Laporan Susut Pengeringan - Euis Siti Solehah - A 192 009 - Sore
Laporan Susut Pengeringan - Euis Siti Solehah - A 192 009 - Sore
SUSUT PENGERINGAN
I. Tujuan
Untuk melakukan pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada
temperatur 1050C selama 30 menit atau sampai berat konstan yang
dinyatakan sebagai nilai persen
II. Prinsip
Memberikan gambaran besarnya senyawa yang hilang pada proses
pengeringan
III. Teori
Dalam hal simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap
dikonsumsi langsung, dapat dipertimbangkan tiga konsep untuk menyusun
parameter standar mutu yaitu sebagai berikut:
1
3. Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang
bertanggung jawab terhadap respons biologis untuk mempunyai
spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa
kandungan.
2
a) Air bebas, terdapat dalam ruang-ruang antarsel dan inter granular dan
pori-pori yang terdapat dalam bahan.
b) Air yang terikat secara lemah karena (teradsorbsi) pada permukaan
koloid makromolekuler seperti protein, pectin, pati, sellulosa. Selain itu, air
juga terdispersi di antara koloid tersebut dan merupakan pelarut zat-zat yang
ada dalam sel. Air yang ada dalam bentuk ini masih tetap mempunyai sifat air
bebas dan dapat dikristalkan pada proses pembekuan. Ikatan antara air dengan
koloid tersebut merupakan ikatan hidrogen.
c) Air dalam keadaan terikat kuat yaitu membentuk hidrat. Ikatannya
bersifat ionik sehingga relatif sukar dihilangkan atau diuapkan. Air yang
terdapat dalam bentuk bebas dapat membantu terjadinya proses kerusakan
bahan makanan misalnya prosesmikrobiologis, kimiawi, enzimatik, bahkan
oleh aktivitas serangga perusak.
Sedangkan air dalam bentuk lainnya tidak membantu terjadinya
proses kerusakan tersebut diatas. Oleh karenanya kadar air bukan
merupakan parameter absolut yang dapat dipakai untuk meramalkan
kecepatan terjadinya kerusakan bahan makanan. Dalam hal ini digunakan
pengertian Aw (Aktivitas air) untuk menentukan kemampuan air dalam
proses kerusakan bahan makanan (Sudarmadji dkk., 1996).
Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara
simultan, yang memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan
air yang dipindahkan dari permukaan bahan, yang dikeringkan oleh media
pengering yang biasanya berupa panas. Tujuan pengeringan adalah
mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana perkembangan
mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan
pembusukan terhambat atau terhenti. Dengan demikian bahan yang
dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lebih lama.
Susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah
pengeringan pada temperatur 105 ºC selama 30 menit atau sampai berat
konstan, yang dinyatakan sebagai nilai persen (%). Tujuannya untuk
3
memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang
hilang pada proses pengeringan. Nilai untuk susut pengeringan jika tidak
dinyatakan lain adalah kurang dari 10%.
Penetapan susut pengeringan bertujuan untuk memberikan
batasan maksimal tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses
pengeringan. Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak
menguap/atsiri dan sisa pelarut organik menguap) identik dengan kadar
air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2 golongan, yaitu:
1. Faktor yang berhubungan dengan udara pengering.
Yang termasuk dalam golongan ini adalah suhu, kecepatan
volumetrik aliran udara pengering, dan kelembaban udara.
2. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan.
Yang termasuk golongan ini adalah:
a.Ukuran bahan, makin kecil ukuran benda, pengeringan akan
makin cepat.
b. Kadar air, makin sedikit air yang dikandung, pengeringan akan
makin cepat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2 golongan, yaitu:
1. Faktor yang berhubunga dengan udara pengering
Yang termasuk golongan ini adalah:
a. Suhu, makin tinggi suhu udara maka pengeringan akan semakin cepat
b. Kecepatan aliran udara pengering, semakin cepat udara maka
pengeringan akan semakin cepat.
c. Kelembaban udara, makin lembab udara, proses pengeringan akan
semakin lambat.
d. Arah aliran udara, makin kecil sudut arah udara terhadap posisi bahan,
maka bahan semakin cepat kering.
Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan
Proses pengeringan terbagi menjadi tiga kategori :
4
1. Pengeringan udara atau pengeringan langsung dibawah tekanan
atmosfir. Pengeringan ini memanfaatkan udara bebas di atmosfir.
2. Pengeringan hampa udara, keuntungan dalam pengeringan ini
didasarkan dengan kenyataan penguapan air terjadi lebih cepat di bawah
tekanan rendah daripada di bawah tekanan tinggi.
