PENDAHULUAN
1. Pengertian penelitian.
Penelitian atau riset (research), adalah kegiatan ilmiah yang
berusaha menyelidiki, memahami dan mendeskripsikan fenomena alam,
untuk menghasilkan pengetahuan ilmiah, teknologi atau rekayasa terapan
yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan penyelesaian masalah-
masalah lapangan yang muncul terkait dengan fenomena tersebut.
Sebagai proses kegiatan ilmiah, input penelitian adalah data atau rekaman
atas realita fenomena alam dan outputnya adalah pengetahuan ilmiah
(pengetahuan ilmu) atau seperangkat teknologi yang bermanfaat untuk
menyelesaikan masalah. Kegiatan ilmiah yang dimaksud adalah, kegiatan
yang sejak dari proses pengumpulan, pengolahan, dan analisis data,
hingga sampai penarikan kesimpulan dilakukan dengan metodologi yang
dapat dipertanggungjawabkan, secara rasional, dan dapat diverifikasi
secara empiris, sehingga menghasilkan temuan yang sahih (valid),
sebagai kebenaran ilimu (sains). Kegiatan penelitian dimulai sejak dari
merumuskan masalah penelitian, menentukan teori-teori rujukan yang
relevan, menentukan metode, mengumpulkan, mengolah, dan
menganalisis data, sampai dengan membahas, dan menyimpulkan, serta
merekomendasikan hasil penelitian kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Penelitin adalah sebagai proses, dan outputnya adalah
pengetahuan ilmiah atau yang sering disebut sebagaii ilmu (sains). Output
lain yang dihasilkan oleh kegiatan penelitian adalah teknolgi, model atau
rekayasa terapan, baik yang bersifat fisik atau non fisik yang bermanfaat
untuk menyelesaikan permasalahan di lapangan. Senada dengan
pemahaman ini, Nazir (1983), menjelaskan bahwa penelitian adalah
proses, dan ilmu pengetahuan adalah hasil dari penelitian tersebut.
Sedangkan Kuncoro (2003) menyatakan, bahwa penelitian adalah sebagai
aplikasi secara formal dan sistematis dari metode ilmiah untuk
mempelajari dan menjawab permasalahan. Dalam kegiatan bisnis, Cooper
& Emory (1995) mendefinisikan, penelitian sebagai penyelidikan
sistematis yang memberikan informasi untuk menuntun keputusan bisnis.
Penelitian yang berorientasi untuk menghasilkan atau
mengembangkan ilmu, sering disebut sebagai penelitian murni (pure
research) atau penelitian dasar (basic research). Sedangkan penelitian,
yang berorientasi untuk menghasilkan teknologi sering disebut sebagai
penelitian terapan (applied research). Penelitian pada jenis pertama ini
yang akan dibahas lebih jauh pada bagaian berikutnya di buku ini.
Tabel 1.1
Perbandingan Karakteistik Agama, Filsafat dan Ilmu (Sains)
4. Anatomi Ilmu
Ilmu (sains) adalah seperangkat pengetahuan ilmiah yang
diperoleh melalui metodologi riset (research) yang menjelaskan
fenomena alam, dan bersifat empiris. Sifat empiris dalam ilmu, artinya,
bahwa kebenaran yang diajukan oleh ilmu dapat dibuktikan oleh panca
indra manusia. Tercakup dalam ilmu adalah postulat atau anggapan dasar,
teori, dalil atau hukum, dan konsep, konstruk atau variabel. Gambar 1.1.
mengilustrasikan anatomi ilmu yang mencakup elemen-elemen postulat,
teori, dan hukum yang dimaksud.
Ilmu Teori
Hukum
Hukum
Hukum
Pustulat
Pustulat
Hukum
Hukum
Hukum
Hukum
Hukum
Hukum
Postulat
Teori Teori
Gambar 1.1
Anatomi Ilmu
a. Postulat.
