Anda di halaman 1dari 5

NAMA: DIAN SARI

NIM : A031171703
AUDIT ENTITAS SYARI’AH
Audit Kepatuhan Syari’ah Pada Asuransi Syari’ah
A. Pengertian Asuransi Syariah
Definisi asuransi syari'ah menurut Dewan Syariah Nasional adalah usaha
untuk saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui
investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian
untuk menghadapi risiko atau bahaya tertentu melalui akad yang sesuai dengan
syariah.
Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para partisipan (anggota) atau
peserta mendonasikan atau menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan
digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian
partisipan (anggota) atau peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas
pengelolaan operasional perusahaan asuransi serta investasi dari dana-dana atau
kontribusi yang diterima (dilimpahkan) kepada perusahaan.
Asuransi syari'ah disebut juga dengan asuransi ta'awun yang artinya tolong
menolong atau saling membantu. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Asuransi
ta'awun prinsip dasarnya adalah dasar syariat yang saling toleran terhadap sesama
manusia untuk menjalin kebersamaan dalam meringankan bencana yang dialami
peserta. Prinsip ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 2,
yang artinya : "Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan
jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan".
Namun didalam Al-Qur’an dan Al-Hadis tidak ada satupun ketentuan
ketentuan yang mengatur secara eksplisit tentang asuransi. Oleh karena itu masalah
asuransi dalam islam termasuk “ijtihadiah” artinya untuk menentukan hukumnya
asuransi ini halal atau haram masih diperlukan peranan akal pikiran para ulama ahli
fiqh melalui ijtihad. Ada beberapa macam pendapat para ulama tentang asuransi
diantaranya:
1. Bahwa asuransi termasuk segala macam bentuk dan cara operasinya hukunya haram.
Pandangan ini didukung oleh beberapa ulama antara lain, Yusuf al_Qardhawi, Sayid
sabiq, Abdullah al-Qalqili dan Muhammad Bakhit al-Muth’i
a. Asuransi mengandung unsur perjudian yang dilarang didalam Islam.
b. Asuransi mengandung unsur ketidakpastian.
c. Asuransi mengandung unsur “Riba” yang dilarang dalam Islam.
d. Asuransi mengandung unsur eksploitasi yang bersifat menekan.
e. Asuransi termasuk jual beli atau tukar – menukar mata uang yang tidak secara
tunai (Akad Sharf).
f. Asuransi obyek bisnisnya digantungkan pada hidup dan matinya seseorang, yang
berarti mendahului tak takdir Tuhan.
2. Bahwa asuransi hukumnya halal atau diperbolehkan dalam islam. Pandangan ini
didukung oleh beberapa ulama antara lain, Abdul Wahab Khallaf, Muh. Yusuf Musa,
Abdurrahman Isa, Mustafa Ahmad Zarqa dan Muhammad Nejatullah Siddiqi.
a. Tidak ada ketetapan nas, al – Qur’an maupun al – Hadis yang melarang asuransi.
b. Terdapat kesepakatan kerelaan dari keuntungan bagi kedua belah pihak baik
penanggung maupun tertanggung.
c. Kemaslahatan dari usaha asuransi lebih besar daripada mudharatnya.
d. Asuransi termasuk akad mudharatnya roboh atas dasar profit and loss sharing.
e. Asuransi termasuk kategori koparasi (Syirkah Ta’awuniyah) yang diperbolehkan
dalam islam.
3. Bahwa asuransi yang diperbolehkan adalah asuransi yang bersifat komersial dilarang
dalam islam. Pandangan ini didukung oleh beberapa ulama antara lain, Muhammad
Abu Zahro dengan alasan bahwa asuransi yang bersifat sosial diperbolehkan karena
jenis asuransi sosial tidak mengandung unsur-unsur yang dilarang didalam islam.
Sedangkan asuransi yang bersifat komersial tidak diperbolehkan karena mengandung
unsur-unsur yang dilarang didalam islam.
Bahwa hukum asuransi termasuk subhat, karena tidak ada dalil syar’I yang
secara jelas mengharamkan atau yang menghalalkan asuransi oleh karena itu kita
harus berhati-hati didalam berhubungan dengan asuransi.

B. Akad-Akad Dalam Asuransi Syariah

Akad adalah perjanjian tertulis yang memuat kesepakatan tertentu beserta hak


dan kewajiban para pihak sesuai prinsip syari’ah (PMK No.18/PMK.10/2010)

