Anda di halaman 1dari 30

ASPEK HUKUM DALAM KEPERAWATAN

Diajukan sebagai tugas mata kuliah KDK 1

Oleh :

Agus Hertika (SNR18213001)

Hersan Ramadani (SNR182130

Sherly Gita Pramesti (SNR18213050)

Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak


Prodi S1 Keperawatan Pontianak

2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmad dan hidayah-Nya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat

pada waktunya. Makalah ini berjuduh teori Florens Nightingle.

Makalah ini berisikan tentang Aspek Hukum Dalam Keperawatan.Dalam

penyusunan Makalah ini kami telah berusaha memberikan yang terbaik dengan berbagai

dukungan dari berbagai sumber atau litelatur yang ada,akan tetapi, apabila masih ditemukan

beberapa kesalahan dalam penulisan materi kami selaku penyusun mohon maaf.

Dalam kesempatan ini, kami juga tidak lupa menghanturkan ucapan terimakasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu, khusunya kepada Ibu Lili Lestari,M.Kep selaku

Dosen Pembimbing dalam pembuatan makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi kami sendiri dan pembaca maka

dari itu kritik serta saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat kami perlukan demi

kesempurnaan penulisan berikutnya.

Pontianak, November 2018

Penulis

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................................2
1. Tujuan Umum....................................................................................................................2
2. Tujuan Khusus...................................................................................................................2
C. Manfaat..................................................................................................................................2
BAB II..............................................................................................................................................3
TINAJUAN TEORI.........................................................................................................................3
A. Definisi...................................................................................................................................3
B. Fungsi Hukum Dalam Layanan Keperawatan.......................................................................3
C. Hak Pasien dan Perawat.........................................................................................................3
D. Tanggung Jawab Dalam Praktik Keperawatan......................................................................4
E. Tanggung Gugat...................................................................................................................10
F. Aspek Hukum.......................................................................................................................13
BAB III...........................................................................................................................................22
KASUS DAN PEMMBAHASAN KASUS...................................................................................22
A. Kasus....................................................................................................................................22
B. Pembahasan Kasus...............................................................................................................22
BAB IV..........................................................................................................................................24
PENUTUP......................................................................................................................................24
A. Kesimpulan..........................................................................................................................24
B. Saran.....................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawat sebagai salah satu tenaga medis yang memberikan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat umum yang tugas utamanya adalah memberikan asuhan atau

pelayanan keperawatan sesuai dengan keahlian dan keterampilan yang dimilikinya.

Pelayanan keperawatan tersebut diberikan secara langsung maupun tidak langsung,

melalui kegiatan penyuluhan dan pendidikan oleh perawat dalam institusi sarana

kesehatan [ CITATION Bud09 \l 1057 ].

Dalam menjalankan fungsinya terutama di rumah sakit, perawat mempunyai areal

kerja yang berbeda sesuai dengan pembagian unit dalam rumah sakit. Keterbatasan

jumlah tenaga medis (dokter) dalam setiap pelaksanaan pelayanan kesehatan telah

memaksa dokter untuk membutuhkan perawat sebagai tenaga pendukung dalam setiap

tugasnya. Namun tidak jarang dalam pelaksanaan tugasnya tersebut, perawat melakukan

kesalahan yang memberikan dampak negatif pada pasien, seperti kesalahan pemberian

dosis obat, kesalahan pemberian diet pasien, kesalahan penanganan gawat darurat,

kesalahan pelayanan perawatan pasca operasi dan sebagainya. Seperti juga halnya dokter,

maka setiap tindakan perawat sebagai suatu subjek hukum akan berhadapan dengan

konsekuensi hukum berupa pertanggungjawaban secara hukum pula [ CITATION Bud09

\l 1057 ].

Aspek hukum praktik keperawatan merupakan perangkat hukum atau aturan-

aturan hukum yang secara khusus menentukan hal-hal yang seharusnya dilakukan atau

larangan perbuatan sesuatu bagi profesi perawat dalam menjalankan profesinya. Aspek

hukum yang terkait langsung dengan praktik keperawatan diantaranya adalah UU

1
2

23/1992 tentang kesehatan; PP 32/1996 tentang tenaga kesehatan; Kep.Men.Pan/II/2001

tentang jabatan fungsional perawat dan angka kreditnya; Kep.Men.Kes 1239/XI/2001

tentang registrasi dan praktik perawat; Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik No.

Y.M.00.03.2.6.956 tentang hak dan kewajiban perawat. Sampai saat ini profesi

keperawatan di Indonesia belum memiliki aturan hukum khusus tentang praktik perawat

setingkat Undang-Undang [ CITATION Sud18 \l 1057 ].

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penulis mampu menggambarkan hukum dalam keperawatan di Indonesia.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu mendeskripsikan hukum dalam keperawatan di Indonesia.

b. Penulis mampu menganalisa contoh kasus pelanggaran hukum dalam keperawatan

di Indonesia.

C. Manfaat

1. Bagi Akademis

Hasil makalah ini merupakan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya dalah hukum-

hukum dalam keperawatan di Indonesia.

2. Bagi Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit

Hasil makalah ini dapat menjadi tambahan ilmu bagi pelayanan di Rumah Sakit agar

dapat melakukan asuhan keperawatan pasien sesuai dengan hukum dalam

keperawatan.

3. Bagi Profesi Kesehatan

Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan pada pasien sesuai dengan hukum

yang ada di Undang-Undang Keperawatan.


3
BAB II

TINAJUAN TEORI

A. Definisi

Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah

dalam suatu kehidupan bersama; atau keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku

dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu

sanksi.

Hukum dalam kesehatan adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan

kewajiban baik dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya kesehatan maupun dari

individu dan masyarakat yang menerima upaya kesehatan tersebut dalam segala aspek

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta organisasi dan sarana

D. Fungsi Hukum Dalam Layanan Keperawatan

1. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan.

2. Membedakan tanggung jawab dengan profesi lain.

3. Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan meletakkan posisi

perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum.

E. Hak Pasien dan Perawat

1. Hak pasien

a. Memberikan persetujuan (consent)

b. Hak untuk memilih mati

c. Hak perlindungan bagi orang yang tidak berdaya

2. Hak perawat

a. Hak perlindungan wanita

4
5

b. Hak berserikat dan berkumpul

c. Hak mengendalikan praktek keperawatan sesuai yang diatur oleh hukum

d. Hak mendapat upah yang layak

e. Hak bekerja di lingkungan yang baik

f. Hak terhadap pengembangan profesional

g. Hak menyusun standar praktek dan pendidikan keperawatan

F. Tanggung Jawab Dalam Praktik Keperawatan

Menurut PPNI Tanggung jawab perawat telah termuat dalam kode etik yang telah

disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina profesi keperawatan.

Wadah yang membina profesi keperawatan di Indonesia ialah Dewan Pimpinan Pusat

Musyawarah Nasional PPNI di Jakarta pada tanggal 29 November 1989. Hingga saat ini,

rumusan itu masih relevan dan berlaku serta menjadi acuan keperawatan.

Tanggung jawab perawat sebagaimana yang dirumuskan dalam kode etik

keperawatan Indonesia tersebut terdiri dari 5 bab dan 16 pasal. Bab 1 terdiri dari empat

pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga dan

masyarakat. Bab 2 menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap tugasnya. Bab

3 terdiri dari dual pasal , menjelaskan tanggung jawab perawat terhadap sesame perawat

dan profesi kesehatan lain. Bab 4 terdiri dari empat pasal menjelaskan tanggung jawab

perawat terhadap profesi keperawatan. Bab 5 terdiri dari dua pasal , menjelaskan tentang

tanggung jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air.

1. Tanggungjawab perawat terhadap klien

Fungsi dari perawat tertentu tidak bisa dipisahkan dari kepercayaan klien dan

masyarakat secra luas. Jika masyarakat tidak memberikan kepercayaan kepada

perawat maka keberadaan dan eksistensi perawat dalam dunia kesehatan dianggap

tidak berguna. Oleh karena itu, menjaga kepercayaan masyarakat terhadap perawat
6

adalah keniscayaan. Perawat memiliki banyak tanggung jawab terhadap klien yang

harus dilakukan secara nyata, sebagai berikut:

a. Dalam setiap menjalankan fungsinya sebagai perawat dan menjalankan

pengabdiannya dalam dunia keperawatan , setiap perawat hendaknya selalu

berpedoman pada tanggung jawab yang bersumber pada adanya kebutuhan

terhadap keperawatan individu, keluarga dan masyarakat.

b. Dalam menjalankan profesi sebagai perawat, tanggung jawab yang harus

dilaksanakan dalam memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai

budaya, adat istiadat, dan kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga,

dan masyarakat. Artinya seorang perawat dituntut untuk beradaptasi dengan adat

istiadat dilingkungan yang ditempatinya. Jangan sampai perawat memaksakan

sebuah norma di tengah masyarakat, sementara norma tersebut tidak sesuai dengan

tradisi dan budaya setempat.

c. Dalam setiap melaksanakan kewajibanya terhadap individu keluarga dan

masyarakat, senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan

tradisi luhur keperawatan. Artinya , seorang perawat bertanggung jawab untuk

melaksanakan prinsip dan etika keperawatan tidak hanya dalam institusi

keperawatan (kesehatan) ketika ia bekerja secara formal, tetapi juga ditengah

masyarakat , keluarga dan terhadap pribadi.

d. Setiap menjalankan fungsinya , perawat bertanggung jawab untuk selalu

menjalankan hubungan kerjasama dengan individu, keluarga dan masyarakat,

khususnya dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan, serta

upaya kesejahteraan pada umumnya, baik secara formal maupun informal. Formal

dalam arti kegiatan yang diprakarsai oleh institusi yang menaungi perawat atau

tempat ia bekerja. Sedangkan nonformal adalah kegiatan yang diprakarsai secara


7

pribadi atau swadaya. Langkah ini sebagai bagian dari tugas perawat dan

kewajiaban perawat bagi kepentingan masyarakat luas.

2. Tanggungjawab perawat terhadap tugas

Selain memiliki tanggung jawab kepeda klien perawat juga memiliki tanggung jawab

terhadap tugas yang diembannya. Inilah tanggung jawab perawat terhadap tugasnya :

a. Seorang perawat memiliki tanggung jawab untuk memelihara mutu pelayanan

keperawatan yang tinggi disertai kejujuran professional dalam menerapkan

pengetahuan serta keterampialan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu,

keluarga dan masyarakat. Dengan kata lain , ketika menjalankan tugasnya perawat

harus memiliki keterampilan dan keahlian yang mempuni agar tugas yang

dijalankan sesuai dengan kaidah – kaidah kedokteran ( keperawatan), tidak secara

serampangan. Tugas perawat berkaitan erat dengan keselamatan jiwa banyak

orang.

b. Seorang perawat bertanggung jawab untuk merahasiakan segala sesuatu yang

diketahui sehhubungan dengan tugas yang dipercayakan terhadapnya, kecuali

diperlukan oleh pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Dengan kata lain ada beberapa informasi yang harus diketahui oleh public (pasien)

dan ada beberapa informasi yang tidak boleh dibocorkan kepada siapapun kecuali

atas persetujuan institusi yang menanunginya. Mengacu pada ketentuan KUHP,

perawat yang membuka rahasia akan dikenakan sangsi hokum. Pasal 322

menyatakan dnegan tegas , barang siapa dengan sengaja membuka suatu rahasia ,

yang menurut jawabatnya atau pekerjaannya , baik sekarang maupun dahulu, ia

diwajibkan menyimpannya , dihukum penjara selama-lamanya sembilan bulan.

c. Dalam setiap melaksanakan tugasnya sebagai perawat, pekerja tidak

diperkenankan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawat yang


8

dimilikinya dengan tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.

