Anda di halaman 1dari 15

BAHASA INDONESIA BAKU DAN NON-BAKU

SERTA CIRI-CIRINYA

DISUSUN OLEH :
M. Ryanda Husein (2203342012)

Zulfikar Hajar (2203142024)

Efliana Br. Silaen (2203342014)

M. Awiky Irdana (2203142020)

Agnes Sylvia Hutagalung (2202342001)

Daniel Raja Nasution (2203142003)

Anggie Nasution (2203342013)

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Mara Untung Ritonga, S.S., M.Hum., Ph.D

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah dipakai oleh
masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia. Cikal bakal
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara berawal dari pernyataaan sikap
politik pemuda nusantara dengan ikrar  sumpah pemuda. Dalam kedudukan bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional, disamping menjadi alat komunikasi antar etnis yang mempunyai bahasa
daerah masing-masing sebagai bahasa pertama, bahasa Indonesia juga telah menjadi alat
komunikasi efektif bagi terjalinnya hubungan antar etnis di Indonesia. Oleh karena itu
pengetahuan tentang bahasa baku cukup penting untuk mempelajari bahasa Indonesia secara
menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan benar sehingga
identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang.

Bahasa Indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyrakat. Tidak hanya pelajar dan
mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. Dalam
bahasan Indonesia itu ada yang disebut bahasa baku. Dimana bahasa baku merupakan standar
penggunaan bahasa yang dipakai dalam bahasa Indonesia. Istilah bahasa baku telah dikenal oleh
masyarakat secara luas. Namun pengenalan istilah tidak menjamin bahwa mereka memahami
secara komprehensif konsep dan makna istilah bahasa baku itu. Hal ini terbukti bahwa masih
banyak orang atau masyarakat berpendapat bahasa baku sama dengan bahasa yang baik dan
benar. “Kita berusaha agar dalam situasi resmi kita harus berbahasa yang baku. Begitu juga
dalam situasi yang tidak resmi kita berusaha menggunakan bahasa yang baku”. (Pateda, 1997 :
30).

Slogan “pergunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar”, tampaknya mudah diucapkan,
namun maknanya tidak jelas. Slogan itu hanyalah suatu retorika yang tidak berwujud nyata,
sebab masih diartikan bahwa di segala tempat kita harus menggunakan bahasa
baku. Berdasarkan uraian diatas, ada beberapa hal yang menarik untuk  dibahas tentang
pengertian bahasa baku, pengertian bahasa tidak baku, pengertian bahasa Indonesia baku,
pengertian bahasa Indonesia tidak baku, ciri-ciri bahasa baku dan bahasa tidak baku, pemakaian
bahasa Indonesia dengan baik dan benar, serta contoh-contoh kesalahan berbahasa.

1. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut ;

1. Apa yang dimaksud dengan bahasa baku?


2. Apa yang dimaksud dengan bahasa tidak baku?
3. Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia baku?
4. Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia tidak baku?
5. Apa ciri-ciri bahasa Indonesia baku?
6. Bagaimana pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar?
7. Apa contoh-contoh kesalahan berbahasa?

1. Tujuan

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui pengertian dari bahasa baku.


2. Mengetahui pengertian bahasa tidak baku.
3. Mengetahui pengertian bahasa Indonesia baku.
4. Mengetahui pengertian bahasa Indonesia tidak baku.
5. Dapat menjelaskan ciri-ciri bahasa Indonesia baku.
6. Mengetahui pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
7. Mengetahui contoh-contoh kesalahan berbahasa.

 
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Bahasa Baku

Bahasa baku ialah satu jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman dalam bentuk dan fungsi
bahasa, menurut ahli linguistik Einar Haugen. Ia dikatakan sebagai “loghat yang paling betul”
bagi sesuatu bahasa.

Halim (1980) mengatakan bahwa bahasa baku adalah ragam bahasa yang dilembagakan dan
diakui oleh sebagian masyarakat, dipakai sebagai ragam resmi dan sebagai kerangka rujukan 
norma bahasa dan penggunaannya.

Pei dan Geynor (1954: 203) menggatakan bahwa bahasa baku adalah dialek suatu bahasa yang
memiliki keistimewaan sastra dan budaya melebihi dialek-dialek lainnya, dan disepakati penutur
dialek-dialek lain sebagai bentuk bahasa yang paling sempurna.