Postulat, adalah anggapan dasar yang dianut atau dirujuk oleh
satu disiplin ilmu tertentu, yang kebenarannya diterima oleh umum tanpa
memerlukan pembuktian. Postulat lahir dari kajian filosofis atau
pemikiran filsafat para tokoh atau pemikirnya. Sebagai contoh, dalam
ilmu ekonomi kapitalis dikenal adanya tiga karakteristik kapitalisme
pasar bebas yang diajarkan oleh tokoh ekonomi kapitalis Adam Smith,
yakni (1) kebebasan (freedom), yaitu hak untuk memproduksi dan
menukar (memperdagangkan) produk, tenaga kerja dan kapital, (2)
kepentingan diri (self interest), yaitu hak seseorang untuk melakukan
usaha sendiri dan membantu kepentingan diri orang lain, (3) persaingan
(competition), yaitu hak untuk bersaing dalam produksi dan perdagangan
dan jasa (Skousen, 2001). Tiga karakteristik tersebut dapat dipahami
sebagai postulat dalam ekonomi pasar bebas.
Akuntansi sebagai ilmu, juga memiliki beberapa postulat atau
anggapan dasar, yang diperkenalkan oleh para tokoh pemikir akuntansi,
atau beberapa badan yang memiliki otoritas dalam pengaturan akuntansi.
Salah seoerang pemikir akuntansi, Work dan Tearney, dalam Suwardjono
(2014) mendeskripsikan empat postulat akuntansi, yakni: (1) Usaha
berlanjut (going concern), (2) Periode waktu (time period), (3) Entitas
akuntansi (accounting entity), dan (4) Unit moneter (monetary unit).
Postulat menjadi arah dalam pengembangan ilmu, teori, hukum
atau dalil sekaligus memberi landasan filosofis dalam penerapan ilmu di
lapangan empiris. Postulat berkait erat dengan pandangan filosofis para
tokoh pengembangnya. Bahkan ada kalanya berkait pula dengan
keyakinan para tokohnya. Perdebatan dalam studi perbandingan mahzab
ekonomi misalnya, pada dasarnya adalah perdebatan ontologis (hakekat)
keilmuan yang menyangkut pada ranah postulat yang dianutnya. Dengan
demikian posisi postulat, dalam struktur atau anatomi ilmu pada
hakekatnya menempati level puncak filosofis ilmu yang bersangkutan.
Posisi postulat berada di ranah kajian ontologis keilmuan yang bergulat
dengan pembenaran ilmu secara kritis, radikal dan komprehensif melalui
penalaran yang rasional.
b. Teori.
Teori adalah serangkaian proposisi (pernyataan) umum yang
telah teruji di lapangan empiris melalui penyelidikan atau penilitian
dengan cara atau metode ilmiah. Proposisi umum yang dimaksud adalah
c. Hukum.
Hukum atau dalil (law of scientific) adalah bagian atau subtansi
dari teori. Hukum berisi pernyataan yang menjelaskan hubungan
kausalitas (sebab akibat) antara dua variabel atau lebih yang memberikan
gambaran, dan peramalan tentang suatu fenomena tertentu. Hukum
sebagai bagian atau elemen terkecil dari ilmu dihasilkan dari penelitian
atau riset secara mendalam berdasarkan metodologi ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan. Proses penelitian diawali dari perumusan
masalah penelitian, penyusunan landasan teori dan perumusan kerangka
pikir, penetapan hipotesis penelitian, penjelasan dan pembahasan hasil
penelitian, sampai dengan penarikan kesimpulan dan rekomendasi atas
hasil penelitian.
5. Jenis-jenis Penelitian.
Jenis penelitian dapat ditinjau dari bebarapa aspek yang
membedakannya, misalnya dari aspek output, pendekatan atau dari
sumber datanya. Dilihat dari outputnya, penelitian dibedakan antara
penelitian dasar (basic research) dan penelitian terapan (applied
reseach). Sedangkan dilihat dari pendekatannya penelitian dibedakan
menjadi penelitian kuantitatif (quantitative research) dan penelitian
kualitatif (qualitative research). Selanjutnya dilihat dari sumber datanya,
penelitian dibedakan menjadi ex post facto dan penelitian eksperimen.
Tabel 1.2
Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Gambar 1.2
Penalaran Induktif – deduktif dalam Penemuan Hukum dan Teori.