Akad yang sesuai dengan syariah adalah akad yang tidak mengandung gharar
(penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang
haram dan maksiat. (Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001)
1. Akad Tabarru’ (Fatwa DSN No.53/DSN-MUI/III/2006)
Akad Tabarru’ pada asuransi adalah semua bentuk akad yang dilakukan antar
peserta pemegang polis. Akad Tabarru’ pada asuransi adalah akad yang dilakukan
dalam bentuk hibah dengan tujuan kebajikan dan tolong menolong antar peserta,
bukan untuk tujuan komersial. Dalam akad tabarru’ (hibah), peserta memberikan dana
hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta atau peserta lain yang tertimpa
musibah. Perusahaan asuransi bertindak sebagai pengelola dana hibah, atas dasar akad
wakalah dari para peserta selain pengelolaan investasi.
2. Akad Wakalah bil Ujrah (Fatwa DSN No.52/DSN-MUI/III/2006)
Akad Wakalah bil Ujrah boleh dilakukan antara perusahaan asuransi dengan
peserta, Akad Wakalah bil Ujrah untuk asuransi, yaitu salah satu bentuk akad
Wakalah di mana  peserta memberikan kuasa kepada perusahaan asuransi dengan
imbalan pemberian ujrah (fee), Wakalah bil Ujrah dapat diterapkan pada produk
asuransi yang mengandung unsur tabungan (saving) maupun unsur tabarru’ (non-
saving). Dalam akad ini, perusahaan bertindak sebagai wakil (yang mendapat kuasa)
untuk mengelola dana, sedangkan Peserta (pemegang polis), dalam produk saving dan
tabarru’, bertindak sebagai muwakkil (pemberi kuasa) untuk mengelola dana,
Perusahaan asuransi selaku pemegang amanah wajib menginvestasikan dana yang
terkumpul dan investasi wajib dilakukan sesuai dengan syariah, Hasil investasi dari
dana tabarru’ menjadi hak kolektif peserta dan dibukukan dalam akun tabarru’, Dari
hasil investasi, perusahaan asuransi dan reasuransi syariah dapat memperoleh bagi
hasil berdasarkan akad Mudharabah atau akad Mudharabah Musytarakah, atau
memperoleh ujrah (fee) berdasarkan akad Wakalah bil ujrah.
3. Akad Mudharabah (Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001)
Dalam akad  tijarah (mudharabah), perusahaan bertindak
sebagai mudharib(pengelola) dan peserta bertindak sebagai shahibul mal (peserta),
Peserta memberikan kuasa kepada Pengelola (Perusahaan asuransi) untuk mengelola
dana tabarru’ dan/atau dana investasi peserta, sesuai dengan kuasa dan wewenang
yang diberikan dengan mendapatkan imbalan berupa bagi hasil (nisbah) yang
besarnya telah disepakati bersama.
4. Akad Mudharabah Musytarakah (Fatwa DSN No.51/DSN-MUI/III/2006)
Akad Mudharabah Musytarakah, yaitu perpaduan dari akad Mudharabah dan
akad Musyarakah, Perusahaan asuransi sebagai mudharib menyertakan modal atau
dananya  dalam investasi bersama dana peserta, Modal atau dana perusahaan asuransi
dan dana peserta diinvestasikan secara bersama-sama dalam portofolio, Perusahaan
asuransi sebagai mudharib mengelola investasi dana tersebut. Hasil investasi dibagi
antara perusahaan asuransi (sebagai mudharib) dengan peserta (sebagai shahibul mal)
sesuai dengan nisbah yang disepakati  atau dibagi secara proporsional antara
perusahaan asuransi (sebagai musytarik) dengan peserta berdasarkan porsi modal atau
dana masing-masing.
C. Produk-Produk Asuransi Syari’ah
1. Takaful Individu
Produk asuransi syariah ini memberikan perlindungan dan perencanaan yang
bersifat pribadi, dan dibagi menjadi beberapa jenis berikut ini:
a. Takaful Dana Investasi yang menjamin dan memberikan perlindungan hari tua atau
menjadi jaminan dana bagi ahli waris bila nasabah meninggal dunia lebih awal,
b. Takaful Dana Haji yang dipergunakan sebagai perlindungan dana perorangan yang
berencana menunaikan ibadah haji,
c. Takaful Dana Siswa yang memberikan jaminan dana pendidikan mulai sekolah dasar
sampai sarjana,
d. Takaful Dana Jabatan yang memberikan jaminan santunan bagi ahli waris dari
nasabah yang menduduki jabatan penting bila nasabah meninggal dunia lebih awal
atau tidak bekerja lagi dalam masa jabatannya.
2. Takaful Group
Produk Asuransi Syariah ini memberi perlindungan dan perencanaan untuk pribadi
dan kelompok, misal kelompok dalam sebuah perusahaan yang dibagi menjadi beberapa
jenis berikut ini:
a. Takaful al-Khairat dan Tabungan Haji sebagai perlindungan bagi karyawan yang ingin
menunaikan ibadah haji, yang didanai iuran bersama dengan keberangkatan bergilir,
b. Takaful Kecelakaan Siswa yang memberikan proteksi pelajar dari resiko kecelakaan
yang berakibat cacat bahkan yang mengakibatkan meninggal dunia,
c. Takaful Wisata dan Perjalanan yang memberikan proteksi peserta wisata dari resiko
kecelakaan yang mengakibatkan meninggal dunia atau cacat seumur hidup,
d. Takaful Kecelakaan Group, yang memberikan proteksi santunan karyawan dalam
perusahan, organisasi atau perkumpulan lainnya,
e. Takaful Pembiayaan, untuk proteksi pelunasan hutang bagi nasabah yang meninggal
dalam masa perjanjian.
3. Takaful Umum
Produk Asuransi Syariah ini memberi perlindungan dan perencanaan yang bersifat
umum dan dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
a. Takaful Kebakaran, untuk  perlindungan dari kerugian yang disebabkan api,
b. Takaful Kendaraan Bermotor, untuk perlindungan terhadap kerugian pada kendaraan
bermotor,
c. Takaful Rekayasa, untuk  perlindungan terhadap kerugian pada pekerjaan
pembangunan baik pembangunan rumah, villa, dan bangunan lainnya,
d. Takaful Pengangkutan, untuk perlindungan dari kerugian pada semua barang setelah
dilakukan pengangkutan baik darat, laut, dan udara.
e. Takaful Rangka Kapal, untuk perlindungan dari kerusakan mesin khususnya mesin
kapal dan rangka kapal yang disebabkan kecelakaan atau musibah.

Anda mungkin juga menyukai