Misalnya, memberikan memberikan informasi kepada khalayak bagaimana cara

mengugurkan bayi secara mudah dan alamiah sehingga memicu banyak orang

untuk mengugurkan kandungannya dan lain-lain. Pengetahuan itu sebiknya

disimpan untuk diri sendiri dan dipergunakan untuk kepentingan orang banyak.

d. Dalam setiap menjalankan tugas dan kewajiabanya seorang perawata senantiasa

bertanggung jawab untuk bersikap netral , independen dan objektif. Artinya ketika

menjalankan tugasnya sebagai perawat , dengan penuh kesadaran seorang perawat

tidak boleh terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit,

umur, jenis kelamin aliran politik,agama yang dianur, budaya dan adat istiadat ,

serta kedudukan sosial.

e. Setiap perawat bertanggung jawab untuk mengutamakan perlindungan dan

keselamatan pasien atau klien dalam setiap melaksanakan tugas keperwatanya,

baik di institusi maupun diluar institusi yaitu keselamayan jiwa pasien. Tidak

hanya itu perawat juga harus matang dalam mampertimbnagkan kemampuannya

jika menerimaatau mengalihtugas tanggung jawab yang ada hubungannya dengan

dunia keperawatan.

f. Perawat harus memenuhi kebijakan dan prosedur risiko tinggi yang ada di

lembaga. Standar praktik keperawatan memberi instruksi bahwa perawat harus

membantu dalam mempertahankan lingkungan yang aman dan harus memastikan

penyelesaian masalah keselamatan yang terjadi selama jam dinas.

g. Perawat harus member tahu dokter pada saat kedatangan pasien maupun selama

hospitalisasi jika pasien mengalami gejala kondisi medis. Perawat juga harus

mendokumentasikan bahwa dokter telah diberi tahu. (Melakukan hal yang hanya

dapat melindungi perawat dari adanya dampak di kemudian hari). Intensitas


9

komunikasi antara perawat dengan dokter akan menjadi pelindung hukum bagi

perawat. Oleh karena itu, perawat harus mencatat setiap upaya yang dilakukan

untuk menghubungi dokter, waktu, dan isi pesan yang ditinggalkan, segala

aktivitas ditempat ia kerja, fakta yang meyakinkan di semua percakapan, dan

upaya-upaya untuk berkomunikasi dengan orang lain tentang situasi tersebut,

termasuk dengan siapa percakapan itu terjadi dan apa yang dikatakan.

3. Tanggungjawab perawat terhadap teman sejawat

Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab terhadap sejawat atau terhadap

sesame perawatdan profesi kesehtan lin. Tanggung jawab perawat terhadap sesame

perawat dan profesi kesehtan lainnya adalah sebagai berikut:

a. Baik ketika melaksanakan tugs maupun tidak setiap perawat bertanggung jawab

untuk memelihara hubungan dengan baik antara sesame perawat dan tenaga

kesehtan lainnya, seperti bidan, dokterdan lain-lain, baik dalam memelihara

keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan

kesehatan secara menyeluruh. Janga sampai antara perawat dengan perawat lainya

terjadi persaingan yang tidak sehat hanyak untuk merebut pasien.

b. Perawat juga bertanggung jawab untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan,

keterampilan, keahlian,dan pengalamanya dalam dunia keperawatankepada semua

perawat, serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi dalam rangka

meningkatkan kemampuan dalam bidan keperawatan.

4. Tanggungjawab perawat terhadap profesi

Perawat memiliki tanggung jawab terhadap profesi yang dipegangnya . Tanggung

jawab terhadap profesiadalah sebagai berikut:

a. Selama menyandang profesi sebagai perawat, setiap perawat bertanggung jawab

untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya secara sendiri-sendiri dan atau


10

bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan

pengalaman yang bermanfaat bagi perkemabagan keperawatan. Dengan kata lain

setiap perawat memelihara dan meningkatkan kopetensi dibidang keperawatan

melalui belajar terus meneru. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan

keperawatan yang tinggi serta kejujuran professional dalam menerapkan

pengetahuan dan keterampialn keperawatan sesuai dengan kebutuhan pasien.

Misalnya melanjutkan studi keperawatan ke jenjang yang lebih tinggi, seperti S1

Keperawatan , S2 Keperawatan bahkan bila perlu S3 Keperawatan. Deangan upaya

tersebut maka keahlian dan profesionalisme perawat akan selalu meningkat

sehingga akan mempengaruhi pula peningkatkan kualitas pelayanan terhadap

pasien.

b. Setiap perawat bertanggung jawab untuk menjungjung tinggi nama baik profesi

keperawatan dengan nenunjukan perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur. Ini

penting dilakukan karena setiap tindakan yang dilakukan oleh perawat akan

menjadi cermin dari institusi atau profesi yang disandang. Artinya jika sikap dan

tindakan perawat baik, institusi atau profesi keperawatan akan dinilai baik oleh

halayak. Jika selama ini profesi perawat sering diragukan oleh pasien dalam

pelayanan kesehatan hal ini sebenarnya disebabkan oleh prilaku dan sifat pribadi

perawat.

c. Selama menyandang profesi sebagai perawat, setiap perawat bertanggung jawab

ikut terlibat (berperan) dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan

keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan

keperawatan.
11

d. Selama menyandang profesi sebagai perawat, setiap perawat secara bersama-sama

bertanggung jawab membina dan memelihara mutu organisasi profesi perawat

sebagai sarana dedikasi dan pengabdian.