Penelitian kuantitatif (positivisme), memandang gejala sosial
bersifat objektif, sedangkan penelitian kualitatif (postpositivisme) melihat
gejala sosial bersifat subyektif. Denzin dan Lincoln (2009) menyatakan,
bahwa menurut pandangan positivisme realita ada di luar sana yang dapat
dipelajari, ditangkap dan dipahami, sedangkan menurut pandangan
postpositivisme, bahwa realita tidak akan dapat dipahami sepenuhnya,
namun sekadar diperkirkan. Dalam penelitian kuantitatif peneliti
melepaskan diri atau mengambil jarak dari data. Peneliti tidak teribat dan
bersikap obyektif pada data. Peneliti hanya mendeskripsikan semua
gejala yang terjadi apa adanya. Gejala sosial dipandang telah berjalan
dengan sendirinya mengikuti hukum kausalitas. Kekuatan yang tidak
tampak (invisible hand) telah mengatur berlakunya hukum kausalitas
berjalan dan bersifat obyektif, tanpa campur tangan manusia atau peneliti.
Berbeda dengan penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif
memandang gejala sosial bersifat subyektif. Peneliti tidak terlepas dari
data. Peneliti teribat dan berhubungan secara psikologis dengan data
penelitian secara mendalam. Peneliti mendeskripsikan semua gejala yang
terjadi yang bersifat unik, dan terjadi hanya pada lokasi penelitian. Gejala
sosial berjalan dengan sporadis tidak mengikuti hukum kausalitas yang
pasti. Oleh karena itulah penelitian kualitatif disebut sebagai bersifat
subyektif.
Perbedaan selanjutnya antara penelitian kuantitatif dengan
penelitian kualitatif dapat ditunjau dari aspek orientasinya. Penelitian
dan dapat dikukur dalam alternatif nilai yang bervariasi, disebut sebagai
variabel. Dengan kata lain, varaiabel penelitian adalah konsep atau
konstruk yang dapat dikukur secara kuantitatif dan memiliki bobot nilai
tertentu dalam variasi atau rentang nilai nilai yang terbatas (limited),
maupun dalam variasi nilai yang tidak terbatas (unlimited).
Penelitian kuantitatif menggunakan statistik untuk menganilis
data penelitian. Dalam hal ini statistik digunakan, baik untuk
menggambarkan profil variabel secara individual (statstik deskriptif),
maupun untuk menguji signifikansi hubungan dua variabel (uji korelasi),
signifikansi pebedaan antara rata-rata dua variabel (uji komparasi),
maupun signifikansi pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya
(uji pengaruh). Penggambaran profil variabel penelitian secara individual,
dapat menggunakan statistik deskriptif, misalnya mean (rata-rata), modus
median, deviasi standar, varian, chart, poligon dan seterusnya. Sedangkan
pungujian signifikansi pola hubungan, komparasi atau pengaruh, diantara
variabel-variabel penelitian dapat menggunakan statistik inferensial,
misalnya product moment untuk uji korelasi, t-test, anova atau manova
untuk uji komparasi, regression, path analysis atau structure equation
model (SEM) untuk uji pengaruh atau hubungan kausalitas.
Berbeda dengan penelitian kuantitatf, penelitian kualitatif
cenderung tidak menggunakan statistik dalam memperlakukan,
menganalis dan memaknai data penelitian. Dalam hal ini, kalaupun
statistik digunakan dalam penelitian kualitatif, maka jarang digunakan
statistik inferensial sebagai alat analisis. Dalam hal ini Denzin dan
Lincoln (2009), mengemukakan bahwa, meskipun peneliti kualitatif
dalam tradisi postpositivis menggunakan alat ukur, metode dan dokumen
statistik, sebagai sarana untuk menempatkan kelompok subjek ke dalam
populasi yang lebih besar, mereka jarang sekali melaporkan temuan-
temuannya dari jenis-jenis alat ukur atau metode statistik kompleks yang
digunakan oleh para peneliti kuantitatif (misalnya path, regresi, analisis
linier-log).
Penelitian kualitatif cenderung menghindari penggunaan
statistik, dan menggunakan kata-kata, atau kalimat, sejak dari
menguraikan, menganalisis dan memaknai fakta lapangan, sampai dengan
pada saat, membahas atau mendeskripsikan temuannya dalam laporan
penelitian. Tercakup dalam beberapa penelitian kualitatif misalnya,
biografi, fenomenologi, etnografi, studi kasus, dan grounded theory.
Jenis-jenis penelitian ini cenderung tidak menggunakan statistik sebagai