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia. Poewadarminta menuliskan :

baku I

Jawa, (1) yang menjadi pokok, yang sebenarnya ; (2) sesuatu yang dipakai sebagai dasar ukuran
(nilai, harga, standar).

baku II

saling (1976 : 79)

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KBBI, 1988 :71), kata baku juga ada dijelaskan.

baku I

 pokok, utama ; (2) tolok ukur yang berlaku untuk kuantitas atau kualitas dan yang
ditetapkan berdasarkan kesepakatan; standar;

baku II

saling

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Badudu dan Zain menjelaskan makna kata baku.

 
baku I

(Jawa) yang menjadi pokok; (2) yang utama; standar

baku II

(Manado), saling (1996 : 144)

Baku dalam bahasa baku di dalam 3 Kamus di atas bermakna sama dengan baku I. Oleh karena
itu, bahasa baku ialah bahasa yang menjadi pokok, yang menjadi dasar ukuran, atau yang
menjadi standar. Penjelasan makna kata itu tentu saja belum cukup untuk memahami konsep
yang sesungguhnya. Di dalam bahasa baku itu terdapat 3 aspek yang saling menyatu,
yaitu kodifikasi, keberterimaan, difungsikan sebagai model. Ketiganya dibahas di bawah ini.

Istilah kodifikasi adalah terjemahan dari “codification” bahasa Inggris. Kodifikasi diartikan


sebagai hal memberlakukan suatu kode atau aturan kebahasaan untuk dijadikan norma di dalam
berbahasa (Alwasilah, 1985 :121). Masalah kodifikasi berkait dengan masalah ketentuan atau
ketetapan norma kebahasaan. Norma-norma kebahasaan itu berupa pedoman tata bahasa, ejaan,
kamus, lafal, dan istilah. Kode kebahasaan sebagai norma itu dikaitkan juga dengan
praanggapan bahwa bahasa baku itu berkeseragaman. Keseragaman kode kebahasaan diperlukan
bahasa baku agar efisien, karena kaidah atau norma jangan berubah setiap saat. Kodifikasi
kebahasaan juga dikaitkan dengan masalah bahasa menurut situasi pemakai dan pemakaian
bahasa. Kodifikasi ini akan menghasilkan ragam bahasa. Perbedaan ragam bahasa itu akan
tampak dalam pemakaian bahasa lisan dan tulis. Dengan demikian kodifikasi kebahasaan bahasa
baku akan tampak dalam pemakaian bahasa baku.

Bahasa baku atau bahasa standar itu harus diterima atau berterima bagi masyarakat bahasa.
Penerimaan ini sebagai kelanjutan kodifikasi bahasa baku. Dengan penerimaan ini bahasa baku
mempunyai kekuatan untuk mempersatukan dan menyimbolkan masyarakat bahasa baku.

Bahasa baku itu difungsikan atau dipakai sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas.
Acuan itu dijadikan ukuran yang disepakati secara umum tentang kode bahasa dan kode
pemakaian bahasa di dalam situasi tertentu atau pemakaian bahasa tertentu.

Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam bahasa inggris dalam
dunia ilmu bahasa atau linguistic pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem Mathesius Ia
termasuk pencetus aliran praha. Ia merumuskan bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang
telah dimodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara
luas.

Di dalam Bahasa dan Sastra dalam gamitan pendidikan, Yus Rusiana berpengertian bahwa
bahasa baku atau bahasa standar adalah suatu bahasa yang dikodifikasikan, diterima, dan
dijadikan model oleh masyarakat bahasa yang lebih luas (1984 : 104). Didalam tata bahasa
rujukan bahasa Indonesia untuk tingkatan pendidikan menengah, Gorys Keraf berpengertian
bahwa bahasa baku adalah bahasa yang dianggap dan diterima sebagai patokan umum untuk
seluruh penutur bahasa itu (1991 : 8).
Bahasa baku merupakan  bahasa yang dapat mengungkapkan penalaran atau pemikiran teratur,
logis, dan masuk akal. Bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis dan kecendekiaan.
Bahasa baku adalah bahasa yang digunakan secara efektif, baik, dan benar. Efektif karena
memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali. Baik karena sesuai
kebutuhan: ruang dan waktu. Dan, benar karena sesuai kaidah kebahasaan, secara tertulis
maupun terucap.

Menurut Indradi (2008) bahasa baku adalah bahasa yang standar sesuai dengan aturan
kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan
sesuai dengan perkembangan zaman. Bahasa baku sebenanya merupakan bahasa yang digunakan
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks penggunaannya adalah
dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat.

1. Pengertian Bahasa Tidak Baku

Istilah bahasa tidak baku ini terjemahan dari “nonstandard language”. Istilah bahasa nonstandar
ini sering disinonimkan dengan istilah “ragam subbaku”, “bahasa nonstandar”, “ragam takbaku”,
bahasa tidak baku”, “ragam nonstandar”.

Suharianto berpengertian bahwa bahasa nonstandar atau bahasa tidak baku adalah salah satu
variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam
pemakaian bahasa tidak resmi (1981 : 23).

Alwasilah berpengertian bahwa bahasa tidak baku adalah bentuk bahasa yang biasa memakai
kata-kata atau ungkapan, struktur kalimat, ejaan dan pengucapan yang tidak biasa dipakai oleh
mereka yang berpendidikan (1985 : 116).

Bahasa tidak baku adalah bahasa yang digunakan dalam berbicara dan menulis yang berbeda
pelafalan, tata bAhasa, dan kosa kata dari bahasa baku suatu bahasa. (Richard, Jhon, dan Heidi
dalam Barus 2014:7)

Crystal berpengertian bahwa bahsa nonbaku adalah bentuk-bentuk bahasa yang tidak memenuhi
norma baku, yang dikelompokan sebagai subbaku atau nonbaku.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, jelas bahwa bahasa nonstandar adalah ragam yang
berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak
resmi.
 

1. Pengertian Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk bahasanya telah
dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat Indonesia
secara luas.

Contoh pada Undang-undang dasar :

Undang-undang dasar 1945 pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala
bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dari beberapa kalimat dalam  undang-undang tersebut menunjukkan  bahasa baku, dan
merupakan pemakaian bahasa secara baik dan benar.

1. Pengertian Bahasa Indonesia Tidak Baku

Bahasa Indonesia tidak baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak dikodifikasi,
tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi
dipakai oleh masyarakat secara khusus.

1. Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku

Ciri-ciri bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia tidak baku telah dibuat oleh para pakar
bahasa dan pengajaran bahasa Indonesia. Mereka itu antara lain Harimurti Kridalaksana, Anton
M. Moeliono, dan Suwito.

Ciri-ciri bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia tidak baku itu dijelaskan di bawah ini
setelah merangkum ciri-ciri yang ditentukan atau yang telah dibuat oleh para pakar tersebut.

Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku sebagai berikut :

 Pelafalan sebagai bahagian fonologi bahasa Indonesia baku adalah pelafalan yang relatif
bebas atau sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek.

Misalnya : kata / keterampilan / diucapkan / ketrampilan / bukan / keterampilan

 Bentuk kata yang berawalan me- dan ber- dan lain-lain sebagai bahagian morfologi


bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kata.

Misalnya:
Banjir menyerang kampung yang banyak penduduknya itu.

Kuliah sudah berjalan dengan baik.

 Konjungsi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan
tetap di dalam kalimat.

Misalnya:

Sampai dengan hari ini ia tidak percaya kepada siapa pun, karena semua diangapnya penipu.

 Partikel -kah, -lah dan -pun sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis


secara jelas dan tetap di dalam kalimat.

Misalnya:

Bacalah buku itu sampai selesai!

Bagaimanakah cara kita memperbaiki kesalahan diri?

Bagaimanapun kita harus menerima perubahan ini dengan lapang dada.

 Preposisi atau kata dengan sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku dituliskan
secara jelas dan tetap dalam kalimat.

Misalnya:

Saya bertemu dengan adiknya kemarin.

Ia benci sekali kepada orang itu.

 Bentuk kata ulang atau reduplikasi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku
ditulis secara jelas dan tetap sesuai dengan fungsi dan tempatnya di dalam kalimat.

Mereka-mereka itu harus diawasi setiap saat.

Semua negara-negara melaksanakan pembangunan ekonomi.

Suatu titik-titik pertemuan harus dapat dihasilkan dalam musyawarah itu.

 Kata ganti atau polaritas tutur sapa sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku
ditulis secara jelas dan tetap dalam kalimat. Misalnya:

Saya – anda bisa bekerja sama di dalam pekerjaan ini.

