PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tiram mutiara spesies P. maxima termasuk moluska laut, dengan tubuh dilindungi
atau ditutupi oelh sepasang cangkag, termasuk kelas Bivalvia dan family Pteriidae (Cahn
1949).
P. maxima merupakan salah satu jenis tiram penghasil mutiara yang mempunyai
nilai ekonomis paling tinggi dan ukuran paling besar. Dipasaran internasional, Mutiara
yang diproduksi sering kali disebut dengan nama “South Sea Pearl” (Shirai 1981).
Spesies ini mempunyai diameter dorso-ventral dan anterior-posterior hampir sama
sehingga bentuknya agak bundar. Bagian dorsal berbentuk datar dan Panjang serta
dihubungkan oleh semacam engsel berwarna hitam (Fakemura and Kafuku 1957).
PT. Dafin Mutiara Ohoiwa merupakan badan usaha milik swasta yeng bergerak
dalam sektor perikanan khususnya sektor produksi mutiara, yang telah berdiri sejak
tahun 1994. Perusahaan ini tidak hanya dapat memproduksi mutiara, namun perusahaan
ini juga mampu membudidaya tiram mutiara jenis P. maxima mulai dari pembenihan
hingga tiram mutiara tersebut dapat menghasilkan butiran Mutiara.
1.2 Tujuan Magang Kerja
Adapun tujuan kegiatan magang kerja adalah:
1. Melakukan berbagai kegiatan magang kerja serta mempelajari Proses Produksi
Mutiara yang dilakukan oleh Kelompok OP. PT. Dafin Mutiara Ohoiwa.
2. Mengetahui teknik dan proses produksi Mutiara yang dilakukan PT. Dafin
Mutiara Ohoiwa.
3. Menambah pengalaman dan wawasan mengenai dunia kerja diperusahaan
professional yang bergerak dibidang budidaya.
4. Melatih mahasiswa di lapangan dalam aspek budidaya yang tidak tercakup di
proses perkuliahan.
1.3 Manfaat Magang Kerja
Adapun manfaat kegiatan magang kerja adalah sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
a. Sebagai sarana latihan dan penerapan ilmu yang didapat di perkuliahan
b. Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman di
dunia kerja di bidang budidaya
2. Bagi Instansi Magang dan Instansi Pendidikan
1
Terciptanya hubungan yang baik dan adanya pertukaran informasi antara PT. Dafin
Mutiara Ohoiwa dengan Program Studi Teknologi Budidaya Perikanan Politeknik
Perikanan Negeri Tual
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi
Tiram Mutiara termasuk dalam phylum mollusca, phylum ini terdiri atas 6 klas
yaitu : Monoplancohora, Amphineura, Gastropoda, Lamellibrachiata, atau Pelecypoda,
Seaphoda, dan Cephalopoda (Mulyanto, 1987). Tiram merupakan hewan yang
mempunyai cangkang yang sangat keras dan tidak simestris. Hewan ini tidak bertulang
belakang dan bertubuh lunak (Philum Mollusca).
Klasifikasi tiram mutiara menurut mulyanto (1987) dan Sutaman (1993) adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Sub kingdom : Invertebrata
Philum : Mollusca
Klas : Pelleccypoda
Ordo : Anysomyaria
Famili : Pteridae
Genus : Pinctada
Spesies : Pinctada maxima (Jameson 1901)
3
kelamin tiram ternyata tidak tetap, sejumlah jantan berubah menjadi betina dan
sebaliknya betina bisa menjadi jantan.
Bentuk gonad tebal-menggembung, pada kondisi matang penuh gonad menutupi
seluruh organ dala (pertu, hati dan yang lain) kecuali bagian kaki. Secara eksternal sulit
untuk membedakkan antara gonad jantan dan betina, utamanya pada stadia awal,
keduanya nerwarna krem kekuningan. Tetapi setelah stadia matang penuh, gonad tiram
P. maxima jantan berwarna putih krem, sedangkan yang betina berwarna kuning tua.
Sedangkan menurut Chellam (1987); CMFRI (1991) gonad jantan P. fucata berwarna
krem pucat keputihan dan betina berwarna krem kekuningan sampai kuning.