3. Pengeringan beku, pengeringan beku adalah sebuah proses yang
memberikan kualitas bahan yang baik dari segi kestabilitan aroma,
warna, dan kemampuan rehidrasi. Pengeringan ini didasarkan proses
sublimisasi yang berada di temperature 0 ºC dan tekanan 613 Pascal.
Adapun metode Pengeringan yaitu:
1. Pengeringan alami
Pengeringan alami terdiri dari:
a. Sun Drying
Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari sebaiknya dilakukan di
tempat yang udaranya kering dan suhunya lebih dari 100o Fahrenheit.
Pengeringan dengan metode ini memerlukan waktu 3-4 hari. Untuk
kualitas yang lebih baik, setelah pengeringan, panaskan bahan di oven
dengan suhu 175 ºF selama 10-15 menit untuk menghilangkan telur
serangga dan kotoran lainnya.
b. Air Drying
Pengeringan dengan udara berbeda dengan pengeringan dengan
menggunakan sinar matahari. Pengeringan ini dilakukan dengan cara
menggantung bahan di tempat udara kering berhembus. Misalnya di
beranda atau di daun jendela. Bahan yang biasa dikeringkan dengan
metode ini adalah kacang-kacangan.
Adapun kelebihan pengeringan alami adalah tidak memerlukan keahlian
dan peralatan khusus, serta biayanya lebih murah. Kelemahan
Pengeringan Alami adalah membutuhkan lahan yang luas, sangat
tergantung pada cuaca, dan sanitasi hygiene sulit dikendalikan.
2. Pengeringan Buatan
5
Pengeringan buatan terdiri dari:
a.Menggunakan alat Dehidrator
Pengeringan makanan memerlukan waktu yang lama. Dengan
menggunakan alat dehydrator, makanan akan kering dalam jangka waktu
6-10 jam. Waktu pengeringan tergantung dengan jenis bahan yang kita
gunakan.
b. Menggunakan oven.
Dengan mengatur panas, kelembaban, dan kadar air, oven dapat
digunakan sebagai dehydrator. Waktu yang diperlukan adalah sekitar 5-
12 jam. Lebih lama dari dehydrator biasa. Agar bahan menjadi kering,
temperatur oven harus di atas 140 ºF.
Kelebihan Pengeringan Buatan adalah suhu dan kecepatan proses
pengeringan dapat diatur seuai keinginan, tidak terpengaruh cuaca,
sanitisi dan higiene dapat dikendalikan. Kelemahan Pengeringan Buatan
adalah memerlukan keterampilan dan peralatan khusus, serta biaya lebih
tinggi dibanding pengeringan alami.
IV.2 Bahan
1. Satu Buah Bawang Merah
2. Satu Lembar Daun Segar, Pakcoy
3. ½ Ruas Rimpang (Jahe/Kunyit/Lengkuas/Kencur)
6
V. Prosedur
Bahan
Amati perubahan
V.1Prosedur
Sediakan semua alat dan bahan yang dibutuhkan. Lakukan
pemotongan terhadap bahan uji dengan ukuran yang sama dengan
gambar. Amati bentuk, aroma, dan kesegaran dari bahan tersebut dan
catatlah dalam lembar pengamatan (tabel pengamatan). Letakkan
bahan yang telah di potong dalam nampan, buat dalam jarak yang
cukup sehingga tidak menumpuk. Lakukan pengeringan di bawah
sinar matahari langsung, selama 4 hari. Lakukan pengamatan setiap
hari.
7
VI. Data pengamatan
6.1 Gambar
1. Bawang Merah
2. Pakcoy
(Brassica rapa )
3. Kunyit
8
(Curcuma domestica Val.)
Umbi bawang
Pengamatan Pakcoy Rimpang
merah
Hari
ke-1
Hari
ke-2
kesegaran
Hari
ke-3
Hari
- - -
ke-4
Hari
ke-1
Hari
ke-2
Bentuk
Hari
ke-3
Hari
ke-4
Hari
ke-1
Hari
ke-2
Aroma
Hari
ke-3
Hari
ke-4
Keterangan :
Tandai dengan 9
10
(7)
11
2001; Lee et al, 2004). Senyawa-senyawa seperti alkaloid,
polifenol dan flavonoid tersebut mudah rusak oleh oksidasi.
Proses pengeringan bahan pangan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu:
1. Faktor Internal
2. Faktor Eksternal
- Suhu
- Tekanan
- Kelembaban udara
- Kecepatan volumetrik aliran udara pengering
(8)
Gambar 8 merupakan kondisi setelah proses pengeringan ke 2
Hari Selasa, 12 Mei 2020 dengan kesegaran umbi bawang masih bagus,
kemudian pakcoy dan rimpang sudah semakin kering. Bentuk yang masih
baik pada hari ke 2 ini adalah umbi bawang merah. Dan aroma yang
12
masih baik adalah bawang merah.