Aku – engkau sama-sama berkepentingan tentang problem itu.


Saya – Saudara memang harus bisa berpengertian yang sama.

 Pola kelompok kata kerja aspek + agen + kata kerja sebagai bahagian kalimat bahasa
Indonesia baku ditulis dan diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.

Misalnya:

Surat Anda sudah saya baca.

Kiriman buku sudah dia terima.

 Konstruksi atau bentuk sintesis sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis
atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.

Misalnya:

saudaranya

dikomentari

mengotori

harganya

 Fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia


baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat.

Misalnya:

Kepala Kantor pergi keluar negeri.

Rumah orang itu bagus.

 Struktur kalimat baik tunggal maupun majemuk ditulis atau diucapkan secara jelas dan
tetap sebagai bahagian kalimat bahasaIndonesia baku di dalam kalimat.

Misalnya:

Mereka sedang mengikuti perkuliahan dasar-dasar Akuntansi I. Sebelum analisis data


dilakukannya, dia mengumpulkan data secara sungguh-sungguh.

 Kosakata sebagai bagian semantik bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara
jelas dan tetap dalam kalimat.

Misalnya:
Mengapa, tetapi, bagaimana, memberitahukan, hari ini, bertemu, tertawa, mengatakan, pergi,
tidak begini, begitu, silakan.

 Ejaan resmi sebagai bahagian bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap baik
kata, kalimat maupun tanda-tanda baca sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.
 Peristilahan baku sebagai bahagian bahasa Indonesia baku dipakai sesuai dengan
Pedoman Peristilahan Penulisan Istilah yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Purba, 1996 : 63 – 64).

1. Contoh-contoh Kesalahan Berbahasa

Kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar.
Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau yang menyimpang dari norma
baku atau norma terpilih dari performasi bahasa orang dewasa.

Kesalahan berbahasa adalah pengguanan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang
berlaku dalam bahasa itu. Penyimpangan kaidah bahasa dapat disebabkan oleh menerapkan
kaidah bahasa dan keliru dalam menerapkan kaidah bahasa. Dalam pengajaran bahasa, dikenal
dua istilah kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake).

Menurut Tarigan (1988: 87), kesalahan berbahasa erat kaitannya dengan pengajaran bahasa, baik
pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran kedua. Kesalahan berbahasa tersebut
mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa harus dikurangi bahkan
dapat dihapuskan. Kesalahan-kesalahan tersebut sering timbul dan banyak terjadi pada
penulisan-penulisan ilmiah. Ada empat pengklasifikasian atau taksonomi kesalahan berbahasa
yang dikemukakan Tarigan (1988), antara lain:

1. Taksonomi kategori linguistik


2. Taksonomi siasat permukaan
3. Taksonomi komparatif dan
4. Taksonomi efek komunikatif.

Pada makalah ini, akan dijelaskan tentang taksonomi kategori linguistik, taksonomi siasat
permukaan, taksonomi komparatif dan efek komunikatif.

1. Taksonomi Kategori Linguistik

Mengklasifikasikan kesalahan berbahasa berdasarkan komponen linguistik atau unsur linguistik


tertentu. Politzer dan Ramirez dalam Tarigan mengutarakan bahwa kesalahan-kesalahan
berbahasa dapat dikelompokkan atas kesalahan fonologi, morfologi, sintaksis, dan kosakata.
Kesalahan fonologi mencakup ucapan bagi bahasa lisan dan ejaan bagi bahasa tulisan. Kesalahan
morfologi mencakup kesalahan imbuhan dan perulangan kata. Kesalahan sintaksis mencakup
kesalahan frase, klausa, dan kalimat. Kesalahan leksikon merupakan kesalahan pilihan kata.
2. Taksonomi Siasat Permukaan

Taksonomi siasat permukaan memfokuskan pada cara-cara struktur luar bahasa berubah. Para
penutur bahasa mungkin saja :

1. Menghilangkan butir-butir penting (penghilangan)


2. Menambahkan sesuatu yang tidak perlu (penambahan)
3. Salah memformasikan butir-butir (salah formasi)
4. Salah menyusun butir-butir tersebut (salah susun)

Kesalahan yang bersifat penghilangan ditandai oleh ketidakhadiran suatu butir yang seharusnya
ada dalam bahasa yang baik dan benar. Kesalahan penambahan ditandai oleh hadirnya suatu
unsur yang seharusnya tidak ada dalam ujaran yang baik dan benar. Salah formasi ditandai oleh
pemakaian bentuk morfem atau struktur yang salah. Salah susun ditandai oleh penempatan yang
tidak benar bagi suatu morfem atau kelompok morfem.

3. Taksonomi Komparatif

Klasifikasi kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif didasarkan pada perbandingan-


perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan bahasa kedua dan tipe-tipe kontruksi tertentu
lainnya. Sebagai contoh jika kita menggunakan taksonomi komparatif untuk mengklasifikasikan
kesalahan-kesalahan pelajar Indonesia yang belajar bahasa Inggris, maka kita dapat
membandingkan struktur kesalahan pelajar yang memeroleh bahasa Inggris sebagai baha
pertama. Contoh lainnya bila seseorang dari suku tertentu (jawa) yang belajar bahasa Indonesia
sebagai bahasa sasarannya.

Dalam kepustakaan riset, kesalahan-kesalahan bahasa kedua sudah sangat sering dibandingkam
dengan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar bahasa sasaran sebagai
bahasa pertama mereka dan mengekuivalensikan frase-frase atau kalimat-kalimat dalam bahasa
ibu mereka. Dengan demikian, klasifikasi kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif
(atau comparative taxonomy) didasarkan pada perbandingan-perbandingan antara struktur
kesalahan-kesalahan bahasa kedua dan tipe-tipe konstruksi tertentu lainnya (Tarigan, 1988:158).

Berdasarkan perbandingan tersebut maka dalam taksonomi komparatif dapat dibedakan menjadi:

 Kesalahan Perkembangan (Development Errors) adalah kesalahan-kesalahan yang


sama dengan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar bahasa sasaran sebagai bahasa
pertama

Contoh:

 Dalam Bahasa Indonesia


Pada contoh satu (1) dan dua (2) kesalahan terjadi karena kata nonton dan resmikan, kehilangan
awalan me-, sedangkan pada contoh tiga (3) kesalahan yang terjadi adalah akibat hilangnya atau
tidak adanya partikel di- sebelum kata rumah.

 Kesalahan Antarbahasa (Interlingual Errors)

Kesalahan antarbahasa adalah kesalahan-kesalahan yang semata-mata mengacu pada kesalahan


bahasa kedua yang mencerminkan struktur bahasa asli atau bahasa ibu, tanpa menghiraukan
proses-proses internal atau kondis-kondisi eksternal yang menimbulkannya. Kesalahan
antarbahasa merupakan kesalahan yang sama dalam struktur bagi kalimat atau frasa yang
berekuivalen secara semantik dalam bahasa ibu sang pelajar. Kesalahan antarbahasa
(interlingual) disebut juga kesalahan interferensi, yakni: kesalahan yang bersumber (akibat) dari
pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa kedua.

Contoh:

Pada contoh satu (1) di atas adalah ucapan dari seorang anak Karo yang belajar Bahasa Indonesia
untuk mencerminkan susunan atau urutan kata frasa proposisi dalam bahasa Karo (Bandung dari
berarti ‘dari Bandung). Pada contoh dua (2) kesalahan terjadi karena tuturan yang digunakan
dipengaruhi oleh bahasa Sunda karena kalimat Sundanya adalah “makanan teh atos kuabdi”.
Bila tuturan tersebut dituturkan kedalam Bahasa Indonesia, maka seharusnya “makanan itu telah
saya makan”. Hal itu didasarkan pada struktur Bahasa Indonesia. Pada contoh tiga (tiga)
kesalahan terjadi karena adanya penggunaan unsur bahasa lain (Bahasa Inggris) ke dalam Bahasa
Indonesia yaitu pada frase “ It doesn’t matter” yang memiliki padanan kata “itu bukan masalah”
dalam Bahasa Indonesia dan pada contoh empat (4) merupakan contoh tuturan yang diujarkan
oleh penutur Batak. Huruf “e” pada kata tenang seharusnya dilafalkan lemah, bukan keras.

 Kesalahan Taksa (Ambiguous Errors)

Kesalahan taksa adalah kesalahan yang dapat diklasifikasikan sebagi kesalahan perkembangan
ataupun kesalahan antarbahasa. Contoh: Konstruksi yang mencerminkan bahasa asli sang pelajar
(misalnya Medan) yang belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama mereka.

1. Menulis saya (Saya menulis)


2. Tidur dia (Dia tidur)
3. Pergi kami (Kami pergi)
4. Yang berdiri di depan kakak ibu (Yang berdiri di depan kakak / ibu)

Kalimat ini jika pengucapannya tidak dibatasi oleh jeda akan dapat ditafsirkan yang berdiri di
depan itu kakak dari ibu (paman/bibi) atau bisa juga ditafsirkan yang berdiri di depan kakak itu
adalah ibu.
 

 Kesalahan Lain (Other Errors)

Menurut Dulay dan Burt (1974), dalam membuat analisis komparatif kesalahan anak-anak,
menyebutnya sebagai kesalahan unik (Unique errors) yang mengacu pada keunikannya bagi para
pelajar bahasa kedua. Kesalahan unik adalah kesalahan bahasa yang tidak dapat dideskripsikan
berdasarkan tataran kesalahan interlingual dan intralingual. Kesalahan ini tidak dapat dilacak dari
bahasa pertama maupun bahasa kedua. Misalnya: anak kecil yang mulai belajar berbicara dalam
suatu bahasa, tidak sedikit tuturan (kata frase atau kalimat) yang tidak dapat dijelaskan dari
bahasa pertama maupun bahasa kedua.

Contoh:

Kesalahan unik pada contoh satu (1) adalah pada ragam bahasa yang digunakan. Pada kalimat
tidak apa-apa dituturkan menjadi gak papa gin.     

4. Taksonomi Efek Komunikatif

Jika taksonomi komparatif memusatkan perhatian pada aspek-aspek kesalahan itu sendiri, maka
taksonomi efek komunikatif memandang serta menghadapi kesalahan-kesalahan dari perspektif
efeknya terhadap penyimak atau pembaca.

Berdasarkan terganggu atau tidaknya komunikasi karena kesalahan-kesalahan yang ada, maka
dapatlah dibedakan dua jenis kesalahan, yaitu :

 Kesalahan Global (Global Errors)

Kesalahan Global adalah kesalahan yang mempengaruhi keseluruhan organisasi kalimat


sehingga benar-benar menggangu komunikasi. Karena luasnya cakupan sintatik kesalahan-
kesalahan serupa itu, maka Burt dan Kiparsky menyebut kategori ini kesalahan “global”. Menurt
Burt dan Kiparsky, kesalahan gobal mencakup:

1. Salah menyusun unsur pokok

Misalnya :

Bahasa Indonesia banyak orang disenangi.

Yang seharusnya :

Bahasa Indonesia disenangi banyak orang.

1. Salah menempatkan atau tidak memakai kata sambung


Misalnya :

Tidak beli beras tadi, apa makan kita sekarang.

Yang seharusnya :

Kalu kita tidak membeli beras tadi, makan apa kita sekarang

1. Hilangnya ciri kalimat pasif

Misalnya :

 Rencana penelitian itu diperiksa pada pimpinan.

Yang seharusnya :

 Rencana penelitian itu diperiksa oleh pimpinan.

 Kesalahan Lokal (Local Errors)

Kesalahan lokal adalah kesalahan yang mempengaruhi sebuah unsur dalam kalimat yang
biasanya tidak mengganggu komunikasi secara signifikan. Kesalahan-kesalahan ini hanya
terbatas pada suatu bagian kalimat saja, maka Burt dan Kiparsky menyebutnya kesalahan
“lokal”.

Dalam bahasa Indonesia, contoh kesalahan lokal itu antara lain sebagai berikut.

Penyelesaian tugas itu diselesaikannya dengan penuh semangat.

Jumlah mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh ribu.

Penyerahan hadiah diserahkan oleh Bapak Lurah.

Yang seharusnya:

Tugas itu diselesaikannya dengan penuh semangat.

Mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh ribu.

Hadiah diserahkan oleh Bapak Lurah.

 
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok acuan, yang dijadikan dasar
ukuran atau yang dijadikan standar, digunakan secara efektif, baik, dan benar. Efektif karena
memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali. Baik karena sesuai
kebutuhan: ruang dan waktu dan benar karena sesuai kaidah kebahasaan, secara tertulis maupun
terucap.

Bahasa tidak baku adalah ragam yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku,
dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Bahasa nonbaku sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari seperti keluarga, teman, dan lain-lain

Anda mungkin juga menyukai