Tangkat kematangan gonad tiram Mutiara dikelompokan menjadi lima stadia
(deskripsi ini hanya didasarkan pada tiram betina) yaitu : Stadia I : Tahap tidak
aktif/salin/istrahat (inactive/spent/resting); Stadia II : Perkembangan/pematangan
(developing/maturing); Stadia III : Matang (mature); Stadia IV : Matang penuh/memijah
Sebagian (fully maturation/partially spawned); Stadia V : Salin (spent) pada stadia awal
perkembangan gonad, tiram jantan dan betina menunjukkan perkembang reproduksi
yang sama, oleh karena itu pada stadia II dan III warna gonad krem pucat. Pada stadia
gametosis yang lain, gonad jantan dan betina Nampak sama jika di amati secara eksternal
(Chellam 1987; CMFRI 1991; Winanto 2004)
Menurut Wada (1995) pengetahuan tentang biologi reproduksi tiram Mutiara
sangat dibutuhkan untuk pengembangan industry bidadaya Mutiara, khususnya
memahami perkembangan gonad dan dinamika populasinya di alam. Pengetahuan ini
dapat digunakan untuk mengembangkan Teknik pembenihan dan perbaikan Teknik
penempatan inti bulat didalam gonad pada budidaya Mutiara.
Hasil pengamatan Winanto (2002) terhadap stadia kematangan gonad dan musim
pemijahan P. maxima di Teluk Hurun, lampung dari tahun 1996-2002 menunjukkan,
bahwa kematangan gonad terjadi setiap bulan, namun stadia kematangan gonad penuh
(TKG IV) hanya terjadi pada bulan maret, Mei dan Agustus sampai November. Gonad
dalam masa istrahat (resting phase) terjadi pada bulan Desember, stadia I dan II terjadi
hamper sepanjang tahun. Selama tujuh tahun pengamatan, dicatat stadia perkembangan
gonad tertinggi hanya sampai TKG II terutama pada bulan April dan Juni. Sedangkan
TKG III terjadi pada bulan Januari–Maret dan Juli-Desember.
Chellam (1987); CMFRI (1991) menyatakan bahwa beberapa jenis tiram mutiara
dapat dijumpai matang gonad sepanjang tahun. Sedangkan Chacko (1970) dan Rao
(1970) melaporkna bahwa musim pemijahan Pinctada spp terjadi setiap bulan sepanjang
4
tahun. Musim puncak kematangan gonad identic dengan musis puncak pemijahan. Pada
musism tertentu. Induk tiram dialam yang telah dewasa akan bertelur. Telur telur tersebut
kemudian akan dibuahi oleh sel kelamin jantan (sperma) dan pembuahan terjadi secara
skternal didalam air.
Telur Yang dibuahi akan mengalami perubahan bentuk, mula-mula terjadi
penonjolan polar, lalu membentuk lobe II yang merupakan awal proses pembelahan sel
dan akhirnya menjadi multisel. Tahap berikutnya adalah fase trokofor, dengan bantuan
bulu bulu getar trocofor dapat berenang-berenang dan bergerak berputar-putar. Beberapa
jam kemudian trocofor akan berkembang menjadi velinger atau larva bentuk D, dengan
ditandai tumbuhnya organ mulut dan pencernaan. Larva mulai makan dan tubuhnya telah
ditutupi cangkang tipis. Perkembangan selanjutnya adalah tumbuh velum, pada fase ini
biasanya sangat senstitif terhadap cahaya dan sering berenang-renang dipermukaan air.
Selama stadia planktonis, larva biasanya berenang-renang dengan menggunakan bulu-
bulu getar atau menghanyut dalam arus air.
Pada saat mencapai stadia umbo secara bertahap cangkang juga ikut berkembang.
Bentuk sepasang cangkangnya sama dan mantel sudah berfungsi secara permanen. Pada
akhir stadia umbo, larva bergerak dengan menggunakan velum.
Stradia pedivelinger ditandai dengan berkembangnya kaki, gerakan-gerakan
sederhana dari berenangn sampai berputar-putar dilakukan dengan velum dan kaki.
Setelah kaki berfungsi dengan baik velum akan menghilangm lembaran-lembaran insang
mulai Nampak jelas.
Proses pencarian tempat atau substrat untuk menempel dan menetap mulai sejak
larva mencapai stadia pedivelinger. Pertumbuhan awal cangkang terlihat pada begian
tepi cangkang, bentuknya sangat tipis, transaparan, tersusun oleh selaput tipis conchiolin.
