisap dan menelan) bukan merupakan


persyaratan utama, karena PMK sudah dapat

dimulai meskipun pemberian minumnya


dengan menggunakan pipa lambung. Dengan

melakukan PMK, pemberian ASI dapat lebih


mudah prosesnya sehingga meningkatkan

asupan ASI.

Reverensi: IDAI Bernie Endyarni

TERAPI TAMBAHAN DARI KELOMPOK


1. IVFD (Intravenous Fluid Drops) WIDA Pada kasus tidak terlampir cairan infus yang
D10 terpasang pada pasien, untuk memudahkan dalam

pembuatan askep seharusnya melampirkan cairan


yang terpasang pada pasien. Menurut kelompok

seharusnya pasien dengan BBLR + Hiperbilirubin


Indirect diberikan IVFD Wida D10. Wida D10 infus

merupakan obat yang mengandung Glukosa


Monohidrat. Wida D10 digunakan pada pasien
yang memiliki riwayat sirosis hati, gagal ginjal,
kadar natrium yang rendah, kadar magnesium

yang rendah, tes toleransi glukosa, kadar kalium


rendah, tingkat kalsium yang rendah, dan

kehilangan cairan dan kondisi lainnya.

Rumus :
Sumber :

Ayu, A. R, M.(2014). Drug Therapy Of Infant With


Low Birth Weight (Lbw).Medula, Volume 2, Nomor

3.Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Anda mungkin juga menyukai