Anda di halaman 1dari 5

NAMA : DIAN SARI

NIM : A031171703
TUGAS MID AUDIT ENTITAS ISLAM

RESUME MATERI AUDIT BANK SYARI’AH PADA WEBINAR


A. Konsep Audit Bank Syari’ah
Dalam film Titanic ketika kapalnya karam maka dia akan menyenggol dari
bagian sisi bahu dibawahnya, dari sini terdapat korelasi dengan audit perbankan
syari’ah. Contohnya pada bagian teller atau kasir terdapat selisih-selisih teller yang
mungkin awalnya masih bisa ditutupi dengan uangnya teller, namun ketika selisih
tersebut diaudit oleh auditor maka akan ditelusuri apakah akan ada kemungkinan
resiko yang jauh lebih tinggi. Selanjutnya contoh pada bagian marketing sering terjadi
mark-up pada nilai transaksi yaitu jaminan dengan harapan nasabah mendapatkan
lafon yang lebih tinggi. Ketika satu nasabah ditemukan demikian maka akan
ditelusuri portofolio yang mana yang digunakan. Kasus selanjutnya yaitu terdapat
marketing yang minta uang kepada nasabah secara diam-diam, suatu saat nasabah
akan mengkomplen terkait tindakan marketing ini, hal ini bisa diaudit oleh auditor.
Didalam islam audit sudah dijelaskan dalam Al-Quran maupun hadits. Salah
satunya dalam surah Al-Hujurat yang mana menjelaskan bahwa ketika seorang
karyawan melakukan kesalahan maka kita sebagai auditor harus bersikap su’udzon
untuk hal ini. Dalam surah Infithor ayat 10-12 yang menjelaskan bahwa di bahu kiri
dan kanan kita ada auditor yaitu kedua malaikat pencatat amal baik dan buruk kita.
Dan nanti di audit betul-betul di akhirat, begitupun bagi kita yang kerja di bank segala
sesuatu tindakan yang dilakukan harus di audit oleh auditor. Dalam surah Al-Insiqoq
juga menjelaskan bahwa setiap audit harus ada rekomendasi, apakah audit ini baik
atau tidak yang harus disampaikan oleh auditor kepada top manajemen perusahaan.
B. Paradigma Audit
Dulu paradigma audit yang digunakan yaitu paradigma polismen, namun
sekarang menggunakan strategic partner dimulai dari tahun 2000-an. Strategic partner
yaitu diman auditor dibutuhkan oleh audity, auditor juga memberikan rekomendasi
kepada pebankan yang sangat bermanfaat untuk pihak manajemen maupun audity.
Dalam konsep audit harus membuat bobot resiko, untuk mengukur audit yang mana
yang paling beresiko untuk perbankan. Terdapat juga assurance, dimana berfungsi
untuk mengecek apakah sudah sesuai prosedur atau belum pembukuannya,
selanjutnya yaitu consulting yang berfungsi untuk mengetahui akar permasalahan
dari temuan-temuan tersebut. Selanjutnya yaitu mengidentifikasi penyimpagan-
penyimpangan dari ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Paradigma audit saat
ini akan mengetahui akar permasalahannya, kemudian memberikan solusi dari
permasalahan tersebut. Saat ini auditor merupakan pekerjaan yang sangat
komprehensif, jadi para auditor harus senantiasa di training.
Auditor syari’ah dulu memiliki konsep bahwa yang menjadi auditor yaitu
khusus orang-orang yang alumni pondok pesantren dan lainnya, namun auditor
syari’ah saat ini bisa juga dari kalangan orang biasa karena saat ini sudah ada DPS
(Dewan Pengawas Syari’ah) sebagai back-up untuk para auditor-auditor.
Audit Universe merupakan audit yang kita lakukan dari semua aspek atau
dari unit-unit keuangan. Dalam perbankan syari’ah pasti ada SOP dan lainnya dan ini
harus diaudit oleh auditor dan ini harus diubah 1-2 tahun sekali. Selanjutnya kita lihat
apakah SOP ini bisa di praktekkan atau tidak oleh perbankan, SOP ini merupakan
salah satu objek dari audit. Objek yang kedua yaitu proses audit dimana harus
merujuk pada OJK. Objek selanjutnya yaitu pada SDI, dimana kita mengaudit proses
merekrut karyawan dan bagaimana kenaikan gaji karyawan yang tidak dinilai dari
grate masing-masing karyawan. Objek selanjutnya yaitu bagaimana cara perbankan
mencapai goals yang ingin dicapai dalam satu periode. Selanjutnya yaitu shariah
compliance, semua yang kita audit harus sesuai dengan syari’ah dengan berkonsultasi
dengan DPS.
Terkadang ada beberapa kasus bahwa dalam satu cabang perbankan, bisa
sampai dua kali audit oleh auditor karena memiliki resiko yang cukup besar, dan
dilakukan satu kali dalam enam bulan. Sebagai auditor syari’ah selalu merujuk pada
fatwa DSN MUI.
C. Audit Atas Penerapan Konsep Perbakan Syari’ah
Perbedaan bank konvensional dan syari’ah. Bank syari’ah sebagai
intermediasi jasa keuangan syari’ah, manager investasi, investor dan sosial. Prinsip
dasar operasi bank konvensional yaitu bebas nilai, uang sebagai komoditi jadi bisa
diperjual belikan. Sedangkan di bank syari’ah tidak bebas nilai, uang sebagai alat
tukar bukan komoditi, bunga sebagai basis perhitungan . Kemudian di bank
konvensional bagi hasil, jual beli, dan sewa sistemnya bunga, namun di bank syari’ah
basisnya mudharabah, musyarakah murabahah, dan ijarah. Di bank konven terdapat
pasar uang yang mana hitungannya bunga, namun di bank syari’ah ada pasar uang
syari’ah dimana terdapat sukuk syariah, obligasi syari’ah dll. Di bank konvensional
tidak memikirkan nasabah untung ataupun rugi, namun di bank syari’ah anatara bank
dan nasabah memiliki prinsip keadilan dan kejujuran. Di bank konvensional hanyaada
dewan komisaris, namun di bank syari’ah terdapat dewan komisaris, DPS dan DSN.
 Perbedaan Secara Audit
a. Audit syari’ah memegang acuan dari Al-Qur’an dan Hadits, Fatwa DSN, Opini
DPS, Undang-undang PSAK syari’ah dan penentuan internal yang merujuk pada
ketentuan eksternal. Akad-akad maupun produk pada audit syari’ah yang jelas
harus sesuai dengan prinsip syari’ah yaitu berlandaskan pada Al-Qur’an dan
Hadits serta meminta opini DPS. Budaya di bank syari’ah harus sesuai budaya
yang sesuai syari’ah.
b. Audit konvensional hanya merujuk pada undang-undang RI yang basisnya non-
syari’ah, kemudian PSAK non-syari’ah dan yang jelas SOP tidak sesuai dengan
Al-Qur’an dan Hadits. Kemudian secara akad dan produk bank konvensional
hanya menggunakan hukum positif tidak fokus pada ketentuan dalam Al-Qur’an
dan Hadits. Budaya di bank konvensional tidak ada ketentuan yang dijelaskan
dalam SOP yang sesuai syari’ah.
D. Audit Atas Produk Bank Syari’ah
 Financing
Dari produk ini mengahsilkan produk bagi hasil, ujrah untuk dibagi pada pihak
ketiga seperti giro, deposit, dll. Ini merupakan produk unggulan dari bank syari’ah.
Kegiatan audit finance merupakan kegiatan audit mulai dari pembiayaan
pencairan sampai pembiayaan tersebut lunas.
Siklus financing :
a. Permohonan nasabah
b. Data-data oleh marketing (memvalidasi data-data apakah bisa dilanjutkan atau tidak)
c. Informasi dari interview
d. Catat
e. Verifikasi data
f. Proposal oleh nasabah
Ketentuan yang harus dibiayai oleh bank syari’ah minimal calon nasabah telah
menjalankan usaha selama 2 tahun, sehingga bank dapat menilai apakah calon nasabah
tersebut layak mendapat pembiayaan dari bank syari’ah.
 Murobahah
Murobahah yaitu akad jual beli dimana barang yang dibeli harus jelas, apakah
ada kerusakan-kerusakannya ataupun yang lainnya. Dalam syari’ah murobahah tidak
boleh dilakukan secara persentasi, namun harus real nilai yang dipaparkan. Syari’ah
melihat kehalalan dari biaya administrasi harus dilakukan proses pengelompokan
untuk menghindari riba.
Pada umumnya akad murobahah menggunakan accrual basis. Biaya fee yang
di lakukan oleh akad murobahah tidak ada masalah selama nashabah setuju dengan
fee tersebut, namun jika nashabah tidak setuju maka tidak boleh ada fee. Tidak boleh
ada fee yang dibrikan oleh petugas kepada nashabah, maka audit bisa mengaudit
tindakan petugas bank tersebut.
 Bagi Hasil
Bagi hasil dilakukan sesuaiakadyang telah disepakati oleh bank dengan
nasabah, apakah menggunakan akad mudharabah ataukah musyarakah.
a. Mudharabah, yaitu akad dimana bank 100% menyiapkan dana kemudian nashabah
hanya menyumbang skill atau usaha, atau dalam kata lain Mudharabah adalah
kerja sama dengan memberikan pinjaman modal kepada mudharib (debitur)
dengan perjanjian yang disepakati antara kedua belah pihak demi mendapatkan
laba usaha. Seperti produk kredit dalam bank konvensional.
b. Musyarakah yaitu bank memberikan dana kemudian ikut campur juga dalam
pelaksanaan usaha. Penentuan nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan
nasabah dan bank. Dengan kata lain musyarakah adalah kerja sama antara dua
pihak atau lebih dengan pembagian laba dan kerugian berdasarkan persentase
dana yang digunakan untuk modal usaha. Seperti produk pembiayaan untuk usaha
dalam bank konvensional.
c. Dalam prakteknya, pengakuan pendapatan bagi hasil baik akad mudhorabah
maupun musyarakah meggunakan cash basis, dan juga merujuk pada PSAK
Syari’ah
Kedua akad diatas harus memiliki bukti syirkah, merupakan bukti modal dari
bank maupun nashabah. Ada pihak independen yang dapat menilai secara wajar
untuk menjadi penilaiindepeen eksternal yang mana disepakati berapa bebannya,
kemudian dari situ ditarik kesimpulan berapa syirkah antara bank dan nashabah.
Laporan hasil usaha dibuat oleh nasabah, kemudian disetujui oleh bank
sesuai dengan bukti syirkah yang telah di tentukan.
Akad dibuat secara terpisah, sesuai dengan akad dan ketentuan yang berlaku.
Kalau jual beli maka harus menggunakan akad jual beli, begitupun dengan akad-
akad yang lainnya sesuai dengan kesepakan kedua belah pihak mau menjalankan
usaha sesuai dengan akad yang mana.

Anda mungkin juga menyukai