Pada waktu yang sama kelenjar bisus akan mensekresikan benang-benang bisus untuk
menempel. Organ lain yang berkembang labial palp dan insang. Stadia pertumbuhan
setelah pedivelinger ini biasanya disebut plantigrade
5
III. METODE MAGANG KERJA
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang Kerja
Kegiatan magang kerja ini dilaksanakan selama 45 hari terhitung sejak tanggal 12
Agustus 2020 sampai dengan pada tanggal 24 September 2020. Magang kerja ini
dilaksanakan di PT. Dafin Mutiara Ohoiwa, Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi
Maluku.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Kegiatan Magang Kerja (Judul Magang) dibimbing oleh pembimbing lapangan dan
pembimbing akademik. Peran pembimbing lapang dalam kegiatan magang kerja ini
adalah sebagai fasilitator yang memberikan petunjuk serta informasi bagi peserta magang
sesuai dengan topik yang telah dibahas selama kegiatan magang kerja berlangsung.
Sedangkan peran pembimbing akademik sebagai fasilitator dalam bidang akademik untuk
memastikan peserta magang telah melakukan kegiatan magang sesuai dengan prosedur
atau peraturan yang telah ditetapkan. Metode pelaksanaan pada kegiatan magang kerja ini
meliputi sebagai berikut:
1. Praktik Kerja
Metode pelaksanaan praktik kerja dilakukan dengan harapan peserta magang mampu
menerapkan tridharma perguruan tinggi yaitu sesuai dengan bidang pendidikan, penelitian
serta pengabdian. Dalam bidang pendidikan khususnya bertujuan untuk mempelajari
manajemen yang dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara Ohoiwa terutama manajemen proses
dan produksi, sedangkan bidang penelitian dilakukan saat akan mencari informasi atau
data yang dibutuhkan selama kegiatan magang. Pengabdian dalam kegiatan magang kerja
diperoleh dari keaktifan peserta magang untuk menyelesaikan kegiatan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan oleh perusahaan.
2. Wawancara dan Observasi
Metode wawancara dalam kegiatan magang kerja ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden atau konsultasi kepada
pembimbing lapangan selaku fasilitator untuk memberikan informasi sesuai dengan topik
yang telah dibahas. Sasaran dari pelaksanaan metode ini adalah setiap pihak yang dinilai
berperan langsung atau mengetahui mengenai kegiatan manajemen proses dan produksi
pada PT. Dafin Mutiara Ohoiwa terutama proses Produksi Mutiara. Sedangkan observasi
adalah pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti untuk
mengumpulkan data primer yang dibutuhkan sesuai dengan topik yang dibahas oleh
peserta magang.
6
3. Pencatatan Data
Data yang dibutuhkan dalam kegiatan magang dengan topik (Judul Magang) yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer dan sekunder merupakan data yang
dikumpulkan oleh peserta magang langsung dari sumber pertama yang selanjutnya
digunakan untuk mendukung pembuatan laporan akhir kegiatan magang kerja.
4. Dokumentasi
Metode pelaksanaan dokumentasi dilakukan dengan tujuan untuk melengkapi
informasi-informasi yang diperoleh agar lebih lengkap serta menunjang kebenaran dan
keterangan yang diberikan sesuai dengan topik yang dibahas.
7
IV. PROFIL PERUSAHAAN
Berdasarakan letak geografis, PT. Dafin Mutiara Ohoiwa memiliki letak yang sangat strategis
untuk dilakukan usaha pembesaran tiram mutiara (P.maxima). bagian penting yang perlu
dilakukan sebelum usaha tiram mutiara adalah menentukan lokasi yang akan dijadikan lokasi
pemeliharaan tiram mutiara.
4.2 Sejarah Perusahaan
PT. Dafin Mutiara Ohoiwa yang sebelumnya memiliki nama Fa. Nusantara Pearl Cabang
Ohoiwa ini berdiri pada tahun 1994 atas izin usaha Dinas Perikanan Kabupaten Maluku
8
Tenggara. Lokasi perusahaan ini terletak di pulau ohoiwa, sebuah pulau kecil dikabupaten
Maluku Tenggara, Provinsi Maluku. Perusahaan ini merupakan anak cabang perusahaan yang
pusatnya berada di Kepulauan Aru yang bergerak dibidang pembenihan dan pembudidayaan
benih tiram Mutiara.
