HUBUNGAN PERSONAL HIGIENE DAN SANITASI MAKANAN TERHADAP KEBERADAAN Escherichia Coli
PADA SAMBAL YANG DISEDIAKAN DI KANTIN SE-UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI TAHUN 2018
1
Marsyana Taru’M 2Hartati Bahar 3 Arum Dian Pratiwi
123
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo
1
marsyanatarum@gmail.com 2hartatibahar@gmail.com 3arum.dian28@gmail.com
Abstrak
Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan
kehidupan selain kebutuhan sandang dan perumahan. Sumber kontaminasi makanan yang paling
utama berasal dari pekerja, peralatan, sampah, serangga, tikus, dan faktor lingkungan sepert udara dan
air. Wolrd Health Organization mencatat pada tahun 2010 terjadi 600 juta kasus keracunan yang
disebabkan oleh makanan, 420 kasus diantaranya menyebabkan kematian, yang disebabkan oleh
bakteri Pathogen seperti E.coli. Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Kota Kendari mencatat
terdapat 281 kasus keracunan akibat makanan dari seluruh puskesmas dan rumah sakit yang berada di
Kota Kendari pada Tahun 2016. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara personal
higiene dan sanitasi makanan terhadap keberadaan E.coli pada sambal yang disediakan di kantin Se-
Univeritas Halu Oleo Tahun 2017. Metode penelitian adalah penelitian analitik observasional dengan
pendekatan cross sectional dengan teknik pengambilan sampel mengunakan teknik exhaustive
sampling yaitu sebanyak 32 kantin se-Universitas Halu Oleo. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak
ada hubungan antara higiene personal dengan keberadaan Escherichia Coli pada sambal yang
disediakan di Kantin Universitas Halu Oleo Kendari dengan nilai p value (1,000), dan ada hubungan
antara sanitasi makanan terhadap keberadaan Escherichia Coli pada sambal yang disediakn di Kantin
Universitas Halu Oleo dengan nilai p value (0,001). Penjamah makanan harus memperhatikan sanitasi
makanan dan higiene personal untuk menghindari keberadaan Escherichia Coli pada makanan.
Diseluruh dunia, agen penyakit diare makanan peralatan dan sanitasi tempat pengolahan. Makanan
mencapai 18 juta yang dikaitkan dengan DALY dan dapat terkontaminasi mikroba karena beberapa hal, di
Enteropatogenik Escherichia coli (EPEC) (WHO 2010). antaranya menggunakan lap kotor dalam
Pada tahun 2015 Wolrd Health Organization mencatat membersihkan perabotan, tidak mencuci tangan
20.098 orang dikonfirmasi terkena keracunan akibat dengan bersih dan lain-lainnya 31.
makanan, serta 4598 orang sakit/dirawat dan 77 Hasil survey awal pada beberapa Kantin
orang mengalami kematian yang berhubungan dengan Universitas Halu Oleo menunjukkan bahwa ada
keracunan akibat makanan, Jumlah keracunan dan beberapa sambal yang disediakan dalam wadah yang
tingkat kejadian per 100.000 orang bervariasi yang terbuka, sehingga serangga seperti lalat hinggap pada
disebabkan oleh pathogen. 41% keracunan akibat sambal tersebut dan ada beberapa sambal yang
makan di sebabkan oleh keberadaan Escherichia coli , disediakan dalam wadah yang tertutup. Dan
Afrika memiliki angka keracunan makanan yang paling berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan
tinggi di dunia dengan korban sebanyak 175 ribu terhadap dua kantin yang menyediakan sambal hasil
kematian per tahun, sementara itu 150 juta kasus pemeriksaan laboratorium menunjukan bahwa
keracunan makanan terjadi di Asia Tenggara 50. Balai terdapat kontaminasi bakteri E.Coli pada sambal yang
Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) RI telah disediakan di dua kantin tersebut. Berdasarkan uraian
mencatat 197 kasus keracunan pangan di seluruh di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian
Indonesia dengan 9022 penderita, yang meliputi 8943 yang berjudul “Hubungan Higiene Personal dan
orang sakit/dirawat dan 79 yang meninggal dunia. sanitasi dengan Keberadaan Escherichia coli Pada
Ditinjau dari kejadian KLB keracunan pangan sambal yang disediakan di Kantin universitas Halu Oleo
disimpulkan bahwa 85 (43,15%) kasus belum diketahui 2018”.
penyebabnya, 54 (27,41%) kasus karena mikrobiologi,
37 (18,78%) kasus karena bahan kimia dan 21 (10,66%) Metode
kasus tidak ada sampel. Profil proporsi angka kesakitan Penelitian ini merupakan penelitian analitik
pada kasus KLB keracunan pangan tahun 2008 dapat observasional dengan pendekatan cross sectional
disimpulkan bahwa jumlah kasus tertinggi dilaporkan untuk mengetahui Hubungan Higiene Personal dan
terjadi di Jawa Barat sebanyak 3166 (35,40%), Jawa sanitasi makanan terhadap keberadaan E.coli pada
Tengah 1240 (13,87%) dan Kalimantan Tengah sambal yang disediakan di kantin universitas. Dalam
sebanyak 860 (9,62%)8 . penelitian ini ialah dengan mengunakan teknik
Pada tahun 2014, data kejadian luar biasa exhaustive sampling. Menurut Murti (2006) exhaustive
(KLB) keracunan pangan yang menunjukkan ada 47 sampling yaitu teknik memilih sampel dengan
kasus sedangkan pada tahun 2013 sebanyak 84. Data menggunakan survey kepada seluruh populasi yang
KLB yang terlaporkan jauh menurun jika dibandingkan ada atau mengambil semua anggota populasi sebagai
pada tahun-tahun sebelumnya yaitu 115 Kejadian sampel jadi sampel yang digunakan adalah seluruh
(2010), 163 Kejadian (2011), 128 Kejadian (2012). kantin di Kampus Baru Universitas Halu Oleo yaitu
Urutan jenis makanan yang diduga menyebabkan sebanyak 31 kantin.
keracunan pangan adalah 17 kejadian (36%) masakan
rumah tangga; 13 kejadian (28%) pangan jasa boga; 12 Hasil
kejadian (26%) pangan jajanan dan 5 kejadian (11%)
pangan olahan, di mana umumnya pangan jajanan dan Tabel 1 karakteristik Responden
pangan jasa boga dihasilkan oleh industri pangan siap Karakteristik Frekuens Persentase
saji (BPOM RI 2014). Sedangkan Balai Pengawas Obat Responden i (%)
dan Makanan (BPOM) Kota Kendari mencatat terdapat (n)
281 kasus keracunan akibat makanan dari seluruh Umur
puskesmas dan rumah sakit yang berada di Kota 20-30 3 0,7
Kendari pada Tahun 201610 . 31-40 13 42.0
Penyakit yang erat kaitannya dengan 41-50 11 35.5
penyediaan makanan yang tidak higienis dan sering 51-60 4 12.8
terjadi adalah penyakit dengan gejala diare, Jumlah 31 100
gastrointestinal dan keracunan makanan. Salah satu Jenis Kelamin
penyebab dari penyakit yang diakibatkan oleh Laki-laki 0 0
makanan adalah adanya bakteri Escherichia coli dalam Perempuan 31 100
sumber air atau makanan yang merupakan indikasi Jumlah 31 100
pasti kontaminasi tinja manusia. Terdapat 4 hal penting
Pendidikan
yang menjadi prinsip higiene dan sanitasi makanan
Tidak tamat SD 1 3.2
yang meliputi perilaku sehat dan bersih orang yang
Tamat SD 4 12.9
mengelola makanan, sanitasi makanan, sanitasi
2
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
3
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT
1089 Tentang Sanitasi Jasaboga menyatakan bahwa sumber pencemar seperti Asap, bau, debu dan berada
penjamah makanan harus selalu menutup mulut pada dekat dengan tempat pembungan sampah yang
saat batuk atau flu. Perilaku pedagang yang tidak seharusnya berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
higiene juga dapat menjadi sumber penularan No.1096/Menkes/Per/VI/2011 Rumah Makan atau
penyakit terhadap makanan seperti perpindahan Restoran harus berada pada jarak < 100 meter dari
bakteri sehingga menyebabkan penyakit dan pada sumber pencemar seperti tempat pembuangan
saat menyajikan makanan pedagang perlu sampah yang merupakan sumber pencemaran karena
berperilaku sehat agar menghasilkan makanan yang sangat kotor, bau dan banyak vektor penyebab
bersih, sehat, aman. Seperti halnya dengan kategori penyakit. Berdasarkan hasil observasi menunjukkan
dalam variabel personal higiene berdasarkan bahwa fasilitas sanitasi pada kantin tidak memenuhi
Kepmenkes tanhun 2003 bahwa pedagang harus syarat dikarenakan terdapat kantin yang tidak memiliki
menggunakan APD seperti dengan menggunakan saluran pembuangan air limbah (SPAL), serta kantin
celemek, sarung tangan dan sebagainya dan tidak memiliki tempat mencuci peralatan dan tempat
sebagaimana seharusnya jika ingin terhindar dari mencuci bahan makan yang memenuhi syarat ,
mikroorganisme maka seharusnya pedagang tidak fasilitas mencuci peralatan kantin disediakan dalam
merokok, atau menggaruk anggota badan, batuk, satu wadah pencucian dan digunakan berulang kali.
