Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN

“PERAN GURU DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3 (TIGA)
LIDIA ROSA (4018002)
ELSA LEVIA (4018023)
NOVITASARI (4018020)

DOSEN PENGAMPU : RANI REFIANTI, M. Pd.


MATA KULIAH : PROFESI KEPENDIDIKAN
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN MATEMATIKA
KELAS : IV.A

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDINESIA
(STKIP-PGRI) KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN AJARAN 2019/2020
PERAN GURU DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN

A. Konsep Guru Sebagai Supervisi Pendidikan

Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru


mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran (Daresh: 1989, Glickman: 2007). Supervisi
akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja dosen atau instruktur dalam
mengelola pembelajaran.

Supervisi pendidikan bertujuan untuk membantu guru dalam memperbaiki


proses belajar-mengajar melalui peningkatan kompetensi itu sendiri dalam
melaksanakan tugas profesional mengajarnya. Seperti juga berlaku untuk
segala kegiatan, usaha bantuan ini tidak akan berhasil apabila tidak ada
keinginan untuk bekerja sama dan tidak ada sikap kooperatif baik dari yang
dibantu yaitu guru sendiri maupun supervisor. Dengan demikian peranan guru
terhadap berhasil tidaknya program supervisi ini adalah sangat besar. Peranan
guru dalam supervisi secara lebih rinsi dapat ditelusuri dari proses
pelaksanaan supervisi itu.

Guru hendaknya secara aktif memberikan masukan kepada supervisor


tentang masalah yang dihadapi dalam mengajar. Seperti halnya pasien kepada
dokernya, guru harus terus teran tentang masalah yang dihadapinya, sehingga
dapat dicari cara pemecahan yang tepat. Sikap terbuka dan kooperatif ini
sangat penting dalam fase perencanaan kegiatan supervisi. Dari
pengetahuannya tentang berbagai teknik supervisi, guru dapat menyarankan
kepada supervisor dalam memilih teknik yang dianggap paling cocok untuk
dipergunakan seupervisor dalam membantu meningkatkan kemampuan guru
itu.

Fokus utama dalam pelaksanaan supervisi adalah guru. Di dalam


pelaksanaan supervisi, sikap kooperatif guru yang ditunjukkan pada fase
perencanaan masih tetap diperlukan, malahan perlu dtingkatkan. Kesediaan
guru untuk diobservasi dan dianalisis perlaku mengajarnya, serta kesediaan
untuk berdialog dengan supervisor harus terus dikembangkan, sehingga guru
dapat memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari proses supervisi. Harus
disadari bahwa supervisor tidak mempunyai tujuan untuk mencari kesalahan,
tetapi memberikan balikan tentang kelemahan dan kekuatan guru dalam
melaksanakan tugasnya.

Fase evaluasi program supervisi merupakan kesempatan yang baik bagi


guru untuk mengetahui kemajuan yang telah dicapai dan kekurangan apa yang
masih harus diperbaiki. Dalam penilaian, guru dapat melengkapi data dan
informasi dengan mengemukakan suasana hati, perasaan, serta harapannya,
baik pada waktu ia melaksanakan tugas mengajarnya maupun perasaannya
secara umum terhadap sekolah dan supervisor. Supervisor dapat memberikan
saran secara terbuka tetapi bersahabat tentang masalah-masalah yang
dietmukan dalam penilaian, dan guru harus bersifat terbuka untuk
menerimanya. Dengan demikan, akan terjadi proses saling memperkaya antara
guru dan supervisor dalam usaha untuk berkembang dalam melaksanakan
tugas pendidikan mereka.

B. Dimensi-Dimensi Supervisi

1. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang


mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Adapun dimensi kompetensi kepribadian meliputi:

a. Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan


norma sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam
bertindak sesuai dengan norma. Dalam hal ini untuk menjadi seseorang
guru harus memiliki kepribadian yang mantap, stabil. Ini penting
karena banyak masalah pendidikan yang disebabkan oleh faktor
kepribadian guru yang kurang mantap dan kurang stabil.
b. Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam tata
laku tindak sebagai pendidik dan memiliki etod kerja sebagai guru.
c. Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang didasarkan
pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat dan
menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
d. Kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki perilaku yang
berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang
disegani.
e. Perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki
prilaku yang di segani dan mempunyai kemampuan mengembangkan
profesi, seperti berfikir kreati, kritis, reflektif, mau belajar sepanjang
hayat, dapat mengambil keputusan.
f. Kemampuan mengaktualisasikan diri dengan ciri-ciri kemandirian
dalam bertindak sebagai pendidik yang memiliki etos kerja.
g. Kepribadian yang utuh, yaitu berbudi luhur beriman, dan bermoral
yang indikatornya bertindak sesuai dengan norma hukum, norma
sosial, bangga sebagai pendidik, dan memiliki konsistensi dalam
bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas
dan suka menolong).
h. Guru harus berakhlakul karimah, karena guru adalah seorang penasihat
bagi peserta didik, bahkan bagi para orang tua. Dengan berakhlak
mulia, dalam keadaan bagaimanapun guru harus memiliki rasa percaya
diri, istiqomah dan tidak tergoyahkan. Kompetensi kepribadian guru
yang dilandasi dengan akhlak mulia tentu saja tidak tumbuh dengan
sendirinya, tetapi memerlukan ijtihad, yakni usaha sungguh-sungguh,
kerja keras, tanpa mengenal lelah dan dengan niat ibadah tentunya.
Dalam hal ini, guru harus merapatkan kembali barisannya, meluruskan
niatnya, bahkan menjadi guru bukan semata-mata untuk kepentingan
duniawi. Memperbaiki ikhtiar terutama berkaitan dengan kompetensi
pribadinya, dengan tetap bertawakal kepada Allah. Melalui guru yang
demikianlah, kita berharap pendidikan menjadi ajang pembentukan
karakter bangsa.

2. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru


berkenaan dengan karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek
seperti fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Hal
tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori
belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik karena peserta
didik memiliki karakter, sifat, dan interes yang berbeda. Berkenaan dengan
pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu mengembangkan
kurikulum di tingkat satuan pendidikan masing-masing dan disesuaikan
dengan kebutuhan lokal. Guru harus mampu mengoptimalkan potensi
peserta didik untuk mengaktualisasikan kemampuannya di kelas, dan
harus mampu melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan.

Kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek-aspek


yang diamati, yaitu:

a. Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,


sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
b. Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik.
c. Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang
pengembangan yang diampu.
d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik.
h. Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar,
memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
i. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.

3. Kemampuan Profesional

Kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru


dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru
mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu guru dituntut mampu
menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu mengupdate, dan
menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi
diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber
seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu
mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang
disajikan.

Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan


tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola
proses pembelajaran. Kegiatan mengajarnya harus disambut oleh peserta
didik sebagai suatu seni pengelolaan proses pembelajaran yang diperoleh
melalui latihan, pengalaman, dan kemauan belajar yang tidak pernah
putus.

Keaktifan peserta didik harus selalu diciptakan dan berjalan terus


dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat. Guru
menciptakan suasana yang dapat mendorong peserta didik untuk bertanya,
mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep
yang benar. Karena itu guru harus melakukan kegiatan pembelajaran
menggunakan multimedia, sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja,
belajar sambil mendengar, dan belajar sambil bermain, sesuai kontek
materinya.

Guru harus memperhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai


ilmu keguruan. Misalnya, bagaimana menerapkan prinsip apersepsi,
perhatian, kerja kelompok, dan prinsip- prinsip lainnya.

Dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat
melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis tes yang
digunakan untuk mengukur hasil belajar harus benar dan tepat. Diharapkan
pula guru dapat menyusun butir soal secara benar, agar tes yang digunakan
dapat memotivasi pesertadidik belajar.

4. Kemampuan Sosial

Guru di mata masyarakat dan peserta didik merupakan panutan yang


perlu dicontoh dan merupakan suri tauladan dalam kehidupanya sehari-
hari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat, dalam
rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Dengan
kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan
berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan orang tua
peserta didik, para guru tidak akan mendapat kesulitan.

Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi,


bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang
menyenangkan. Kriteria kinerja guru dalam kaitannya dengan kompetensi
sosial disajikan berikut ini.

a. Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis


kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status
sosial ekonomi.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia
yang memiliki keragaman sosial budaya.
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain
secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
DAFTAR PUSTAKAN

Soetjipto; Raflis Kosasi 2007. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.

Prasojo, Lantip Diat. 2016. “Supervisi Pendidikan”. Jurnal Pendidikan dan


Pembelajaran Dasar. (28-8-2020, 22:25).

Anda mungkin juga menyukai