PT. Dafin Mutiara Ohoiwa disamping melakukan kegiatan pembudidayaan, sering juga
mengikuti perlatihan pelatihan dan seminar-seminar yang dilakukan oleh Departemen Tenaga
Kerja Kabupaten Maluku Tenggara. Berbagai penghargaan telah diberikan kepada
perusahaan PT. Dafin Mutiara Ohoiwa diantaranya adalah perusahaan teladan pada
pelaksanaan dalam bidang Kesehatan dan keselamatan kerja. Karena kepeduliannya yang
sangat besar kepada karyawannya, maka PT. Dafin Mutiara Ohoiwa menerima penghargaan
sebagai juara II tingkat Kabupaten Maluku Tenggara dalam panitia bulanan Kesehatan dan
keselamatan kerja yang berlangsung sejak bulan Januari – Februari 2002. Bahan baku yang
diproduksi di PT. Dafin Mutiara Ohoiwa adalah spat tiram Mutiara dari jenis Pinctada
maxima. Sebagian besar nbahan bakunya diperoleh dari pusatnya yang terletak di Kepulauan
Aru Kabupaten Maluku Tenggara. Hasil produksi yang dihasilkan hamper seluruhnya di
Ekspor keluar negeri, dengan negara tujuan Jepang. Pemasaran yang hanya terbatas atau
dimonopoli oleh Jepang ini disebabkan oleh keterkaitan tenaga teknis Jepang yang berada di
perusahaan. Sedangkan khusus untuk kulit tiram Mutiara di Ekspor ke Jepang, Korea Selatan,
Hongkong, dan Jerman Sebagian juga dipasarkan ke Makassar dan Surabaya.
9
Pimpinan Lokasi
Wakil Pimpinan
Staff Karyawan
dan Administrasi Konsumsi Teknik Mesin Keamanan Mandor
Karyawan/karyawati
10
Karyawan/karyawati bertanggung jawab mematuhi semua peraturan serta
melaksanakan semua kewajiban pada suatu instansi.
11
V. METODOLOGI
V.1Alat dan Bahan
V.1.1 Alat
a. Peralatan seleksi kerang mutiara siap operasi :
1. Satu unit rakit sebagai tempat karyawan bekerja
2. Satu unit mesin derek longline
3. Satu unit fiber boat bermesin tunggal 50 PK
4. Sejumlah keranjang sebagai wadah siput
5. Sejumlah pisau yang berfungsi untuk membersihkan kulit kerang.
6. Waring sebagai pembungkus kerang Mutiara
b. Alat operasi penyisipan nukleus :
1. Satu unit pisau kecil khusus
2. Satu unit gunting
3. Sarung tangan
4. Satu unit baji yang terbuat dari kayu
5. Satu unit baji yang terbuat dari stainless steel
6. Satu unit lampu LED
7. Satu unit meja operasi
8. Satu buah gelas yang berisi air laut
9. Satu unit …………
10. Sepuluh unit bak fiber berukuran 30 cm x 150 cm x 300 cm
11. Satu unit mesin pompa air laut
c. Peralatan proses karantina :
1. Satu unit rakit sebagai wadah karantina kerang Mutiara
2. Sejumlah keranjang sebagai wadah siput
d. Peralatan yang digunakan dalam proses X-Ray kerang Mutiara :
1. Satu unit mesin X-Ray
2. Satu unit layar monitor
3. Satu unit papan tulis berukuran 100 cm x 50 cm
4. Satu unit mesin pembangkit energi listrik
5. Sejumlah pocket net.
V.1.2 Bahan
1. Kerang mutiara (Pinctada maxima)
12
2. Air laut
3. Nukleus berdiameter 20 mm
13
mempermudah para teknisi dalam melakukan proses operasi, karyawan yang berperan
sebagai pelayan para teknisi bertugas untuk mengganjal cangkang kerang menggunakan
baji agar cangkang kerang tetap terbuka. Baji yang diguanakan terbuat kayu yang
memiliki ketebalan maksimal 2 cm. Namun dengan demikian, kerang yang telah
melewati proses seleksi ukuran tidak semua dapat di operasi, hal ini tergantung pada
kemampuan kondisi fisik kerang. Ukuran nucleus yang digunakan untuk operasi ini
adalah nucleus yang memiliki ukuran diameter 20 mm. Dalam melakukan proses operasi
penyisipan nukleus secara rinci, hal ini dilakukan secara tertutup dan bersifat sangat
rahasia yang hanya diketahui oleh pihak perusahaan dan para teknisi.
14
sedangkan kerang gagal berproduksi (muntah) merupakan kerang yang gagal operasi
karena telah memuntahkan nucleus tersebut.
Sebelum proses pemindaian dilakukan, kerang yang telah dikarantina selama 45
hari diangkut dari rakit apung dan dikeluarkan dari dalam keranjang. Kerangpun
dibersihkan menggunakan pisau/parang kecil dan kerang dicuci hingga bersih. Kemudian
kerang dibawa kedalam ruangan x-ray untuk dipindai. Satu persatu kerang dimasukkan
kedalam mesin x-ray secara teratur dan perlahan agar akurasinya dapat berjalan dengan
baik. Untuk hasil pemindaiannya dapat dipantau melalui layar monitor yang telah
terhubung langsung dengan mesin x-ray sedangkan jumlah yang hamil dan muntah
semuanya dicatat diatas papan tulis yang telah disediakan.
Setelah kegiatan pemindaian selesai, kerang yang telah dipilah menjadi dua bagian
(hamil dan muntah) tersebut, selanjutnya dimasukkan Kembali kedalam pocket net yang
berbeda. Kerang yang hamil selanjutnya dibawa ke longlione untuk digantung kembali.
Sementara kerang yang muntah di tempatkan ketempat yang berbeda untuk selajutnya
dirawat lagi agar dapat digunakan kembali pada proses operasi selanjutnya. namun
apabila operasi berikutnya kerang mengalami muntah kembali, maka kerang harus
dibelah atau dibunuh.
15
5.2.5 Pengambilan hasil Mutiara
Pengambilan hasil Mutiara dapat dilakukan setelah beberapa tahun pemeliharaan
pasca operasi. Lamanya durasi waktu pemeliharaan tidak ditentukan atau tidak
diberitahukan, namun hal ini ditentukan oleh instruksi dari manager perusahaan.
Kerang yang telah siap dipanen, diambil dari longline dan diangkut kerumah OP
menggunakan speedboad. Kemudian kerang disusun kedalam bak penampung yang
telah berisi air laut dan cangkang kerang diganjal menggunakan baji yang terbuat dari
kayu agar menjaga cangkang kerang tetap terbuka .
Gambar . Pengangkutan kerang dari longline (kiri), Kerang ditampung kedalam bak (tengah),
Cangkang kerang diganjal menggunakan baji (kanan)
Mutiara yang terdapat didalam organ tubuh kerang dipanen menggunakan alat
khusus. Kemudian setelah hasilnya di ambil, butiran nucleus kembali disisipkan
kedalam organ tubuh kerang tersebut kemudian disusun kedalam pocket net lalu
digantung kembali ke longline untuk dipelihara kembali. Setiap kerang, penyisipan
nucleus dapat dilakukan hingga maksimal empat kali atau tergantung kemampuan
kondisi fisik kerang.
16
5.2.6 Kendala yang dihadapi dan solusi untuk mengatasinya
a. Kendala yang dihadapi
Kerang Mutiara gagal berproduksi merupakan kendala yang sering
dihadapi dalam proses operasi penyisipan nucleus. Kerang gagal berproduksi
dapat di akibatkan karena kematian kerang maupun kerang memuntahkan
nucleus pada saat proses karantina. Kedua kendala ini dapat diakibatkan oleh
faktor alam, tidak kuatnya kondisi kerang pasca operasi, dan kurang tepatnya
penangan pada saat operasi dilakukan.
b. Solusi untuk mengatasinya
Dalam mengatasi masalah muntahnya kerang pasca operasi, sebaiknya
pihak perusahaan menggunakan tenaga teknisi yang telah prosfesional dalam
bidangnya masing-masing ataupun pihak perusahaan juga dapat melatih
kembali para teknisinya agar lebih profesional lagi dalam melakukan proses
operasi, sehingga dapat meminimalisir jumlah kerang yang muntah.
17
VI. PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari uraian diatas adalah sebagai berikut :
a. Untuk memperoleh satu butir mutiara, dibutuhkan proses yang cukup rumit dan
waktu hingga bertahun-tahun.
b. Proses operasi penyisipan nukleus dan pemanenan hasil hanya dapat dilakukan oleh
teknisi khusus yang berpengalaman.
c. Tidak semua kerang mutiara yang dioperasi dapat berproduksi, bahkan terdapat juga
kerang yang mati pasca operasi.
VI.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan oleh penulis yang dapat digunakan sebagi bahan
pertimbangan oleh PT. Dafin Mutiara Ohoiwa yaitu sebagai berikut :
a. Perlu diberikan lagi pelatihan khusus terhadap beberapa teknisi OP agar dapat
mengurangi tingkat kegagalan operasi sehingga dapat meningkatkan jumlah
produksi Mutiara.
b. Perusahaan agar lebih memperhatikan lagi ketersediaan air tawar yang hanya
bergantung pada ketersediaan air hujan, agar karyawan tidak kewalahan memperoleh
air tawar pada musim kemarau panjang pada saat membersihkan peralatan di rumah
OP.
18