5. Tanggungjawab perawat terhadap negara

Setiap perawat memiliki tanggung jawab terhadap pemerintah yang harus

dijalankannya selama menyandang profesi keperawatan. Inilah tanggung jawab

terakhir dari seorang perawat yang harus diembannya selama menjalani profesi

sebagai perawat. Berikut adalah tanggung jawab perawat terhadap Negara atau

pemerintahan:

a. Selama menyandang profesi sebagai perawat, setiap perawat senantiasa

bertanggung jawab untuk selalu melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai

kebijaksanaan yang telah digariskan oleh pemerintah atau Negara dalam bidang

kesehatan dan keperawatan.

b. Perawat juga bertanggung jawab untuk berperan aktif dalam menyumbangkan

pikiran kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan

keperawatan kepada masyarakat. Dengan kata lain perawat tidak hanya dituntut

melaksanakan ketentuan pemerintahan tetapi juga dituntut untuk memberikan

masukan, kritik,dan sasaran membangun kepada pemerintah dalam dunia

keperawatan , baik dalam kebijakan, anggaran atau hal lainnya.

G. Tanggung Gugat

1. Konsep tanggung gugat

Tanggung gugat, merupakan istilah yang baru berkembang untuk meminta

pertanggung jawaban seseorang karena kelalaiannya menimbulkan kerugian bagi

pihak lain. Di bidang pelayanan kesehatan, persoalan tanggung gugat terjadi sebagai

akibat adanya hubungan hukum antara tenaga medis ( dokter, bidan, perawat) dengan
12

pengguna jasa ( pasien) yang diatur dalam perjanjian. Tanggung Gugat dapat diartikan

sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu keputusan dan belajar

dengan keputusan itu konsekuensi-konsekunsinya. Perawat hendaknya memiliki

tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat ia menyatakan siap dan berani

menghadapinya. Terutama yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan profesinya.

Perawat harus mampu untuk menjelaskan kegiatan atau tindakan yang dilakukannya.

Sebagai tenaga perawat kesehatan prawat memiliki tanggung gugat terhadap

klien, sedangkan sebagai pekerja atau karyawan perawat memilki tanggung jawab

terhadap direktur, sebagai profesional perawat memilki tanggung gugat terhadap

ikatan profesi dan sebagai anggota team kesehatan perawat memiliki tanggung gugat

terhadap ketua tim biasanya dokter sebagai contoh: perawat memberikan injeksi

terhadap klien. Injeksi ditentukan berdasarkan advis dan kolaborasi dengan dokter,

perawat membuat daftar biaya dari tindakan dan pengobatan yang diberikan yang

harus dibayarkan ke pihak rumah sakit.Dalam contoh tersebut perawat memiliki

tanggung gugat terhadap klien, dokter, RS dan profesinya. Perawat memilki tanggung

gugat dari seluruh kegitan professional yang dilakukannya mulai dari mengganti

laken, pemberian obat sampai persiapan pulang.Hal ini bisa diobservasi atau diukur

kinerjanya.

Ikatan perawat, PPNI atau Asosiasi perawat atau Asosiasi Rumah sakit telah

menyusun standar yang memiliki krirteria-kriteria tertentu dengan cara

membandingkan apa-apa yang dikerjakan perawat dengan standar yang

tercantum.baik itu dalam input, proses atau outputnya. Misalnya apakah perawat

mencuci tangan sesuai standar melalui 5 tahap yaitu.Mencuci kuku, telapak tangan,

punggung tangan, pakai sabun di air mengalir selama 3 kali dan sebagainya.
13

2. Macam-macam tanggung gugat perawat

a. Contractual Liability

Tanggung gugat jenis ini muncul karena adanya ingkar janji, yaitu tidak

dilaksanakannya sesuatu kewajiban (prestasi) atau tidak dipenuhinya sesuatu hak

pihak lain sebagai akibat adanya hubungan kontraktual. Dalam kaitannya dengan

hubungan terapetik, kewajiban atau prestasi yang harus dilaksanakan oleh health

care provider adalah berupa upaya (effort), bukan hasil (result). Karena itu dokter

atau tenaga kesehatan lain hanya bertanggunggugat atas upaya medik yang tidak

memenuhi standar, atau dengan kata lain, upaya medik yang dapat dikatagorikan

sebagai civil malpractice.

b. Liability in Tort

Tanggung gugat jenis ini merupakan tanggung gugat yang tidak didasarkan atas

adanya contractual obligation, tetapi atas perbuatan melawan hukum . Pengertian

melawan hukum tidak hanya terbatas pada perbuatan yang berlawanan dengan

hukum, kewajiban hukum diri sendiri atau kewajiban hukum orang lain saja tetapi

juga yang berlawanan dengan kesusilaan yang baik & berlawanan dengan

ketelitian yang patut dilakukan dalam pergaulan hidup terhadap orang lain atau

benda orang lain (Hogeraad, 31 Januari 1919).

c. Strict Liability

Tanggung gugat jenis ini sering disebut tanggung gugat tanpa kesalahan (liability

whitout fault) mengingat seseorang harus bertanggung jawab meskipun tidak

melakukan kesalahan apa-apa; baik yang bersifat intensional, recklessness ataupun

negligence. Tanggung gugat seperti ini biasanya berlaku bagi product sold atau

article of commerce, dimana produsen harus membayar ganti rugi atas terjadinya
14

malapetaka akibat produk yang dihasilkannya, kecuali produsen telah memberikan

peringatan akan kemungkinan terjadinya risiko tersebut.

d. Vicarious Liability

Tanggung gugat jenis ini timbul akibat kesalahan yang dibuat oleh bawahannya

(subordinate).Dalam kaitannya dengan pelayanan medik maka RS (sebagai

employer) dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dibuat oleh tenaga

kesehatan yang bekerja dalam kedudukan sebagai sub-ordinate (employee).