(9)
Gambar (9) merupakan pengamatan pada hari ke 3 yaitu Rabu,
13 Mei 2020, pada hari ke 3 ini kesegaran bahan sudah mulai berkurang
umbi bawang sedikit lebih segar dibandingan dengan sampel lainnya.
Bentuk pakcoy dan umbi bawang masih seperti di hari pertama, berbeda
dengan rimpang kunyit yang bentuknya semakin mengecil. Aroma yang
masih baik adalah pakcoy yang memiliki wangi yang khas dan bawang
dengan karakteristik aroma bawang merah namun sudah berkurang
tingkatan aromanya dibandingkan sebelumnya. Untuk rimpang tidak
tercium aroma kunyitnya. Namun Ketika dicoba dipatahkan salah satu
sampel, aromanya keluar.
(10)
Gambar (10) adalah hasil pengamatan setelah pemanasan di
sinar matahari hari ke 4. Pada hari ke 4 ini kondisi semua sampel baik
13
daun pakcoy, rimpang kunyit dan bawang merah sudah tidak segar lagi.
Bentuk yang masih mendominasi adalah bentuk bawang merah dan
daun. Untuk rimpang kunyit sudah sangat kecil dan mengkerut. Aroma
yang masih baik adalah aroma daun pakcoy yang sangat tercium
kemudian bawang merah sedikit masih beraroma dan rimpang tidak
terdeteksi aroma jika tidak dipatahkan terlebih dahulu.
Proses pengujian susut pengeringan berbeda dengan pengujian
kadar air, pengujian kadar air belum tentuk disebut sebagai susut
pengeringan. Dari definisi susut pengeringan sendiri adalah kadar bagian
yang menguap dari suatu zat. senyawa yang hilang pada
proses pengeringan, bukan hanya air yang diperhitungkan namun
senyawa lain yang menguap juga diperhitungkan. Pengujian kadar air
proses pengujian kadar air yang menguap tanpa memperhitungkan zat
lain. Kadar air lebih spesifik untuk air, jika susut pengeringan secara
umum za tapa saja yang menguap pada proses pengeringan.
Pada proses pengamatan yang sangat kehilangan aroma adalah
rimpang kunyit dibandingkan dengan daun pakcoy dan bawang merah,
yang berperan sebagai pemberi aroma pada suatu simplisia adalah
minyak atsiri, karena pada rimpang kandungan minyak atsiri sebanyak 3-
5% senyawa dialfapelandren 1%, disabeneli 0,6%, cineol 1%, borneol
0,5%, zingiberen 25% tirmeron 58%, seskuiterpen alcohol 5,8%,
alfatlanton dan gamma atlanton, pati berkisar 40-50%, kurkumin 2,5-6%.
Sehingga memungkinkan banyak mengalami kehilangan aroma.
Kehilangan lebih mudah aroma karena minyak atsiri merupakan salah
satu senyawa yang mudah teroksidasi, selain itu ukuran
rimpang/permukaan rimpang kunyit lebih kecil dibandingkan dengan
sampel lain ditambah dengan pemanasan matahari yang tidak konstan
yang menyebabkan lebih banyak senyawa senyawa yang menguap pada
proses pemanasan tersebut.
14
Hasil akhir terdapat perbedaan warna dikarenakan terjadinya
proses degradasi klorofil dari daun pakcoy. Hasil ini menunjukkan bahwa
terjadi proses degradasi pigmen klorofil. Hal ini sesuai dengan penelitian
Sajilata dkk, 2006 dan Gross, 1991 yang menjelaskan bahwa perubahan
warna pada pigmen menunjukkan terjadinya degradasi akibat terpapar
pada cahaya degan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama
ditambah suhu yang tidak konstan.
VIII. Kesimpulan
Pada praktikum susut pengeringan ini dapat melakukan proses
pengeringan sampel bawang merah, rimpang kunyit dan daun pakcoy
sehingga dapat membedakan faktor yang mempengaruhi proses
pengeringan, kandungan apa saja yang bisa hilang saat proses
pengeringan.Sehingga diharapkan dapat melakukan proses pengukuran
sisa zat setelah pengeringan dan dapat menghitung kadar senyawa dari
suatu sampel. Proses perhitungan akan dilanjut pada praktikum
selanjutnya.
15
Jakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 10-11.
Fatihanim, M.N., Suhaila, M., Nor, A.I., and Razali, I., 2008,
Antioxidative properties of Pandanus amaryllifolius leaf
extracts in accelerated oxidation and deep frying studies, Food
Chemistry, 110(2), 319-327.
Hernani dan Nurdjanah,R., 2009, Aspek pengeringan dalam
mempertahankan kandungan metabolit sekunder pada tanaman
obat., Perkembangan Teknologi Tro, Vol 21 (2), 33-39.
16