Anda di halaman 1dari 6

Nama : Lidia Rosa

Kelas/NPM : IV A / 4018002
Program Studi : Pendidikan Matematika

COVID-19

Dampak Covid-19 dari Tingkat Kabupaten Sampai Tingkat Dunia bagi Sektor Pendidikan
1. Di Tingkat Kabupaten
Contohnya: STEI Al-Amar Subang sebagai perguruan tinggi lokal di Kabupaten Subang saat
ini merupakan pionir di Kabupaten Subang dalam menyelenggarakan proses akademik
berbasis online. Merupakan hal yang biasa bagi STEI Al-Amar Subang menggunakan sistem
kuliah online, dan begitu juga dengan kabupaten-kabupaten yang ada di Indonesia.
2. Di Tingkat Kota
a. Ujian Nasional ditiadakan
Ujian Nasional resmi dibatalkan akibat meluasnya virus Corona di Indonesia. Penegasan
ini disampaikan Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas dengan pembahasan UN,
Pembatalan UN menjadi penerapan kebijakan social distancing (pembatasan sosial) untuk
memotong rantai penyebaran virus Corona SARS 2 atau Covid-19.
b. Pembelajaran siswa dilakukan di rumah
Salah satu dampak langsung penyebaran virus corona dalam dunia pendidikan di Indonesia
adalah pembelajaran siswa dilakukan di rumah secara online. Meskipun tidak ke sekolah,
akan tetapi siswa tetap melakukan aktivitas belajar dengan pengawasan keluarganya dan
bimbingan guru secara online.
c. Penundaan Kegiatan Sekolah
Dampak virus corona terhadap pendidiakan di Indonesia selanjutnya adalah penundaan
seluruh kegiatan sekolah yang sudah dijadwalkan sebelumnya. Hal tersebut akan
berdampak pada konsentrasi guru secara langsung mengingat kegiatan yang sudah
direncanakan akan menumpuk pada satu waktu ketika penyebaran virus corona dinyatakan
aman secara nasional.
3. Di Tingkat Dunia atau Negara Lainnya
Tiga belas negara termasuk China, Italia, dan Jepang telah menutup sekolah-sekolah di
seluruh negeri dalam upaya untuk menghentikan penyebaran virus tersebut. Itu mempengaruhi
hampir 290 juta siswa. Sebagian besar siswa berasal dari China. Di seluruh negeri, termasuk
wilayah administrasi khusus Hong Kong dan Makau, lebih dari 233 juta siswa tidak sekolah
karena virus. Itu diikuti oleh Jepang, yang memiliki hampir 16,5 juta siswa yang dipindahkan.
Beberapa sekolah dan universitas telah memberhentikan sementara aktivitas
pendidikannya. Salah satu kampus di Malaysia misalnya, International Islamic University
Malaysia (IIUM) memutuskan untuk menunda waktu masuk kuliah sebagai antisipasi
pencegahan penyebaran virus. Sementara di China sendiri Kementerian Pendidikan China
memperpanjang libur Imlek untuk sekolah dan kampusnya. Kegiatan belajar mengajar tahun
ajaran baru yang seharusnya dimulai setelah 30 Januari atau awal Februari ditunda hingga
waktu yang belum ditentukan. Demikian halnya di Korea Selatan yang juga memperpanjang
libur perguruan tingginya.
Di Indonesia sendiri, dunia pendidikan juga ikut merasakan dampaknya. Berbagai macam
kegiatan program studi komparatif ke luar negeri (overseas) terpaksa harus dibatalkan.
Sekolah kami sendiri, Tazkia IIBS Malang, harus membatalkan beberapa kegiatan penting di
luar negeri, seperti perlombaan debat bahasa Arab di Singapura yang mestinya
diselenggarakan pertengahan Februari dibatalkan oleh pihak otoritas setempat. Hal ini
dilakukan setelah level penyebaran virus corona di Singapura naik dari level kuning ke level
orange. Kegiatan lainnya adalah studi komparatif overseas ke Jepang yang mestinya berangkat
di awal Maret menjadi batal berangkat.
Jika kondisi ini terus meningkat, maka sudah bisa dipastikan dampaknya terhadap sektor
pendidikan juga akan semakin meningkat. Dampak yang paling dikhawatirkan adalah efek
jangka panjang. Sebab para siswa dan mahasiswa secara otomatis akan merasakan
keterlambatan dalam proses pendidikan yang dijalaninya. Hal ini bisa mengakibatkan pada
terhambatnya perkembangan kematangan mereka di masa yang akan datang.
Apalagi jika Covid-19 ini tidak segera berakhir. Dengan kebijakan penundaan sekolah-
sekolah di negara-negara yang terdampak virus tersebut secara otomatis dapat mengganggu
hak setiap warganya untuk mendapatkan layanan pendidikan yang layak. Penutupan sekolah-
sekolah dan kampus tersebut tentu dapat menghambat dan memperlambat capaian target yang
sudah ditetapkan oleh pemerintah dan atau sekolah masing-masing.
Pastinya, kondisi demikian akan mengganggu pencapaian kematangan siswa dalam meraih
tujuan belajarnya, baik secara akademis maupun psikologis. Yang lebih mengkhawatirkan lagi
adalah dampak psikologisnya. Siswa yang harus tertunda proses pembelajarannya akibat
penutupan sekolah sangat memungkinkan akan mengalami trauma psikologis yang membuat
mereka demotivasi dalam belajar.
Demikian halnya dengan pembatalan beberapa agenda dan program penting siswa ke luar
negeri seperti perlombaan dan studi overseas membuat mereka kecewa karena mereka merasa
telah mempersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Apalagi wawasan para siswa seputar virus
corona masih minim yang bisa membuat mereka memiliki tingkat kekhawatiran yang lebih
tinggi.

Solusi yang Ditawarkan Untuk Menjaga Pendidikan Agar Tetap Seimbang


1. Memberikan edukasi kepada para siswa dan praktisi pendidikan. Ini bisa dilakukan dengan
sosialisasi secara intensif oleh dinas kesehatan tentang virus corona itu sendiri, baik dari aspek
pencegahannya maupun cara menyikapinya. Dengan wawasan ini diharapkan dapat
mengurangi efek kekhawatiran berlebih yang dapat menyebabkan dampak traumatis pada diri
siswa dan tentu juga para gurunya.
2. Menyiapkan tim khusus dari para psikolog untuk melakukan pendampingan terhadap para
siswa baik secara kolektif maupun individu, khususnya terhadap sekolah-sekolah yang berada
di wilayah terdampak virus. Terkhusus lagi untuk para siswa yang gagal melakukan program
yang diimpikan dan dinantinya seperti kegiatan perlombaan di tingkat internasional atau studi
komparatif di luar negeri.
3. Mengedepankan kegiatan sekolah wajib seperti USBN, Ujian Akhir Semester, dan Lainnya
dan meniadakan kegiatan sekolah yang sifatnya pendukung seperti penerimaan rapor,
pesantren ramadhan dan sebagainya.
4. Pemerintah mengundurkan durasi waktu akhir tahun ajaran ini sampai bulan juli. Dengan
demikian seluruh kegiatan sekolah dapat terlaksanan melalui reschedule tanpa terjadinya
penumpukan kegiatan.

Cara Menjaga Mental Peserta Didik dalam Menghadapi Wabah Covid-19


1. Kelola Ekspektasi Anda Sendiri
Cara menjaga kesehatan mental yang pertama adalah dengan mengelola ekspektasi diri.
Banyak sekolah dan institusi pendidikan untuk sejumlah daerah telah memberlakukan sistem
pembelajaran daring (online) bagi pelajar dan mahasiswa. Banyak perusahaan yang juga telah
memberlakukan sistem kerja WFH (Work From Home) untuk karyawannya.
Hal ini membuat masyarakat yang belum terbiasa dengan sistem belajar maupun kerja
secara daring, membawa dampak pada produktivitas kita sehari-hari. Dampak-dampak
tersebut dapat berupa kesulitan ketika berkonsentrasi, semangat yang rendah atau distraksi-
distraksi yang kita temukan saat belajar atau bekerja dari rumah. Oleh karena itu, adaptasi
akan hal-hal tersebut membutuhkan waktu. Jangan terlalu keras terhadap diri sendiri.
2. Aktif dalam Mengelola Tingkat Stres
Cara menjaga kesehatan mental yang kedua adalah, Anda harus aktif dalam mengelola
tingkat stres yang ada pada diri. Caranya dengan memprioritaskan pola tidur yang baik
(misalnya dengan mematikan lampu atau jika tidak bisa tidur dengan lampu padam, dapat
menghindari lampu dengan cahaya biru, dan juga membuat rutinitas jam saat bangun maupun
tidur). Makan juga harus secara teratur dengan kandungan gizi yang baik. Olahraga juga
dipercaya dapat menurunkan tingkat stres, bahkan membantu mengelola emosi, dan
meningkatkan kualitas tidur.
3. Ketahui Tanda-Tanda Bahaya Dalam Diri
Cara menjaga kesehatan mental yang ketiga adalah, harus paham dan tahu apa hal yang
dapat memposisikan diri dalam suatu situasi yang tidak stabil. Salah satu cara untuk
mengelola diri ketika mengalami kesulitan adalah mengidentifikasi pikiran-pikiran atau
sensasi fisik yang membuat stres dan resah.
Pikiran (seperti Mengapa saya tidak bisa berkonsentrasi?), perasaan (seperti frustrasi,
kekhawatiran, kesedihan), sensasi fisik (seperti ketegangan, sakit perut, kegelisahan), dan
tindakan (seperti mencari tahu berita tentang jumlah statistik COVID terbaru secara
kompulsif) adalah hal-hal yang dapat memperkuat emosi negatif pada diri kita.
Cara mengatasi salah satu aspek tersebut, misalnya, secara aktif mengurangi gejala fisik
(seperti menggunakan teknik pernapasan box breathing: bernapas dalam empat hitungan,
tahan nafas selama empat hitungan, tarik napas selama empat hitungan, tahan nafas empat
selama empat hitungan, lalu ulangi dari awal) yang dapat mengurangi emosi negatif.
4. Ciptakan Rutinitas
Cara menjaga kesehatan mental yang ke empat adalah, harus tetap memiliki rutinitas meski
pada kenyataannya hanya menghabiskan waktu seharian di dalam rumah. Rutinitas dapat
membantu mengelola rasa cemas, dan akan membantu Anda beradaptasi lebih cepat dengan
realita yang terjadi saat ini. Buat perbedaan jelas kapan saatnya Anda bekerja dan saatnya
tidak bekerja.
Carilah suatu kegiatan yang tidak terkait dengan pekerjaan maupun wabah penyakit virus
corona. Intinya, cari kegiatan dan isi waktu luang dengan hal-hal yang dapat membuat Anda
senang. Bekerja dalam waktu singkat dengan intensitas tinggi namun dengan waktu istirahat
yang jelas dan cukup, dapat membantu menjaga kejernihan pikiran.
5. Tingkatkan Kepedulian Pada Diri dan Sekitar
Cara menjaga kesehatan mental yang kelima adalah dengan mulai memikirkan diri sendiri
dan juga keadaan orang lain di sekitar. Ada banyak hal yang tidak dapat dikendalikan saat ini.
Tetapi, bagaimana kita mencoba berdialog dengan diri sendiri selama masa-masa yang penuh
tantangan ini seperti pedang bermata dua: di satu sisi dapat memberikan tenaga yang kuat
dalam menghadapi keadaan sulit atau di sisi lain malah mempersulit keadaan.
Saat perasaan-perasaan resah datang, seringkali dibarengi dengan pikiran seperti "Saya
tidak bisa melakukan ini lagi" atau "Ini terlalu sulit untuk saya hadapi." Pandemi virus corona
ini akan menyebabkan stres bagi sebagian orang. Dan akhirnya membuat orang tidak bisa
menjadi versi dirinya yang terbaik. Di saat seperti ini, tidak ada salahnya meminta bantuan
atau membantu orang lain di sekitar ketika dibutuhkan.
6. Pertahankan Hubungan Baik
Cara menjaga kesehatan mental yang ke enam adalah dengan tetap menjaga dan
mempertahankan hubungan baik antara satu dengan yang lain. Orang-orang dengan tipe
kepribadian yang tertutup tetap membutuhkan hubungan dengan orang lain untuk kesehatan
mental dan juga fisiknya. Sudah banyak forum-forum virtual di mana Anda dapat
berkontribusi atau hanya duduk manis dan menikmati perbincangan tersebut.
Banyak platform aplikasi konferensi video seperti Zoom ataupun Google Meet, di mana
orang dapat tetap terkoneksi dan bekerja bersama secara daring (virtual) dengan rekan kerja
yang lain. Anda juga dapat menggunakan platform tersebut untuk tetap berhubungan dengan
teman ataupun keluarga yang jauh.
Saat ini memang menjaga jarak secara fisik (physical distancing) dengan yang lain, namun
Anda tidak perlu merasa sendirian. Anda bisa saling menjangkau dan menciptakan
komunikasi dengan mereka yang juga terisolasi. Pertahankan hubungan sosial Anda dengan
baik selama masa-masa ini.
7. Fokus Pada Apa yang Terjadi Sekarang
Cara menjaga kesehatan mental yang ketujuh adalah dengan fokus pada kejadian dan
situasi yang ada di depan mata. Anda perlu fokus setiap harinya untuk hal yang Anda dapat
kendalikan saja. Tidak perlu terlalu merisaukan hal-hal yang sejatinya tidak bisa dikendalikan.
Gunakan waktu untuk bermeditasi atau yoga. Dua hal tersebut akan dapat membantu pikiran
menjadi lebih tenang dan mengatasi kecenderungan over thinking.

Anda mungkin juga menyukai