H. Aspek Hukum

1. Hubungan hukum dengan profesi keperawatan

Kewajiban memberikan jaminan profesional yang kompeten dan melaksanakan

praktik sesuai etika dan standar profesinya. Profesi perawat memiliki kewajiban untuk

mampu memberikan jaminan pelayanan keperawatan yang profesional kepada

masyarakat umum. Kondisi demikian secara langsung akan menimbulkan adanya

konsekuensi hukum dalam praktik keperawatan. Sehingga dalam praktik profesinya

dalam melayani masyarakat perawat terikat oleh aturan hukum, etika dan moral.

Di Indonesia salah satu bentuk aturan yang menunjukan adanya hubungan

hukum dengan perawat adalah UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, Pasal 1

angka 2 menyebutkan bahwa ”Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau

keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu

memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan”. Berdasarkan PP No.

32/1996 Pasal 2 ayat (1) jo, ayat (3) perawat dikatagorikan sebagai tenaga

keperawatan.

Ketentuan Pasal 53 ayat (2) UU No. 23 tahun 1992 jo. Pasal 21 ayat (1) PP No.

32 tahun 1996 tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya diwajibkan untuk


15

memenuhi standar profesi dan menghormati hak pasien. Standar profesi merupakan

pedoman bagi tenaga kesehatan/perawat dalam menjalankan upaya pelayanan

kesehatan, khususnya terkait dengan tindakan yang harus dilakukan oleh tenaga

kesehatan terhadap pasien, sesuai dengan kebutuhan pasien, kecakapan, dan

kemampuan tenaga serta ketersediaan fasilitas dalam sarana pelayanan kesehatan

yang ada.

2. Instrument normatif bagi perawat dalam upaya menjalankan pelayanan keperawatan

Perawat dalam menjalankan proses keperawatan harus berpedoman pada Lafal

Sumpah Perawat, Standar Profesi Perawat, Standar Asuhan Keperawatan, dan Kode

Etika Keperawatan.Keempat instrumen tersebut berisi tentang norma-norma yang

berlaku bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Ketentuan-ketentuan

yang berlaku bagi perawat disebut instrumen normatif, karena keempatnya meskipun

tidak dituangkan dalam bentuk hukum positif/Undang-Undang, tetapi berisi norma-

norma yang harus dipatuhi oleh perawat agar terhindar dari kesalahan yang

berdampak pada pertanggungjawaban dan gugatan ganti kerugian apabila pasien tidak

menerima kegagalan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

a. Lafal sumpah pemuda

Lulusan pendidikan keperawatan harus mengucapkan janji/sumpah sesuai dengan

program pendidikannya, D3 atau S1. Lafal sumpah ada dua macam yaitu lafal

Sumpah/Janji Sarjana Keperawatan dan lafal Sumpah/Janji Ahli Madya

Keperawatan.

b. Standar profesi perawat

Pasal 24 ayat (1) PP 23/1996 tentang Tenaga Kesehatan menentukan bahwa

perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugas

sesuai dengan Standar Profesi tenaga kesehatan. Standar profesi merupakan ukuran
16

kemampuan rata-rata tenaga kesehatan dalam menjalankan pekerjaannya

(Praptianingsih, 2006). Dengan memenuhi standar profesi dalam melaksanakan

tugasnya, perawat terbebas dari pelanggaran kode etik.

Standar pelaksanaan profesi keperawatan, yang meliputi : terapi harus dilakukan

dengan teliti; harus sesuai dengan ukuran ilmu pengetahuan keperawatan; sesuai

dengan  kemampuan rata-rata yang dimilki oleh perawat dengan kategori

keperawatan yang sama; dengan sarana dan upaya yang wajar sesuai dengan tujuan

kongkret upaya pelayanan yang dilakukan. Dengan demikian, manakala perawat

telah berupaya dengan sungguh-sungguh sesuai dengan kemampuannyadan

pengalaman rata-rata seorang perawat dengan kualifikasi yang sama, maka dia

telah bekerja dengan memenuhi standar profesi.

c. Standar asuhan keperawatan

Pelayanan keperawatan dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit

merupakan faktor penentu citra dan mutu rumah sakit. Di samping itu, tuntutan

masyarakat terhadap pelayanan perawatan yang bermutu semakin meningkat

seiring dengan meningkatnya kesadaran akan hak dan kewajiban dalam

masyarakat. Oleh karena itu, kualitas pelayanan keperawatan harus terus

ditingkatkan sehingga upaya pelayanan kesehatan dapat mencapai hasil yang

optimal.

3. Undang-Undang yang berkaitan dengan praktik keperawatan

a. UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan

Bab II (tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa pemerintah

mengatur kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan hukum.


17

b. UU No. 6 tahun 1963 tentang tenaga kesehatan

UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960. UU ini membedakan

tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter, doter

gigi dan apoteker. Tenaga perawat termasuk dalam tenaga bukan sarjana atau

tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah, termasuk bidan dan asisten farmasi

dimana dalam menjalankan tugas dibawah pengawasan dokter, dokter gigi dan

apoteker. Pada keadaan tertentu kepada tenaga pendidik rendah dapat diberikaqn

kewenangan terbats untuk menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan langsung.

UU ini boleh dikatakan sudah using karena hanya mengklaripikasikan tenaga

kesehatan secara dikotomis (tenaga sarjana dan bukan sarjana). UU ini juga tidak

mengatur landasan hukum bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan

pekerjaannya. Dalam UU ini juga belum tercantum berbagai jenis tenaga sarjana

keperawatan seperti sekarang ini dan perawat ditempatkan pada posisi yang secara

hukum tidak mempunyai tanggung jawab mandiri karena harus tergantung pada

tenaga kesehatan lainnya

c. UU kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang wajib keja paramedis

Pada pasal 2,ayat (3) dijelasakan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda,

menengah dan rendah wqajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3

tahun. Dalam pasal 3 dihelaskan bahwa selama bekerja pada pemerintah, tenaga

kesehatan yang dimaksut pada pasal 2 memiliki kedudukan sebagain pegawai

negeri sehingga peraturan-peraturan pegawai negeri juga diberlakukan

terhadapnya. UU ini untuk saat ini sudah tidak sesuai dengan kemampuan

pemerintah dalam mengangkat pegawai negeri. Penatalaksanaan wajib kerja juga

tidak jelas dalam UU tersebut sebagai contoh bagai mana sisitem rekruitmen calon

pesrta wajib kerja, apa sangsinya bila seseorang tidak menjalankaqn wajib kerja
18

dll. Yang perlu diperhatikan dalam UU ini,lagi posisi perawat dinyatakan sebagai

tenaga kerja pembantu bagi tenaga kesehatan akademis termasuk dokter, sehingga

dari aspek propesionalisasian, perawat rasanya masih jauh dari kewenangan

tanggung jawab terhadap pelayanannya sendiri.

d. SK Menkes No. 262/per/VII/1979 tahun 1979

Membedakan para medis menjadi dua golongan yaitu paramedic keperawatan

(termasuk bidan) dan paramedic non keperawata. Dari aspek hukum, sartu hal

yang perlu dicatat disini bahwa tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga

termasuk kategori tenaga keperawatan.

e. Permenkes. No. 363/ Menkes/ per/XX/1980 tahun 1980

Pemerintah membuat suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga

keperawatan dan bidan. Bidan seperti halnya dokter, diizinkan mengadakan praktik

swasta, sedangkan tenaga keperawatan secara resmi tidak diizinkan. Dokter dapat

membuka praktik swasta untuk mengobati orang sakit dan bidan dapat menolong

persalinan dan pelayanan KB. Peraturan ini boleh dikatakan kurang relevan atau

adil bagi propesi keperawatan. Kita ketahuai Negara lain perawat diizinkan

membuka praktik swasta. Dalam bidang kuratif banyak perawat harus

menggantikan atau mengisi kekujrangan tenaga dokter untuk mengobati penyakit

terutam dipuskesmas- puskesmas tetapi secara hukum hal tersebut tidak dilindungi

terutama bagi perawat yang memperpanjang pelayanan dirumah. Bila memang

secara resmi tidak diakui, maka seharusnya perawat dibebaskan dari pelayanan

kuratif atau pengobatan untuk benar-benar melakuan nursing care

f. SK Mentri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94/Menpan/ 1986,tanggal

4 Nopember 1989, tentang jabatan fungsional tenaga keperawatan dan system

kredit poin
19

Dalam system ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan dapat naik jabatannya atau

naik pangkatnya setiap 2 tahun bila memenuhi angka kredit tertentu. Dalam SK

ini, tenaga keperawatan yang dimaksud adalah : penyenang kesehatan, yang sudah

mencapai golongan II/a, Pengatur Rawat/ Perawat Kesehatan/Bidan, Sarjana

Muda/D III Keperawatan dan Sarjana/S I Keperawatan.System ini menguntungkan

perawat karena dapat naik pangkatnya dan tidak tergantung kepada pangkat/

golongan atasannya.

g. UU kesehatan No. 23 tahun 1992

Merupakan UU yang banyak member kesempatan bagi perkembangan termasuk

praktik keperawatan professional karena dalam UU ini dinyatakan tentang standar

praktik, hak-hak pasien, kewenangan, maupun perlindungan hukum bagi profesi

kesehatan termasuk keperawatan.Beberapa pernyataan UU kes. No. 23 Th. 1992

yang dapat dipakai sebagai acuan pembuatan UU praaktik keperawatan adalah :

1) Pasal 32 ayat 4

Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan

ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang

mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.

2) Pasal 53 ayat 1

Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam

melaksanakan tugas sesui dengan profesinya.

3) Pasal 53 ayat 2

Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi

standar profesi dan menghormati hak pasien.


20

h. KEPMENKES No.647/SK/IV/2000 tentang registrasi dan praktik perawat dan

direvisi dengan SK Kepmenkes No.1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi

dan praktik perawat.

i. UU Tentang Kesehatan No. 36 Tahun 2009

j. UU No 38 tahun 2014 tentang keperawatan

4. Jenis-jenis hukum

a. Aspek hukum tata negara

Untuk mencapai tujuan nasional, diselenggarakanlah upaya pembangunan yang

berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang

menyeluruh terarah dan terpadu. Termasuk di antaranya pembangunan kesehatan

secara umum dan menyediakan pelayanan kesehatan secara khusus.Pembinaan

dan pengembangan hukum di bidang kesehatan, bertujuan untuk menciptakan

ketertiban dan kepastian hukum dan memperlancar pembangunan di bidang

kesehatan.Pembinaan dan pengembangan hukum di Indonesia dilakukan melalui

peraturan perundang-undangan.Peraturan perundang-undangan yang diinginkan

itu tentunya peraturan yang dapat menjamin dan melindungi masyarakat dalam

memperoleh pelayanan kesehatan.

b. Aspek hukum lingkungan

Aspek hukum lingkungan dalam pelayanan kesehatan, khususnya bagi

penyelenggaraan kesehatan di rumah sakit dapat dilihat dalam pasal 8 undang-

undang no.44 tahun 2009 tentang rumah sakit yang berbunyi:

(1) Persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7ayat (1) harus

memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, dan tata

ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan

Rumah Sakit.
21

(2) Ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan lingkungan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) menyangkut Upaya Pemantauan Lingkungan,Upaya

Pengelolaan Lingkungan dan/atau dengan analisis

mengenai Dampak Lingkungan dilaksanakansesuaidenganperaturan  perundang-

undangan.

Pasal 8 ayat (2) diatas mengacu kepada undang-undang no.32 tahun 2009 tentang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Dalam pasal 1 angka 11

disebutkan bahwa : “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)

adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang

direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan

keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan”. Sedangkan

menurut pasal 1 angka 12, yang dimaksud dengan upaya pengelolaan lingkungan

hidup dan upayapemantauan lingkungan hidup, yang selanjutnyadisebut UKL-

UPL, adalah : “ pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha atau kegiatan yang

tidak berdampak penting terhadap lingkunganhidup yang diperlukan bagi proses

pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha atau kegiatan

c. Aspek hukum administrasi

Aspek hukum administrasi terhadap pelayanan kesehatan terdapat dalam

beberapa undang-undang yang bersifat sektoral. Dalam pasal 23 ayat (3) Undang-

Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa dalam

menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki izin

dari pemerintah. Kemudian dalam pasal 34 ayat (2) undang-undang yang sama

menyebutkan bahwa penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan dilarang

memperkerjakan tenaga kesehatan yang tidak memiliki kualifikasi dan izin

melakukan pekerjaan profesi. Izin tersebut juga berlaku bagi pelayanan kesehatan
22

tradisional sebagaimana dimaksud dalam pasal 60 ayat (1) Undang-Undang

No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Sanksi administratif dapat dikenakan kepada tenaga kesehatan dan fasilitas

pelayanan kesehatan yang diduga melanggar ketentuan dalam undang-undang

no.36 tahun 2009 tentang kesehatan.Sanksi administratif tersebut tertulis dalam

pasal 188 ayat (3) berupa peringatan secara tertulis, pencabutan izin sementara

dan/atau izin tetap. Terhadap korporasi, selain pencabutan izin usaha maka akan

dikenai pencabutan status badan hukum sesuai dalam pasal 201 ayat (2) undang-

undang no.36 tahun 2009 tentang kesehatan.

d. Aspek hukum perdata

Aspek hukum perdata dalam pelayanan kesehatan antara tenagakesehatan dan

pasien dapat dilihat dalam suatu transaksi terapeutik yangdibuat oleh kedua belah

pihak.Adapun yang dimaksud dengan transaksi terapeutik adalah transaksi

(perjanjian atau verbintenis) untuk menentukan mencari terapi yang paling tepat

bagi pasien oleh dokter. Transaksi secara umum diatur dalam Kitab Undang-

UndangHukum Perdata (Het Burgerlijk Wetboek)  yang selanjutnya

disebutsebagai KUHPerdata.

e. Aspek hukum pidana

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Wetboek van Strafrecht)  yang selanjutnya

disebut KUHP berlaku untuk penduduk dan warga negara Indonesia dengan tiada

kecualinya berdasarkan Pasal 7 Undang-UndangNo.1 Tahun 1946 Tentang

Peraturan Hukum Pidana. Asas-asas umum hukum pidana yang terdapat dalam

pasal 1 sampai dengan pasal 9 KUHP.


BAB III

KASUS DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Kasus

Mudjiati pegawai Puskesmas Peneleh Surabaya yang menjadi terdakwa kasus

aborsi ilegal terancam hukuman penjara 5,5 tahun. Mudjiati yang dalam kasus ini

didakwa membantu dr Suliantoro Halim (terdakwa lain) melakukan aborsi janin dijerat

Pasal 348 (1) KUHP Jo Pasal 56ke 1 KUHP jo Pasal 65 (1) KUHP. Dalam dakwaan

yang dibacakan Jaksa Penuntut Umum (JPU)Mulyono SH, terungkap bahwa tindakan

yang dilakukan Mudjiati telah menyalahi praktek kesehatan Pasal 15 ayat (1) dan (2)

Undang-Undang Kesehatan. Menurut Mulyono, praktek aborsi itu dilakukan terhadap

tiga pasien, yakni Ade Tin Suertini,Indriwati Winoto dan Yuni Kristanti. Aborsi terhadap

Tin terjadi pada 16 Juni 2007 pukul 17.00WIB sampai dengan 19.30 WIB di lokasi

praktek dr Halim, Jl Kapasari Nomor 4 Surabaya.Dalam praktek ini, dr Halim meminta

pasien membayar Rp 2 juta, namun oleh Tin baru dibayar Rp 100 ribu. Peranan Mudjiati

dalam kasus ini adalah membantu memersiapkan peralatan untuk operasiaborsi dengan

cara suction (dihisap) menggunakan alat spet 50 cc. & ldquo; Adanya aborsi inidiperkuat

dengan visum et repertum Nomor 171/VI/2007 atas nama Ade dari RS Bhayangkara

Samsoeri Mertojoso,” kata Mulyono. st19.

I. Pembahasan Kasus

Dalam kasus ini perawat yang ikut serta dalam pelaksanaan aborsi sudah jelas

bahwa perawat tersebut telah melanggar prinsip beneficence yaitu tidak mencegah dokter

maupun pasien untuk melakukan aborsi. Aborsi ilegal merupakan tindakan pidana, dan

secara langsung perawat tersebut membantu dalam kejahatan dan dapat membahayakan

pasien. Karena aborsi dapat menyebabkan kematian karena infeksi, perdarahan dan

23
24

perforasi uterus karena alat alat yang digunakan untuk tindakan aborsi.jika melakukan

tindakan aborsi maka sama juga membunuh, yaitu melakukan suatu perbuatan tak

bermoral dan asosial. Seharusnya perawat yg membantu dokter untuk aborsi sadar bahwa

oborsi sangat membahayakan dan merugikan pasien maupun dirinya sendiri karna jika

praktek tersebut diketahui publik akan mndapat sanksi, Tidak semestinya kita

membiarkan penghentian nyawa hidup siapapun atau hidup kita sebagai manusia menjadi

tidak berharga lagi.

Dalam pembahasan kasus menurut :

1. Fungsi hukum dalam layanan keperawatan dibagi menjadi 3 yaitu: Memberikan

kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan, Membedakan tanggung jawab

dengan profesi lain, Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan

meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum. Sedangkan pada

contoh kasus aborsi ini perawat tidak membantu mempertahankan standar praktek

keperawatan dengan meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas di bawah

hukum dibuktikan dengan perawat membantu melakukan aborsi.

2. Tanggungjawab dalam praktik keperawatan ada tanggungjawab terhadap tugas yang

mana perawat telah melanggar norma yang berbunyi ”Dalam setiap melaksanakan

tugasnya sebagai perawat, pekerja tidak diperkenankan menggunakan pengetahuan

dan keterampilan keperawat yang dimilikinya dengan tujuan yang bertentangan

dengan norma-norma kemanusiaan. Misalnya, memberikan memberikan informasi

kepada khalayak bagaimana cara mengugurkan bayi secara mudah dan alamiah

sehingga memicu banyak orang untuk mengugurkan kandungannya dan lain-lain.

Pengetahuan itu sebiknya disimpan untuk diri sendiri dan dipergunakan untuk

kepentingan orang banyak”.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Praktik keperawatan berarti membantu individu atau kelompok dalam

mempertahankan atau meningkatkan kesehatan yang optimal sepanjang proses

kehidupan. Sedangkan didalam praktik keperawatan terdapat suatu aspek hukum. Hukum

dalam kesehatan adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban baik dari

tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya kesehatan maupun dari individu dan

masyarakat yang menerima upaya kesehatan tersebut dalam segala aspek promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif serta organisasi dan sarana. Profesi perawat bekerja

dibawah naungan hukum.

Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa sebagai seorang perawat

yang memberikan layanan kesehatan sebagai masyarakat, perawat mempunyai tanggung

jawab yang merupakan aspek penting dalam etika perawat yaitu sebagai cara untuk

menyatakan aktifitas bekerja sesuai kode etik sehingga nantinya akan bisa bertanggung

gugat apabila terjadi penyimpangan sehingga dapat segera melaporkan dan mengambil

tindakan untuk  mencegah perawat dalam praktik, ketentuan hukum (eksekusi) terhadap

tugas-tugas yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat, agar tetap kompeten

dalam pengetahuan dan bersikap dan kejadian lebih lanjut.

Selain itu perawat juga mempunyai kewenangan, dimana kewenangan itu

merupakan hak dan otonomi untuk melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan

kemampuan, tingkat pendidikan, dan posisi yang dimiliki.

25
26

Perawat memiliki tanggung iawab dan tanggung gugat dalam melakukan praktik

keperawatannya. Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan

terpercaya. Tanggung jawab perawat diidentifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu

tanggung jawab terhadap klien baik individu, keluarga maupun masyarakat, tanggung

jawab terhadap tugas dan kewajibanya, tanggung jawab terhadap sesama perawat dan

tenaga kesehatan lain, serta tanggung jawab terhadap pemerintah.

Dalam keperawatan terdapat aspek hukum untuk mengtur profesi keperawatan

sesuai dengan undang-undang yang diteteapkan untuk praktik keperawatan

J. Saran

Sebagai seorang perawat hendaknya mengetahui dengan jelas hak dan kewajiban

serta kewenangannya.Sebaiknya seorang perawat harus lebih memahami apa saja

tanggung jawab dan tanggung gugat dalam keperawatn agar seorang perwat dapat

bekerja lebih professional agar tidak terjadi suatu kesalahan yang fatal bagi pasiennya.

Seorang perawat hendaknya tidak boleh takut dengan hukum, tetapi lebih melihat hukum

sebagai dasar pemahaman terhadap harapan masyarakat pada penyenggara pelayanan

keperawatan yang profesional.


DAFTAR PUSTAKA

Budhiartie, A. (2009). Pertanggungjawaban Hukum Perawat Dalam Penyelenggaraan


Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit . Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri
Humaniora .

Sudrajat, D. A. (2018). Aspek Hukum Praktik Keperawatan. Jurnal Kesehatan Kartika


Stikes A. Yani .

Rahajo J.Setiajadji. 2002. Aspek Hukum Pelayanan Kesehatan Edisi 1. Jakarta:EGC

Rifiani, Nisya & Hartanti Sulihandari. 2013. Prinsip – Prinsip Dasar Keperawatan

.Jakarta Timur : Dunia Cerdas

Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai