Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK

FILSAFAT PENDIDIKAN
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
DANIEL RAJA N. NASUTION (2203142003)
JULIETRI MURNI HIA (2203142022)
GALUH MUHAMMAD SUFI (2203142006)
HIZKIA MEIMAN WARUWU (2203142008)
ERWIN HUTABARAT (2201142011)

DOSEN PENGAMPU: Dra. DORLINCE SIMATUPANG, M.Pd.

PENDIDIKAN SENI MUSIK


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

       Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Filsafat Pendidikan ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai apa itu pengertian
filsafat pendidikan, filsafat pendidikan secara Realisme, dan juga filsafat
pendidikan secara Materialisme. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Medan, 20 September 2020

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................ i
Daftar Isi.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 1
1.3 Tujuan...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 2
2.1 Pengertian Singkat Filsafat Pendidikan................................... 2
2.2 Filsafat Pendidikan Secara Realisme....................................... 2
2.3 Filsafat Pendidikan Secara Materialisme................................. 5

BAB III PENUTUP.................................................................................. 10


3.1 Kesimpulan.............................................................................. 10
3.2 Saran......................................................................................... 10

Daftar Pustaka......................................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya manusia sebagai makhluk hidup berpikir dan selalu berusaha
untuk mengetahui segala sesuatu, tidak mau menerima begitu saja apa adanya
sesuatu itu, selalu ingin tahu apa yang ada dibalik yang dilihat dan diamati.
Segala sesuatu yang dilihatnya, dialaminya, dan gejala yang terjadi di
lingkungannya selalu dipertanyakan dan dianalisis atau dikaji. Ada tiga hal yang
mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu keheranan, kesangsian, dan
kesadaran atas keterbatasan. Berfilsafat kerap kali didorong untuk mengetahui
apa yang telah tahu dan apa yang belum tahu, berfilsafat berarti berendah hati
bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui dalam kemestaan yang seakan
tidak terbatas.

Dalam menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia senatiasa


terkagum atas apa yang dilihatnya. Manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu
oleh panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatasannya. Dalam situasi itu
banyak yang berpaling kepada agama atau kepercayaan Ilahiah. Tetapi sudah
sejak awal sejarah, ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak menahan manusia
menggunakan akal budi dan fikirannya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang
ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses itu mencari tahu itu
menghasilkan kesadaran, yang disebut pencerahan. Jika proses itu memiliki ciri-
ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat
dipertanggung-jawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan secara realisme?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan secara materialisme?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Mengetahui pengertian filsafat pendidikan secara realisme.
1.3.2 Mengetahui pengertian filsafat pendidikan secara materialisme.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Singkat Filsafat Pendidikan


Filsafat pendidikan merupakan ilmu filsafat yang mempelajari hakikat
pelaksanaan dan pendidikan. Bahan yang dipelajari meliputi tujuan, latar
belakang, cara, hasil, dan hakikat pendidikan. Metode yang dilakukan adalah
dengan menganalisis secara kritis struktur dan manfaat pendidikan. Dan ada
juga yang berpendapat bahwa , filsafat pendidikan yaitu ilmu yang mempelajari
tentang kebenaran yang bersifat realistis sehingga dapat mengubah sikap dan
tingkahlaku seseorang atau kelompok dalam mendewasakan manusia melalui
pengajaran dan latihan-latihan yang bersifat mendidik.

2.2 Filsafat Pendidikan Secara Realisme


2.2.1 Pengertian Realisme Filsafat Pendidikan

Aliran Realisme merupakan pandangan bahwa objek indra itu nyata dan ada
sendiri, tanpa harus disandarkan ilmu pengetahuan lain atau kesadaran akal.
Realisme ini juga bereaksi terhadap keabstrakan dari aliran filsafat idealisme.
Realisme didunia pendidikan memiliki dua prinsip.

 Memberikan perhatian kepada pesertadidik atau murid seperti apa


adanya. 
 Insiatif didalam pendidikan yang beradapada pendidik atau guru bukan
pada anaknya. Hal tersebut disesuaikan dengan hidup dan tanggung
jawab sosial, dan jugamenciptakan peserta didik agar supaya menguasai
suatu pengetahuan yang dapat dipercaya dengan disiplinnya
mentalataupun moral. 

2.2.2 Tokoh Filsafat Pendidikan Realisme


 Johan Amoskomunisius

Tokoh ini berpendapat bahwa realisme dapat digolongkan pada religius,


ialah tentang bagaimana manusia harus berusaha agar untuk mencapai
dua tujuan, yaitu keselamatan dan hidup sejahtera. 

 . Wiliam MC Gucken

Menurut MC Gucken. Tanpa adanya tuhan, maka tidak ada tujuan


pendidikan. Tujuann, mempersatukan manusia agar hidup didunia
sekarang. Maksudnya, mencapai tujuan akhir yang abadi hidup didunia.
Bahkan aliran realisme religius menyetujui agar kita dapat memahami
hukum moral dengan menggunakan akal. 

 Frans Bason

Tokoh ini negarawan dan penulis inggris. Dia juga dikenal sebagai orang
yang kritikus hebat pada kekeliruan ilmu pengetahuan dan juga
pendidikan. 

2.2.3 Konsep Pendidikan Realisme


Berdasarkan aliran realisme, maka tujuan pendidikan akan dirumusakan
sebagai upaya pengembangan potensi-potensi yang ada dan dimiliki oleh
peserta didik untuk menjadi seoptimal mungkin. Menurut Realisme, yang
dimaksud dengan hakikat kenyataan itu berada pada ”hal” atau ”benda”. Jadi,
bukan sesuatu yang terlepas atau dilepaskan dari pemiliknya. Oleh karena itu,
wajar bila yang menjadi perhatian pertama dalam pendidikan adalah apa yang
ada pada peserta didik .
1. Tujuan Pendidikan 
Tujuan-tujuan pendidikan dalam aliran realisme adalah dapat
menyesuaikan diri secara tapat dalam hidup dan dapat melaksanakan tang
jawab sosial.

2. Prinsip-Prinsip Pendidikan Realisme


 Belajar pada dasarnya mengutamakan perhatian pada peserta didik seperti
apa adanya.
 Inisiatif dalam pendidikan harus ditekankan pada pendidik bukan pada
anak.
 Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek mater yang telah
ditentukan. Kurikulum diorganisasikan dan direncanakan dengan pasti
oleh guru. Secara luas lingkungan materiil dan sosial, manusia yang
menentukan bagaimana seharusnya ia hidup.

2.2.4 Implikasi Realisme Dalam Pendidikan

Menurut Power (1982), implikasi filsafat pendidikan realisme adalah


sebagai berikut :

 Tujuan: penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial.

 Kurikulum: komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna


berisi pentahuan umum dan pengetahuan praktis;

 Metode: Belajar tergantung pada pengalaman baik langsung atau tidak


langsung. Metodenya harus logis dan psikologis. Metode pontiditioning
(Stimulua-Respon) adalah metode pokok yang digunakan.

 Peran peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang handal dapat


dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial dalam
belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil
yang baik.

 Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik


mengajar dan dengan keras menuntut prestasi peserta didik.
Pendidikan menurut aliran filsafat realisme menekankan pada
pembentukan peserta didik agar mampu melaksanakan tanggung jawab
sosial dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Untuk mencapainya
diperlukan pendidikan yang ketat dan sistematis dengan dukungan
kurikulum yang komprehensif dan kegiatan belajar yang teratur di bawah
arahan oleh tenaga pendidik.
2.3 Filsafat Pendidikan Secara Materialisme
2.3.1 Pengertian Materialis Filsafat Pendidikan
Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang
dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri
atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material. Materi adalah
satu-satunya substansi. Sebagai teori, materialisme termasuk paham ontologi
monistik. Akan tetapi, materialisme berbeda dengan teori ontologis yang
didasarkan pada dualisme atau pluralisme. Dalam memberikan penjelasan
tunggal tentang realitas, materialisme berseberangan dengan idealisme.
Materialisme tidak mengakui entitas-entitas nonmaterial seperti roh, hantu,
setan dan malaikat. Pelaku-pelaku immaterial tidak ada. Tidak ada Tuhan atau
dunia adikodrati. Realitas satu-satunya adalah materi dan segala sesuatu
merupakan manifestasi dari aktivitas materi. Materi dan aktivitasnya bersifat
abadi. Tidak ada penggerak pertama atau sebab pertama. Tidak ada kehidupan,
tidak ada pikiran yang kekal. Semua gejala berubah, akhirnya melampaui
eksistensi, yang kembali lagi ke dasar material primordial, abadi, dalam suatu
peralihan wujud yang abadi dari materi.

2.3.2 Tokoh Filsafat Pendidikan Materialisme

 Demokritos
Seorang filsuf yang termasuk di dalam Mazhab Atomisme.
Ia adalah murid dari Leukippos, pendiri mazhab tersebut. Demokritos
mengembangkan pemikiran tentang atom sehingga justru pemikiran
Demokritos yang lebih dikenal di dalam sejarah filsafat. Selain sebagai
filsuf, Demokritos juga dikenal menguasai banyak keahlian. Sayangnya,
karya-karya Demokritos tidak ada yang tersimpan. Demokritos menulis
tentang bagaimana cara seorang laki laki mendapatkan pacar yang banyak
dan juga ilmu alam, astronomi, matematika, sastra, epistemologi, dan
etika.
 Ludwig Feuerbach
Termasyhur sebagai salah seorang Hegelian Sayap Kiri. Feuerbach
memandang bahwa sistem filosofis yang sudah ditegaskan oleh Hegel
adalah puncak tertinggi dari rasionalisme Barat. Menurut Hegel (1770 –
1831), dalam kesadaran manusia, Allah mengungkapkan diri. Gagasan
fundamental Hegel di atas dapat dimengerti sebagai berikut: bahwa kita,
orang-orang merasa berpikir dan bertindak menurut kehendak atau selera
kita, tetapi di belakangnya “roh semesta” mencapai tujuannya. Hegel
memakai kata “kelihaian Akal Budi” (“die List der Vernunft”). Roh
semesta adalah pelaku sejarah yang sebenarnya tetapi seakan-akan dari
belakang layar. Para pelaku manusia tidak sadar bahwa mereka didalangi
olehnya. Hegel menekankan peranan Roh, Kesadaran, Akal Budi dan Ide.

2.3.3   Ciri-ciri Filsafat Materialisme


 Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi
 Tidak meyakini adanya alam ghaib
 Menjadikan panca-indera sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu
 Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakkan hukum
 Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlaq

2.3.4  Variasi aliran filsafat materialisme

Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan


materialisme metafisik.
 Filsafat Materialisme Dialektika
            Materialisme dialektika adalah materialisme yang memandang segala
sesuatu selalu berkembang sesuai dengan hukum-hukum dialektika: hukum
saling hubungan dan perkembangan gejala-gejala yang berlaku secara objektif
didalam dunia semesta. Pikiran-pikiran materialisme dialekti inipun dapat kita
jumpai dalam kehidupan misalnya, “bumi berputar terus, ada siang ada malam”,
“habis gelap timbullah terang”, “patah tumbuh hilang berganti” dsb. Semua
pikiran ini menunjukkan bahwa dunia dan kehidupan kita senantiasa
berkembang.
 Filsafat Materialisme Metafisik
          Materialisme metafisik, yang memandang dunia secara sepotong-
sepotong atau dikotak-kotak, tidak menyeluruh dan statis. Pikiran-pikiran
materialisme metafisik ini misalnya: “sekali maling tetap maling”, memandang
orang sudah ditakdirkan, tidak bisa berubah.

2.3.5. Implikasi Aliran Filsafat Materialisme untuk Pendidikan


Materialisme maupun positivisme, pada dasarnya tidak menyusun konsep
pendidikan secara eksplisit. Bahkan menurut Waini Rasyidin dalam (1992)
dalam Sadulloh (2003:116) filsafat positivisme sebagai cabang dari
materialisme lebih cenderung menganalisis hubungan faktor-faktor yang
mempengaruhi upaa dan hasil pendidikan secara faktual. Memilih aliran
positivisme berarti menolak filsafat pendidikan dan mengutamakan sains
pendidikan. Sains pendidikan yang dipergunakan dalam mempelajari
pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, ialah berdasarkan pada hasil
temuan dan kajian ilmiah dalam psikologi, yaitu psikologi aliran behaviorisme.
Behaviorisme yang berakar dari positivisme dan materialisme telah
populer dalam menyusun teori pendidikan, terutama dalam teori belajar yaitu
apa yang disebut dengan “conditioning theory” yang dikembangkan oleh E.L.
Thorndike dan B.F. skinner.
Menurut behaviorisme, perilaku manusia adalah ahasil pembentukan
melalui kondisi lingkungan. Yang dimaksud perilaku adalah hal-hal yang dapat
berubah, dapat diamati, dan dapat diukur (materialisme dan positivisme). Hal
ini mengandung implikasi bahwa proses pendidikan menekankan pentingnya
keterampilan dan pengetahuan akademis yang empiris sebagai hasil kajian
sains, serta perilaku sosial sebaga hasil belajar.
Power (1982) dalam Sadulloh (2003:117) mengemukakan beberapa
implikasi pendidikan positivisme behaviorisme yang bersumber pada filsafat
materialisme sebagai berikut:
 Tema
Manusia yang baik dan efisien dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol
secara ilmiah dan seksama
 Tujuan pendidikan
Perubahan perilaku, mempersiapkan manusia sesuai dengan kapasitasnya, untuk
tanggung jawab hidup sosial dan pribadi yang kompleks
 Kurikulum
Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya dan diorganisasi,
selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.
 Metode
Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi (SR Conditioning), operant
conditioning, reinforcement, pelajaran berprogram dan kompetensi.
 Kedudukan siswa
Tidak ada kebebasan. Perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar. Pelajaran
sudah dirancang. Siswa dipersiapkan untuk hidup. Mereka dituntut untuk
belajar.
 Peranan guru
Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan.
Guru dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Filsafat pendidikan itu adalah usaha-usaha untuk memahami sedalam-
dalamnya hakikat pendidikan dari berbagai segi seperti eksistensi,fungsi,ciri-
ciri,kegunaan,pelaku,hasil-hasil,tujuan,kurikulum,masalah-masalah serta cara-
cara memecahkan masalah itu. Substansi Filsafat Pendidikan kedudukan dalam
jajaran ilmu pengetahuan adalah sebagai bagian dari fundasi- fundasi
pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan perlu menengahkan tentang
konsep-konsep dasa pendidikan.
Filsafat pendidikan memiliki artian yang cukup luas dan saling berhubungan.
Dalam realisme, filsafat adalah kesadaran yang berasal dari diri sendiri dan akal
sendiri tanpa dihubungkan ke dalam ilmu pengetahuan. Sedangkan filsafat
dalam materialisme, filsafat adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
materi.

3.2 Saran
Menyadari peran penting pendidikan, maka langkah pertama yang harus
dilakukan adalah memahami terlebih dahulu filsafat dan hakikat filsafat
pendidikan. Pemahaman tersebut akan menyebabkan kita memahami peran,
mendudukkannya, dan menilai pendidikan secara proporsional.
DAFTAR PUSTAKA

Purba,Edward.dan Yusnadi.2015.Filsafat Pendidikan.Medan:Unimed Press

“Pengertian Idealisme, Realisme dan Materialisme Dalam Filsafat Pendidikan”.


knowledgeisfreee.blogspot.com 25 september 2018. 20 september 2020
https://knowledgeisfreee.blogspot.com/2015/11/makalah-modern-filsafat-pendidikan.html?
m=1A

Anda mungkin juga menyukai