bersin, atau menderita penyakit mudah menular Dapur kantin tidak tertata dengan rapi dan bersih
dan selalu mencuci tangan pada saat hendak bahan makanan yang akan diolah tidak disimpan dalam
menangani makanan. Kebersihan diri pengolah wadah khusus terdapat dapur yang memiliki ukuran
makanan perlu diperhatikan karena kebersihan untuk tidak memadai. Terdapat kantin yang memiliki kondisi
menjamin keamanan makanan yang diolah. bangunan yang tidak rapat oleh vektor seperti tikus
Pakaian pengolah dan penyaji makanan harus dan serangga, serta semua lokasi kantin tidak di
selalu bersih. Pakaian kerja sebaiknya dibedakan dari lengkapi oleh fasilitas pengendali vektor. Terdapat
pakaian harian. Disarankan untuk mengganti dan beberapa kantin yang tidak memiliki fasilitas
mencuci pakaian secara periodik, untuk mengurangi penyimpanan bahan makan jadi dengan kondisi
risiko kontaminasi, Pekerja harus mandi setiap hari, tertutup sebagian besar menyediakan bahan makanan
Kuku pekerja harus selalu bersih, dipotong pendek, jadi seperti sambal dalam kondisi terbuka. Penelitian
dan sebaiknya tidak dicat, Kulit di bagian bawah ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
perhiasan seringkali menjadi tempat yang subur untuk Defiyanti Pratiwi (2012) tentang ”Hygiene Sanitasi
tumbuh dan berkembang baik bakteri. Pedagang Kue dan Keberadaan Escherichia coli pada
Makanan Jajanan Kue Cucur di Wilayah Pasar
Hubungan Sanitasi makanan dengan Keberadaan Tradisional Desa Kaliyoso Kecamatan Bongomeme
Escherichia Coli Pada Sambal Yang Disediakan Pada Kabupaten Gorontalo” pada lokasi tempat jualan kue
Kantin Universitas Halu Oleo Kendari Tahun 2018 terdapat 50% tempat jualan makanan jajanan kue
yang lokasinya tidak terhindar dari vektor (lalat),
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha selain itu lokasi tempat jualan tidak di lengkapi tempat
pencegahan yang menitik beratkan kegiatan dan penampungan sampah tertutup, dan sebagian
tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan tempat jualan tidak dilengkapi fasilitas sanitasi air
minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu bersih. Serta semua lokasi usaha tidak dilengkapi
atau merusak kesehatan, mulai dari sebelum makanan fasilitas pengendali vektor, dan beberapa lokasi
diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penjualan makanan jajanan kue berada jauh atau
penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat di minimal 500 meter dari sumber pencemaran namun
mana makanan dan minuman tersebut siap untuk ada juga beberapa tempat jualan pedagang yang
dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen14. sangat berdekatan dengan tempat penjualan ikan
yang merupakan sumber pencemaran karena sangat
Hasil penelitian menunjukkan adanya kotor, bau dan banyak vektor penyebab penyakit.
hubungan antara sanitasi makanan terhadap Penelitian lain menyatakan bahwa lokasi dan
keberadaan Escherichia coli pada sambal yang bangunan sangat penting bagi setiap tempat usaha,
disediakan di kantin Universitas Halu Oleo pada Tahun usaha yang memiliki bangunan akan memberikan rasa
2018. Nilai P value = 0,001 ( p value <0,005) dengan aman dan kenyamanan bagi konsumennya. Saat ini
tingkat kepercayaan 95%, sanitasi makanan ada banyak dijumpai pedagang yang menjual makanan
kaitannya dengan keberdaan Escherichia coli pada minuman tidak memiliki bangunan dan lokasi
sambal yang disediakan di kantin Universitas Halu berdagang yang tidak memenuhi syarat kesehatan,
Oleo. Kantin dengan sanitasi makanan yang memenuhi sehingga kemungkinan cukup besar terkontaminasi
syarat yaitu 21 kantin dan yang tidak memenuhi syarat mikroorganisme (Sirait, 2009).
10 kantin. Berdasarkan hasil observasi dilapangan
lokasi dan bangunan kantin berada tidak jauh dari Simpulan
4
JIMKESMAS
JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT